Tuesday 19 August 2014

Kembalinya Formasi Tiga Pemain Di Sentral Pertahanan.

Kemapanan formasi 4-2-3-1 dan 4-3-3 mulai terusik. Formasi yang mengandalkan tiga bek tengah mulai mencuri perhatian. Tak tanggung-tanggung, Bayern Munchen, Barcelona dan Manchester United siap bersiap menghadapi kompetisi musim ini dengan formasi tiga bek tengah.

Formasi 4-2-3-1 masih terlihat dominan pada putaran final piala dunia 2014 yang lalu. Tercatat ada 12 negara yang selalu memainkan formasi ini dalam semua partai. Terdapat 20 negara yang memainkan formasi 4-2-3-1 pada setidak-tidaknya dua partai. Diantara negara-negara ini terdapat nama besar seperti Brazil, Inggris, Argentina dan Spanyol.

Formasi populer lainnya, 4-3-3, hanya diandalkan oleh tiga negara, yaitu Jerman, Perancis dan Portugal. Untungnya kesuksesan Jerman menjuarai piala dunia 2014 membuat pamor formasi 4-3-3 tetap menjulang. Perancis juga tampil meyakinkan dan masih berpotensi untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.

Piala dunia 2014 juga menyaksikan fenomena kembalinya trend formasi-formasi yang mengandalkan tiga bek tengah. Belanda asuhan Louis Van Gaal mengandalkan formasi 3-4-1-2. Memainkan tiga bek tengah adalah pilihan logis karena opsi bek tengah yang dimiliki Belanda masih muda-muda dan belum berpengalaman. Justru formasi tiga bek tengah ini sukses mengorbitkan Stefan De Vrij, Ron Vlaar dan Bruno Martins Indi sebagai bintang baru. Dengan sistem tiga bek tengah ini Belanda tidak terkalahkan dalam waktu normal dan hanya tersingkir di semifinal karena kalah adu penalti melawan Argentina.

Costa Rica, tim paling mengejutkan di piala dunia 2014, juga mengandalkan formula tiga bek tengah. Ditempatkan satu grup dengan para raksasa seperti Italia, Inggris dan Uruguay, dapat dimengerti jika Costa Rica sangat serius mempersiapkan pertahanannya. Formasi yang digunakan adalah 5-4-1, mengandalkan Oscar Duarte/Johnny Acosta, Giancarlo Gonzales dan Michael Umana/Roy Miller. Hasilnya mengejutkan, Costa Rica sukses menaklukkan Italia 1-0 dan Uruguay 3-1. Dengan sistem tiga bek tengah ini Costa Rica juga tidak terkalahkan dalam waktu normal dan hanya tersingkir di perempat final karena kalah adu penalti melawan Belanda.

Masih ada Mexico, Chile dan Uruguay yang memainkan tiga bek tengah di putaran final piala dunia 2014. Mexico dan Uruguay mengandalkan formasi 5-3-2, sementara Uruguay memainkan 3-4-1-2. Ketiga negara ini mampu lolos dari fase grup sebelum terhenti di babak 16 besar.

Usai menangani Belanda di piala dunia, Louis Van Gaal beralih menangani Manchester United. Sistem tiga bek tengah yang sukses di timnas Belanda juga coba diterapkan di Manchester United dengan formasi 3-4-1-2. Pilihan logis untuk tim yang baru ditinggal bek tengah berpengalaman Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Saat partai perdana EPL menghadapi Swansea di stadion Old Trafford, sentral pertahanan MU dijaga oleh Tyler Blackett, Chris Smalling dan Phil Jones. Debut Louis Van Gaal di MU ini berakhir dengan kekalahan 1-2, tapi formasi tiga bek tengah sepertinya tak terhenti disini. Terlebih saat ini MU sedang menunggu rampungnya proses transfer Marcos Rojo dari Sporting Lisbon. Rojo bisa dimainkan sebagai bek tengah dan bek kiri.

Barcelona juga bersiap dengan formasi tiga bek tengah. Manajer baru Luis Enrique mempersiapkan formasi 3-2-3-2 untuk kompetisi musim depan. Barca sudah mendatangkan Thomas Vermaelen dari Arsenal dan Jeremy Mathieu dari Valencia, untuk berkompetisi memperebutkan tiga posisi di sentral pertahanan dengan Marc Bartra, Gerard Pique dan Javier Mascherano.

Bayern Munchen juga tidak ketinggalan mempersiapkan formasi 3-4-3. Formasi ini sudah memainkan saat Bayern menghadapi Borussia Dortmund pada DFL Supercup 2014. Dalam partai yang berakhir dengan kemenangan Dortmund ini, Bayern memainkan Jerome Boateng, Javi Martinez/Dante dan David Alaba di sentral pertahanan. Cederanya Javi Martinez sepertinya akan memaksa Bayern untuk aktif bergerak mencari pemain di sisa jendela transfer musim panas ini jika ingin tetap mempertahankan formasi 3-4-3.

Referensi:

1. Info formasi yang digunakan dalam partai-partai piala dunia 2014 berasal dari www.whoscored.com.
2. Foto Louis Van Gaal dari http://thumbs.dreamstime.com/x/hungary-vs-netherlands-1-4-26698607.jpg.

Sunday 17 August 2014

Edisi Kemerdekaan: Saat Aremania mengulangi Sejarah Bendera Pusaka

Sosok-sosok pejuang kemerdekaan terasa melegenda bagi generasi kita, dan seolah tak terjangkau. Tapi Aremania, kelompok suporter Arema Malang, mereka sudah membuktikan kalau mereka sanggup mengikuti jejak langkah para legenda itu. Beginilah ceritanya.

Musim ini selain berlaga di kompetisi ISL, Arema juga berlaga di level Asia, yaitu ajang piala AFC. Untuk itu Arema bertandang ke Malaysia untuk menghadapi Selangor FC. Pertandingan pertama berlangsung 25 Februari 2014 yang lalu.

Sebagai pendukung setia, kelompok supporter Aremania ikut berangkat ke Malaysia. Tentu saja mereka ikut membawa segala atribut mereka sebagai supporter Arema, termasuk bendera Arema berukuran raksasa. Sayangnya saat dibaca ke bandara, bendera berukuran 45 kali 25 meter seberat 70 kilogram itu tidak boleh dibawa karena terlalu berat.

Para Aremania tidak kehabisan akal. Mereka memotong bendera kebanggaan mereka menjadi tiga bagian untuk menyiasati aturan penerbangan. Masing-masing bagian bendera itu masuk bagasi seorang amggota Aremania. Sesampainya di Malaysia, bendera dijahit lagi bersama-sama. Demikianlah hingga akhirnya bendera itu dapat digunakan lagi untuk mendukung Arema disaat pertandingan.

Kisah para Aremania ini seolah mengulangi sejarah kisah bendera pusaka. Bendera pusaka adalah bendera merah putih yang dikibarkan di Jl Pegangsaan Timur saat proklamasi kemerdekaan republik Indonesia 1945. Bendera pusaka ini dijahit sendiri oleh ibu Fatmawati.

Saat serangan agresi militer Belanda tanggal 19 Desember 1948, presiden Soekarno memanggil ajudannya, mayor M Husein Mutahar. Beliau memerintah pada Husein Mutahar untuk menjaga bendera pusaka dengan nyawanya, karena pasukan Belanda akan segera datang menduduki ibukota Yogyakarta. Bung Karno tidak ingin bendera pusaka ini jatuh ketangan Belanda.

Untuk melaksanakan tugas yang sulit ini, Husein Mutahar memutuskan untuk melepas jahitan bendera pusaka. Dengan bantuan ibu Perna Dinata, Husein Mutahar mencabut jahitan bendera pusaka tersebut. Husein Mutahar membawa kain merah dan kain putih itu dalam dua tas berbeda. Dengan demikian sekalipun ada pemeriksaan, wujud bendera pusaka tidak terdeteksi oleh Belanda.

Kemudian Belanda datang menangkap Bung Karno, Bung Hatta dan para pemimpin lainnya. Husein Mutahar ikut ditangkap dan ditahan di Semarang. Dari sana Husein Mutahar melarikan diri ke Jakarta. Demikianlah hingga Bung Karno melalui surat memerintahkannya mengirimkan bendera pusaka itu lewat perantaraan Soejono. Husein Mutahar menjahit kembali bendera pusaka sebisa mungkin pada bekas lubang jahitan aslinya, membungkusnya dengan kertas koran, sebelum menyerahkannya pada Soedjono. Demikianlah Soedjono kemudian menyerahkan bendera pusaka itu pada Bung Karno di pengasingannya di Bangka.

Demikianlah. Cara yang digunakan Aremania untuk membawa bendera mereka ke Malaysia, sesungguhnya mengulangi cara Husein Mutahar melindungi bendera pusaka dari tangan Belanda.

Sebagai catatan, Selain sebagai tentara, pejuang kemerdekaan dan ajudan Bung Karno, Husein Mutahar juga dikenal sebagai penggubah lagu. Lagu wajib Hari Merdeka yang selalu berkumandang setiap 17 Agustus itu adalah hasil gubahan beliau. Begitu juga lagu wajib lain yang berjudul Syukur.

Referensi:

1. http://www.malang-post.com/arema-persema/82669-bendera-aremania-sempat-tertahan-di-juanda.
2. http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=view&id=517&Itemid=132#.UxMPhvl_smk.
3. Gambar bendera merah putih dari http://thumbs.dreamstime.com/x/indonesia-flag-clouds-4845952.jpg.

Friday 15 August 2014

Ketika Vietnam kembali mengalahkan Timnas U19

Menyimak hasil di Hassanal Bolkiah Trophy 2014, publik mungkin berusaha "menerima" kekalahan timnas U19 dari Brunei. Alasannya Brunei menurunkan timnas U21 plus sejumlah pemain senior, jadi "lebih tua" dari tim Garuda Jaya. Termasuk striker andalan Brunei Adi Said sudah berusia 24 tahun.

Namun kekecewaan kembali menyeruak saat timnas U19 kembali takluk, kali ini ditangan Vietnam. Padahal Vietnam juga menurunkan timnas U19. Bukankan tim Garuda Jaya adalah juara piala AFF U19? Sebagai kampiun Asia Tenggara, kenapa mereka masih kalah menghadapi Vietnam?

Mari menyegarkan ingatan tentang piala AFF U19 tahun lalu dengan menyaksikan kembali highlight pertandingan fase grup Indonesia vs Vietnam. Pertandingan yang berlangsung 12 September 2013 ini dimenangkan Vietnam dengan skor 2-1. Dari pertandingan ini anda bisa melihat bagaimana Vietnam bisa membuat lini pertahanan timnas U19 menjadi bulan-bulanan terutama di babak pertama.

Indonesia dan Vietnam sama-sama menganut possession football dan memainkan sepakbola menyerang. Hanya saja, level permainan Vietnam lebih bagus dari kita. Ibaratnya Indonesia dan Vietnam belajar jurus yang sama, tapi penguasaan jurus Vietnam lebih matang dan pada timnas U19.

Lalu bagaimana kita bisa mengalahkan Vietnam di final piala AFF 2013? Dengan adu penalti. Jadi timnas U19 tidak pernah mengalahkan Vietnam dalam pertandingan 2x45 menit.

Berikut adalah highlight dari pertandingan final tersebut. Saya mencatat bahwa dalam pertandingan ini timnas U19 tampil dengan intensity tinggi. Lini belakang kita bekerja keras membendung serangan-serangan Vietnam. Jika satu pemain bisa dilewati, pemain-pemain lain cepat berusaha menambal celah yang terbuka tersebut. Dalam partai final di Sidoarjo tersebut timnas U19 menunjukkan mental baja untuk mempersembahkan gelar piala AFF, sekalipun harus dengan adu penalti.


Bagaimana dengan pertandingan beberapa hari yang lalu?

Gol pertama Vietnam adalah kesalahan pemain kita. Tembakan bebas Luong Xuan Truong bukannya dihalau oleh pagar, malah dibelokkan arahnya ke arah gawang sendiri. Kiper Awan Setho tidak berdaya menghadapi bola yang arahnya tiba-tiba berubah.

Gol kedua Nguyen Pong Hong Duy mengingatkan pada pola salah satu gol Adi Said di pertandingan sebelumnya. Lini tengah kita gagal menjaga bola, dan bola kemudian mengarah pada Nguyen Pong Hong Duy. Tembakan jauh Nguyen Pong Hong Duy adalah eksekusi penyelesaian akhir yang berkelas.

Gol ketiga Vietnam juga mengingatkan pada pertandingan sebelumnya melawan Brunei. Jika serangan timnas U19 kandas, mereka rapuh terhadap serangan balik yang cepat. Bermodalkan kecepatan dan umpan satu dua, Vietnam menambah gol melalui Nguyen Cong Phuong.

Gol balasan kita lahir dari kejelian pemain pengganti Septian David Maulana menemukan celah di kotak penalti Vietnam. Rekaman sepanjang 36 menit lebih untuk pertandingan tersebut dapat dilihat disini.

Timnas U19 punya banyak masalah. Tapi yang paling penting menurut saya adalah lini tengah. Tiga gelandang kita Evan Dimas Darmono, Paulo Sitanggang dan Hargianto/Zulfiandi kesulitan dalam membentengi pertahanan dari tekanan lawan. Mereka perlu lebih banyak bantuan dari kedua penyerang sayap dan/atau kedua bek sayap.

Untuk memperbaiki kepercayaan diri timnas U19, mereka harus memenangkan paling tidak salah satu dari dua partai tersisa, melawan Kamboja dan Singapura. Tugas yang tidak mudah bagi Indra Sjafri.



Referensi:

1. http://www.goal.com/id-ID/news/1387/nasional/2014/08/13/5031380/laporan-pertandingan-vietnam-u-19-3-1-indonesia-u-19.
2. http://bola.kompas.com/read/2014/08/13/13432898/Lawan.Vietnam.Inilah.Susunan.Pemain.Timnas.Indonesia.U-19.
3. Foto dari http://thumbs.dreamstime.com/x/emperor-hotel-brunei-25151818.jpg.

Tuesday 12 August 2014

Bagaimana Brunei menundukkan timnas U19

Counter attack mulai menjadi trend baru dalam sepakbola, dan cukup efektif digunakan menghadapi possession football. Permainan possession football yang mengandalkan passing game dan skill para pemainnya sempat terlihat begitu ampuh. Kesuksesan Barcelona dan timnas Spanyol menjadikan mereka sebagai ikon keampuhan possession football. Setelah beberapa tahun berjaya, kelihatannya possession football mulai ditemukan penangkalnya. Salah satunya adalah sepakbola yaang mengandalkan counter attack ini.

Pada dasarnya sepakbola counter attack bertahan dengan rapat, dan "mempersilahkan" lawan maju menyerang. Karena pertahanannya bagus, serangan lawan tidak gampang menembus pertahanan ini. Dan disaat serangan lawan kandas, mereka akan melakukan serangan balik dengan cepat dan berupaya mencetak gol. Contohnya pada pertandingan EPL 22 Maret 2014 antara Chelsea vs Arsenal. Formasi counter attack Chelsea sukses menenggelamkan Arsenal yang sangat membanggakan passing game.

Pada dasarnya, strategi counter attack itulah yang diterapkan oleh Brunei saat menghadapi timnas U19 di Hassanal Bolkiah Trophy 2014. Mereka menumpuk pemain di lini tengah untuk menghambat serangan tim Garuda Jaya. Saat diserang, mereka terlihat hanya meninggalkan satu striker didepan. Saat serangan timnas U19 kandas, Brunei dengan cepat menyusun serangan balik.

Pertandingan berakhir 3-1 untuk kemenangan Brunei. Dalam ketiga gol Brunei itu ada unsur kesalahan pemain kita. Tapi harus diakui striker Brunei Adi Said tampil sangat gemilang dalam partai. Hattrick yang dicetaknya menunjukkan kemampuan finishing yang berkualitas tinggi. Penampilan Adi seharusnya membuka mata Evan Dimas dan Ilham Usin Armayn, bahwa kemampuan penyelesaian akhir mereka masih belum apa-apa. Jika Adi Said bisa tampil konsisten seperti itu, saya tidak akan heran jika ada tim ISL yang tertarik memakai jasanya musim depan.

Di babak pertama timnas U19 terkesan monoton dan terburu-buru saat menyerang. Praktis hanya peluang yang bagus di babak pertama dari Evan Dimas. Tim Garuda Jaya terkesan tidak sabar menghadapi formasi pertahanan ketat lawan. Bukannya tetap menekan dan berupaya mendekat menerobos, timnas U19 berulang-ulang melakukan tembakan jauh dari luar kotak penalti. Sayangnya, akurasi tembakan jauh para pemain kita buruk. Kebanyakan hanya melambung diatas mistar gawang dan tidak perlu membuat kiper Brunei bekerja.

Di babak kedua timnas U19 sudah ketinggalan 3-0. Tim Garuda Jaya mulai melakukan variasi serangan dengan dribbling dan skill individu. Gol satu-satunya timnas U19 diawali dengan keberhasilan Maldini Pali menyusup ke kotak penalti, lalu melepaskan umpan mendatar kedepan gawang. Sempat mampir di kaki Dimas Drajat, bola lalu dijebloskan oleh Ilham Udin Armayn.

Saya rasa pelatih Indra Sjafri membuat keputusan salah membangkucadangkan Hargianto dan memainkan Zulfiandi sejak awal. Zulfiandi cenderung menyerang, sementara Hargianto lebih bagus dalam hal bertahan dan tembakan jarak jauh. Tanpa Hargianto, lini tengah Evan Dimas, Zulfiandi dan Paulo Sitanggang sepertinya kurang kokoh dalam bertahan dan lebih mudah ditembus.

Silahkan klik untuk melihat rekaman lengkap pertandingan babak pertama dan babak kedua. Sementara highlights bisa dilihat disini

Di pertandingan hari ini menghadapi Vietnam, tim Garuda Jaya harus berusaha tampil lebih tenang. Timnas U19 harus lebih sabar dalam usaha membongkar pertahanan lawan dan tidak melulu mengandalkan tembakan jarak jauh. Mengingat waktu istirahat hanya dua hari, sebaiknya dilakukan rotasi pemain. Saya ingin Hargianto dan Dimas Drajat bermain sejak awal.

Referensi:

1. Foto dari http://thumbs.dreamstime.com/x/brunei-s-28th-national-day-23513733.jpg.


Thursday 7 August 2014

Timnas U19 Siap "Merantau" Ke Brunei

Sesuai namanya, timnas U19 bermaterikan pemain-pemain usia 19 tahun kebawah. Sejumlah pemain tim Garuda Jaya tahun ini mengikuti ujian nasional sebagai syarat kelulusan SMA atau sederajat. Mereka adalah Yabes Roni Malaifani, Paolo Sitanggang, Hansamu Yama Pratama, Ilham Udin Armayn, Mahdi Fahri Albaar, Muhammad Hargianto, Dinan Javier, Martinus Novianto dan Septian David Maulana.

Syukurlah semua pemain tersebut berhasil lulus ujian nasional. Hasil yang menunjukkan kalau ujian nasional sebenarnya tidak perlu menjadi momok. Para pemain timnas U19 tentunya lebih banyak memfokuskan waktu dan perhatian berlatih dan bertanding sepakbola. Waktu mereka belajar materi pelajaran sekolah relatif minim. Namun hal itu tidak menghalangi para pemain Garuda Jaya untuk lulus SMA.

"Kalau bisa lulus SMA, berarti sebenarnya cukup pintar. Pergilah merantau". Ucapan itu saya dengar beberapa tahun yang lalu dari seorang pedagang sukses di Bukittinggi. Merantau berarti meninggalkan kampung halaman untuk mencari nafkah dan kesuksesan di negeri orang.  Kerja keras, kesabaran dan kesungguhan sering kali lebih penting daripada latar belakang pendidikan formal. Tidak sedikit orang yang sukses dalam bisnis dan karir walaupun tidak ditunjang oleh pendidikan yang mentereng.

Pelatih Indra Sjafri sendiri berasal dari Sumatera Barat, daerah dengan tradisi merantau yang kental. Indra Sjafri  Bahkan Indra Sjafri sudah merantau sejak SMA, meninggalkan kampung halamannya di Lubuk Nyiur, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Indra Sjafri muda merantau ke Padang untuk melanjutkan pendidikan dan merintis karir sepakbola. Cerita lebih lengkapnya bisa dibaca disini.

Tahun lalu timnas U19 menjuarai piala AFF U19 di Sidoarjo. Kesuksesan dilanjutkan dengan menjuarai babak kualifikasi piala AFC U19 di Jakarta. Keuntungan bermain sebagai tuan rumah tidak didapatkan di putaran final piala AFC U19 Oktober nanti di Myanmar. Timnas U19 harus membiasakan diri bermain di kandang lawan dan merasakan tekanan dari penonton lawan.

Beberapa bulan lalu timnas U19 memperlihatkan hasil cukup bagus saat "merantau" ke timur tengah. Dari lima pertandingan yang dilangsungkan, tim Garuda Jaya mencatatkan dua kemenangan, dua hasil seri dan satu kekalahan. Tapi hasil itu tidak boleh membuat membuat jumawa. Kekalahan 1-2 dari Myanmar bulan Mei kemaren menunjukkan kalau timnas U19 masih punya sejumlah kekurangan.

Agustus ini timnas U19 akan "merantau" lagi, kali ini ke Brunei. Timnas akan tampil di Hassanal Bolkiah Trophy 2014, yang sebenarnya adalah ajang kompetisi timnas U21 Asia Tenggara. Kira harapkan yang terbaik untuk timnas U19 yang sore ini akan menghadapi pertandingan pertama. Lawan perdana adalah Harimau Muda U19, alias timnas Malaysia U21.

Referensi:

1. http://www.tribunnews.com/superball/2014/05/20/indra-sjafri-alhamdulillah-semua-pemain-timnas-indonesia-u-19-lulus-ujian-nasional.
2. http://www.tribunnews.com/superball/2014/05/04/indra-sjafri-banyak-orang-ragukan-kemampuan-timnas-u19


Tuesday 5 August 2014

Timnas U19 Menuju Hassanal Bolkiah Trophy 2014 Mulai 8 Agustus Ini

Ajang uji coba berikutnya untuk tim Garuda Jaya telah ditentukan. Timnas U19 akan mengikuti turnamen Hasanal Bolkiah Trophy 2014. Turnamen ini diikuti oleh sebelas negara Asia Tenggara yang dibagi menjadi dua grup. Timnas U19 bergabung di grub B bersama Vietnam, Brunei, Singapura, Malaysia dan Kamboja.

Turnamen dua tahunan Hasanal Bolkiah Trophy ini sebenarnya adalah ajang kompetisi untuk timnas U21 negara-negara Asia Tenggara. Dapat dibandingkan dengan Sea Games yang merupakan ajang kompetisis untuk timnas U23, atau piala AFF U19 yang merupakan ajang kompetisi timnas U19 negara-negara Asia Tenggara. Artinya di turnamen ini timnas U19 akan mengadu kemampuan dengan timnas U21 negara tetangga. Malaysia misalnya mengirimkan Harimau Muda B, yaitu timnas U21 mereka yang berkompetisi di liga Singapura.

Tim asuhan Indra Sjafri diharapkan meraih manfaat dari keikutsertaan di turnamen Hasanal Bolkiah Trophy 2014 ini. Turnamen ini cocok untuk mengembalikan kondisi, yang tentunya sedikit banyak drop di bulan puasa kemaren. Lima pertandingan di fase grup yang harus dilalui dalam sepuluh hari, jadi rotasi pemain sepertinya diperlukan. Ajang ini juga digunakan pelatih Indra Sjafri untuk melakukan seleksi pemain yang akan dibawa ke putaran final piala AFC U19.

Jadwal pertandingan timnas U19 di fase grup adalah sebagai berikut:

8   Agustus 2014 15:00 Malaysia vs Indonesia
11 Agustus 2014 19:15 Indonesia vs Brunei
13 Agustus 2014 15:00 Vietnam vs Indonesia
16 Agustus 2014 15:00 Kamboja vs Indonesia
18 Agustus 2014 15:00 Singapura vs Indonesia

Hak siaran langsung turnamen Hasanal Bolkiah Trophy dipegang oleh SCTV.

Referensi:

1. http://en.wikipedia.org/wiki/2014_Hassanal_Bolkiah_Trophy.
2. http://www.goal.com/id-ID/news/1367/asia/2014/07/29/4989825/malaysia-ingin-bangkit-di-turnamen-hbt-2014.
3. http://www.goal.com/id-ID/news/1367/asia/2014/07/26/4985478/ini-jadwal-laga-timnas-indonesia-u-19-di-hbt-2014?ICID=AR_RS_3.
4. http://m.bisnis.com/sport/read/20140729/58/246588/turnamen-hassanal-bolkiah-2014timnas-u-19-vs-malaysia-diawal-sctv-.
5. http://www.bola.net/tag/timnas-indonesia-u-19/hbt-2014-ajang-pelatih-seleksi-pemain-timnas-u-19-32fc1e.html.
6. Foto: Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Bandar Seri Begawan, Brunei.

Saturday 2 August 2014

Membangun Liga Lokal Berkelas vs Mengirimkan Talenta-Talenta Belia Ke Liga-Liga Eropa

Yang mana yang harus didulukan untuk meningkatkan level sepakbola kita. Apakah kita harus membangun liga Indonesia (ISL) menjadi liga yang berkelas dan berprestasi, dan menghasilkan pemain-pemain berkulitas untuk timnas. Ataukah kita harus mengirimkan talenta-talenta belia kita ke Eropa untuk mencoba meraih kesuksesan di liga-liga terbaik dunia?

Rusia adalah contoh negara yang sukses membangun liga yang berkelas. Liga Rusia cukup menarik untuk memikat pemain sekaliber Luke Wilshire, Axel Witsel, Hulk, Vedran Corluka, Stipe Pletikosa, Christian Noboa, Lassanna Diarra, Florent Sinama Pongolle, Kevin Kuranyi, Domenico Criscito, Ahmed Musa, Lucas Barrios, Danny dan Gokdeniz Karageniz. CSKA Moskow dan Zenit St Petersburg adalah klub Russia yang disegani di pentas Eropa, sehingga mengang kat peringkat liga Rusia menurut koefisien UEFA. Saat ini liga Russia menempati peringkat tujuh Eropa, hanya kalah dari liga Spanyol, Inggris, Jerman, Italia, Portugal dan Perancis. Posisi liga Rusia masih diatas liga Belanda atau Eredivisie yang menempati peringkat delapan Eropa.

Liga Belgia tak sebagus liga Rusia, dan peringkatnya hanya kesepuluh di Eropa. Tapi tim nasional mereka didominasi pemain yang berkompetisi di klub-klub besar penghuni liga-liga terbaik Eropa. Sebut saja Thibaut Courtois (Chelsea), Simon Mignolet (Liverpool), Toby Aiderweireld (Atletico Madrid), Thomas Vermaelen (Arsenal), Vincent Kompany (Manchester City), Maruanne Fellaini (Manchester United), Eden Hazard (Chelsea), Dries Mertens (Napoli) dan Adnan Januzaj (Manchester United). Dari 23 pemain nasional Belgia saat ini, sebagian besar berkompetisi di luar negeri. Hanya tiga pemain yang bermain di liga Belgia.

Di piala dunia 2014 kemaren timnas Belgia yang bertabur bintang tersebut berhadapan dengan timnas Rusia yang seluruh pemainnya bermain di liga negeri sendiri. Belgia mencatatkan kemenangan 1-0 lewat gol tunggal Divock Origi. Kemenangan yang membawa Belgia lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup dan membuat Rusia tersingkir di fase grup.

Walaupun punya liga yang bagus, Rusia seperti tidak punya pemain bintang saat ini. Timnas Rusia hari ini disinyalir tidak sebagus generasi sebelumnya yang punya Andrey Arshavin, Roman Pavlyuchenko dan Pavel Pogrebnyak. Pelatih timnas Russia yaitu Fabio Capello mulai membuka wacana naturalisasi pemain. Kandidatnya sejauh ini adalah dua pemain Brazil, penyerang Fransisco Wanderson dan bek Mario Fernandes.

Sulit dibantah bahwa banyaknya pemain yang bermain di klub-klub terbaik dan liga terbaik memiliki korelasi positif dengan prestasi sepakbola Belgia. Setelah sukses mencapai perempat final piala dunia 2014, kiprah mereka ditunggu di piala Eropa 2016 nanti. Apalagi tim ini memiliki banyak pemain muda. Eden Hazard dan Kevin De Bruyne 23 tahun. Thibaut Courtois 22 tahun. Romelu Lukaku 21 tahun. Adnan Januzaj dan Divock Origi malah baru 19 tahun. Sanggupkah mereka menantang juara dunia Jerman?

Liga yang bagus bukannya tidak penting. Tapi dalam konteks persaingan, harus diingat bahwa level kompetisi tertinggi saat ini ada di kompetisi-kompetisi Eropa. Jika ingin bersaing di level dunia, akan sangat menguntungkan jika memiliki pemain yang sudah ditempa di kompetisi level tertinggi. Pemain-pemain ini bisa diharapkan mengangkat permainan timnas negaranya. Di Asia saja, Jepang sudah punya Keisuke Honda (AC Milan), Shinji Kagawa (Manchester United) dan Yuto Nagatomo (Internazionale).

Sayang sekali, pemain Indonesia seperti kurang punya semangat untuk berjuang di luar negeri, dan memilih untuk cukup menjadi bintang di dalam negeri saja. Setidaknya, saya agak kecewa dengan keputusan Alfin Tuasalamony dan Manahati Lestusen untuk keluar dari klub CS Vise di Belgia dan pindah ke Persebaya. Syamsir Alam juga tidak sukses di MLS dan pindah ke Sriwijaya FC.

Kita butuh lebih banyak pemain seperti Gavin Kwan Adsit yang berjuang di Jerman bersama Niendorfer TSV U19, atau Arthur Irawan yang masih berjuang untuk merebut tempat di tim utama Malaga.

Referensi:
1. http://en.wikipedia.org/wiki/UEFA_coefficient.
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Russian_Premier_League.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Belgium_national_football_team.
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Russia_national_football_team.
5. http://www.goal.com/id-ID/news/1387/nasional/2014/05/26/4840839/indonesians-abroad-gavin-kwan-adsit-cetak-dua-gol-untuk.
6. Foto Eden Hazard dari http://thumbs.dreamstime.com/x/football-player-eden-hazard-match-shakhtar-donetsk-ukraine-vs-chelsea-london-england-october-donetsk-donbass-31071947.jpg
http://www.goal.com/id-ID/news/1387/nasional/2014/05/26/4840839/indonesians-abroad-gavin-kwan-adsit-cetak-dua-gol-untuk.