Tuesday 12 August 2014

Bagaimana Brunei menundukkan timnas U19

Counter attack mulai menjadi trend baru dalam sepakbola, dan cukup efektif digunakan menghadapi possession football. Permainan possession football yang mengandalkan passing game dan skill para pemainnya sempat terlihat begitu ampuh. Kesuksesan Barcelona dan timnas Spanyol menjadikan mereka sebagai ikon keampuhan possession football. Setelah beberapa tahun berjaya, kelihatannya possession football mulai ditemukan penangkalnya. Salah satunya adalah sepakbola yaang mengandalkan counter attack ini.

Pada dasarnya sepakbola counter attack bertahan dengan rapat, dan "mempersilahkan" lawan maju menyerang. Karena pertahanannya bagus, serangan lawan tidak gampang menembus pertahanan ini. Dan disaat serangan lawan kandas, mereka akan melakukan serangan balik dengan cepat dan berupaya mencetak gol. Contohnya pada pertandingan EPL 22 Maret 2014 antara Chelsea vs Arsenal. Formasi counter attack Chelsea sukses menenggelamkan Arsenal yang sangat membanggakan passing game.

Pada dasarnya, strategi counter attack itulah yang diterapkan oleh Brunei saat menghadapi timnas U19 di Hassanal Bolkiah Trophy 2014. Mereka menumpuk pemain di lini tengah untuk menghambat serangan tim Garuda Jaya. Saat diserang, mereka terlihat hanya meninggalkan satu striker didepan. Saat serangan timnas U19 kandas, Brunei dengan cepat menyusun serangan balik.

Pertandingan berakhir 3-1 untuk kemenangan Brunei. Dalam ketiga gol Brunei itu ada unsur kesalahan pemain kita. Tapi harus diakui striker Brunei Adi Said tampil sangat gemilang dalam partai. Hattrick yang dicetaknya menunjukkan kemampuan finishing yang berkualitas tinggi. Penampilan Adi seharusnya membuka mata Evan Dimas dan Ilham Usin Armayn, bahwa kemampuan penyelesaian akhir mereka masih belum apa-apa. Jika Adi Said bisa tampil konsisten seperti itu, saya tidak akan heran jika ada tim ISL yang tertarik memakai jasanya musim depan.

Di babak pertama timnas U19 terkesan monoton dan terburu-buru saat menyerang. Praktis hanya peluang yang bagus di babak pertama dari Evan Dimas. Tim Garuda Jaya terkesan tidak sabar menghadapi formasi pertahanan ketat lawan. Bukannya tetap menekan dan berupaya mendekat menerobos, timnas U19 berulang-ulang melakukan tembakan jauh dari luar kotak penalti. Sayangnya, akurasi tembakan jauh para pemain kita buruk. Kebanyakan hanya melambung diatas mistar gawang dan tidak perlu membuat kiper Brunei bekerja.

Di babak kedua timnas U19 sudah ketinggalan 3-0. Tim Garuda Jaya mulai melakukan variasi serangan dengan dribbling dan skill individu. Gol satu-satunya timnas U19 diawali dengan keberhasilan Maldini Pali menyusup ke kotak penalti, lalu melepaskan umpan mendatar kedepan gawang. Sempat mampir di kaki Dimas Drajat, bola lalu dijebloskan oleh Ilham Udin Armayn.

Saya rasa pelatih Indra Sjafri membuat keputusan salah membangkucadangkan Hargianto dan memainkan Zulfiandi sejak awal. Zulfiandi cenderung menyerang, sementara Hargianto lebih bagus dalam hal bertahan dan tembakan jarak jauh. Tanpa Hargianto, lini tengah Evan Dimas, Zulfiandi dan Paulo Sitanggang sepertinya kurang kokoh dalam bertahan dan lebih mudah ditembus.

Silahkan klik untuk melihat rekaman lengkap pertandingan babak pertama dan babak kedua. Sementara highlights bisa dilihat disini

Di pertandingan hari ini menghadapi Vietnam, tim Garuda Jaya harus berusaha tampil lebih tenang. Timnas U19 harus lebih sabar dalam usaha membongkar pertahanan lawan dan tidak melulu mengandalkan tembakan jarak jauh. Mengingat waktu istirahat hanya dua hari, sebaiknya dilakukan rotasi pemain. Saya ingin Hargianto dan Dimas Drajat bermain sejak awal.

Referensi:

1. Foto dari http://thumbs.dreamstime.com/x/brunei-s-28th-national-day-23513733.jpg.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA