Saturday 15 August 2015

Pudarnya Dream Team Asuhan Johann Cruyff: Barcelona 1994-1996

Setiap tim hebat butuh lini depan yang produktif. Begitu pun dengan tim Barcelona asuhan Johann Cruyff yang dikenal dengan sebutan dream team. Tim yang menjuarai empat musim la liga berturut-turut dari 1990 sampai 1994 tentu punya tim penggedor yang tak sembarangan.

Michael Laudrup adalah gelandang serang yang sangat penting bagi pasukan Johan Cruyff kala itu. Kontribusinya sangat besar bagi kesuksesan empat tahun kejayaan Barcelona. Di masa itu Laudrup mencetak 37 gol atau rata-rata 9.25 gol per musim. Angka yang mengesankan untuk seorang gelandang.

Hristo Stoichkov adalah penyerang andalan Barcelona yang sering mencetak gol dari umpan Laudrup. Pemain legendaris Bulgaria ini mesin gol Barcelona. Stoichkov adalah pemain Barcelona yang paling produktif mencetak gol selama tiga musim berturut-turut. Di musim 1990-1991 Stoichkov mencetak 14 gol di la liga. Musim berikutnya Stoichkov makin tajam dengan 17 gol dan musim berikutnya lagi bahkan membukukan 20 gol.

Hristo Stoichkov masih cukup tajam dengan 16 gol di musim 1993-1994, tapi masih kalah tajam dari rekrutan baru Barcelona yang sedang on fire. Dialah Romario Faria yang mencetak 30 gol musim itu di la liga untuk membantu Barcelona meraih gelar juara la liga empat kali berturut-turut. Setelah itu Romario membantu Brazil meraih gelar juara dunia untuk keempat kalinya di piala dunia 2014. Tak berlebihan jika Romario terpilih menjadi pemain terbaik dunia 1994.

Itulah para aktor penting lini serang Barcelona yang mencetak 91 gol di la liga 1993-1994. Musim berikutnya adalah awal pudarnya dream team, saat Barcelona hanya berada di posisi 4 klasemen akhir La Liga 1994-1995. Musim itu Barcelona hanya mencetak 60 gol. Musim berikutnya 1995-1996, Barcelona sedikit meningkat dengan menduduki  posisi 3 klasemen akhir la liga, dan mencetak 72 gol. Mudah diduga bahwa ada keterkaitan antara berkurangnya produktivitas gol Barcelona dengan pudarnya pamor dream team.

Di akhir musim 1993-1994, Michael Laudrup sudah tidak akur lagi dengan Johan Cruyff. Hal ini berujung pada kepindahan kontroversial Laudrup ke klub rival, Real Madrid. Di Madrid Laudrup menjalin kerjasama apik dengan striker Madrid, Ivan Zamorano.

Sebelum kedatangan Laudrup, Zamorano mencetak 11 gol untuk Madrid di musim 1993-1994. Pasca kedatangan Laudrup, Produktivitas Zamorano meningkat tajam. Zamorano mencatatkan 28 gol di musim 1994-1995 dan menjadi top skorer la liga musim itu. Laudrup dan Zamorano sukses membawa Real Madrid menjadi juara la liga 1994-1995, menghentikan dominasi Barca yang telah berlangsung empat tahun berturut-turut.

Seiring perginya Laudrup, produktifitas para penyerang Barcelona memudar. Hristo Stoichkov hanya mencetak 10 gol sepanjang musim 1994-1995. Romario hanya mencatatkan 4 gol dalam 13 pertandingan sebelum terlihat masalah dengan Johan Cruyff dan pergi meninggalkan Barca di bulan januari 1995.

Tentu saja Barcelona berusaha menggantikan peran Michael Laudrup dengan pemain lain. Bintang Rumania Gheorghe Hagi didatangkan dari Brescia. Hagi tidak begitu sukses dalam dua musim yang dijalaninya bersama Barcelona.

Musim berikutnya, Barcelona mendatangkan Luís_Figo, nama yang nantinya akan menjadi bintang besar. Luís Figo membantu Barcelona kembali memenangkan gelar la liga, tapi itu baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah Johan Cruyff tak lagi menjadi manajer Barcelona di akhir musim 1995-1996. Tanpa Cruyff, Barcelona tak lagi disebut dream team.



Foto: Michael Laudrup.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA