Saturday 27 August 2016

Big Match EPL 2016-2016 Pekan Ketiga - Hull City vs Manchester United

Awal karir Jose Mourinho bersama Manchester United berjalan mulus. Dua kemenangan sudah diraih di dua partai perdana menghadapi AFC Bournemouth dan Southampton. Tiga gol yang sudah dicetak Zlatan Ibrahimovic menunjukkan bahwa pilihan berisiko yang dilakukan Mou untuk mendatangkan striker veteran ini untuk sementara memberikan hasil positif.

Situs whoscored.com menyebut MU tampil efektif dalam membangun peluang mencetak gol dari kedua sayap. Pilihan yang mungkin bisa dimengerti mengingat posisi Wayne Rooney sebagai gelandang serang di belakang Ibra. Walaupun tampil bagus, Rooney bukan tipe pengatur serangan seperti Mesut Ozil. Jadi mengoptimalkan tak heran jika Mou memilih untuk mengoptimalkan Juan Mata dan Anthony Martial di kedua sisi sayap.

Walaupun begitu MU bukannya tanpa kelemahan. Pekan lalu Southampton menunjukkan bahwa mereka setidaknya sanggup berbalas peluang dengan tim merah dari Manchester ini. Masih ada PR yang sebaiknya diselesaikan oleh Mourinho, karena lawan mereka akhir pekan ini juga berjaya memenangkan dua partai perdana di EPL musim ini.

Hull City menjadi kejutan di awal musim ini. Curtis Davies dan kawan-kawan sukses menundukkan juara bertahan Leicester City di pekan pertama dan lalu Swansea di pekan kedua. The Tigers adalah salah satu dari empat tim yang meraih dua kemenangan beruntun di awal musim ini bersama Manchester United, Manchester City dan Chelsea.

Hull City bisa dibilang tidak punya pemain bintang. Mereka saat ini dipimpin oleh manajer sementara Mike Phelan. Situs whoscored.com mencatat kelebihan Hull City adalah dalam menyerang melalui set-piece dan juga dalam hal umpan terobosan.

Menjamu Manchester United yang sedang dalam performa baik akan menjadi tantangan berat bagi Hull City. Pertandingan dijadwalkan berlangsung pada 27 Agustus 2016 jan 23:30 WIB di stadium KCOM.

Referensi:
https://www.whoscored.com/Matches/1080507/MatchReport
https://www.whoscored.com/Matches/1080528/MatchReport
https://www.whoscored.com/Matches/1080512/MatchReport
https://www.whoscored.com/Matches/1080531/MatchReport/England-Premier-League-2016-2017-Swansea-Hull
https://en.wikipedia.org/wiki/Hull_City_A.F.C.
https://www.whoscored.com/Teams/32
https://www.whoscored.com/Teams/214

Thursday 25 August 2016

Arthur Friedenreich: Harimau Yang Mempersatukan Brazil Lewat Sepakbola

Anda pernah menonton sinetron Little Missy sekitar dua dasawarsa lalu? Ini adalah sebuah telenovela yang bercerita tentang akhir masa perbudakan di Brazil. Diantara tokoh-tokohnya, ada seorang pemuda kulit putih dari keluarga cukup berada yang jatuh cinta pada seorang budak wanita dan menikahinya.

Pernikahan campuran kulit putih dan kulit hitam seperti itu bukan hal yang aneh pasca penghapusan perbudakan di Brazil. Anak-anak hasil pernikahan campuran seperti ini di Brazil dikenal dengan sebutan mulatto. Saat ini ada sekitar 42 juta mulatto di Brazil, kira-kira 20 persen dari total penduduk Brazil.

Tapi pendekatan rasial masih dominan di level elit dan pemerintahan di awal abad 20. Masih banyak yang merasa etnis kulit putih lebih baik dari etnis-etnis lainnya. Secara politik dan ekonomi kaum kulit putih juga dominan.



Referensi:
David Goldblatt, "Futebol Nation a Footballing History of Brazil"https://en.wikipedia.org/wiki/Mulatto.

Wednesday 24 August 2016

Saat Komentator Sepakbola Jadi Pelatih

João Alves Jobin Saldanha (3 July 1917 – 12 July 1990)[1] was a Brazilian journalist and football manager. He coached the Brazil national football team during the South American Qualifying to the 1970 FIFA World Cup. Nicknamed João Sem Medo (Fearless João) by Nelson Rodrigues, Saldanha played for Botafogo. He then started a career in journalism and became one of Brazil's most prolific sports columnists. He often criticised players, managers and teams, and was a member of then-illegal Brazilian Communist Party (Partido Comunista do Brasil – PCB).[2]

In 1957, Botafogo appointed him as their coach, despite his lack of managerial experience. The club won the Rio state championship that season,[2] but Saldanha resigned from the club in 1959.[3] In 1969, he was invited to take charge of the national team, and led them to a perfect 6-0 record. It is alleged that soccer federation president João Havelange appointed him in the hope that journalists would be less critical of the national team if one of their own was in charge.[2]

Saldanha was publicly criticised by Dorival Yustrich, coach of Flamengo. Saldanha responded by confronting him while brandishing a revolver. Saldanha was said to have fallen out of favour because of his unwillingness to select players who were personal favourites of President Emilio Garrastazu Médici, in particular striker Dario (Brazil was a military dictatorship back then).[2] It is reported that Saldanha, after being told that President Médici would be pleased to see Dario in the team, answered that "well, I also have some suggestions to give in the President's ministry choices". The last straw came when the assistant manager resigned, saying that Saldanha was impossible to work with.[2] He was eventually replaced by Zagallo, who lead the team to their third victory in the 1970 World Cup.

Saldanha returned to his career in journalism and later became a critic of what he perceived as the "Europeanisation of Brazilian football"; the adoption of more defensive schemes and the loss of features such as the jogo bonito style typical of offensive playing. In an interview to TV Cultura's Roda Viva Saldanha recalled his period as coach of the national team as bittersweet, since a lot of his friends at PCB were being killed by the political repression led by President Médici. He travelled to Italy to provide the news coverage of the 1990 FIFA World Cup for Rede Manchete. He was debilitated due to his cigarette addiction and died in Rome on 12 July 1990, just four days after the end of the tournament.

Born into poverty, Dadá began his career in 1965, playing in the youth squad of Campo Grande, a small and modest club with no great history in Rio. His style and talent caught the eye of a scout working for Atlético Mineiro, a large and very traditional club from the state of Minas Gerais, who signed him in 1968. In 1969 his prestige was so great that then Brazilian President Emílio Garrastazu Médici asked coach Mário Zagallo to call Dadá to join the national team going to the 1970 World Cup in Mexico. He was benched for most of the tournament, however. In total he was capped 6 times for Brazil between 1970 and 1973.[1]

Referensi:
David Goldblatt, "Futebol Nation a Footballing History of Brazil"
https://en.wikipedia.org/wiki/Jo%C3%A3o_Saldanha
https://en.wikipedia.org/wiki/Dad%C3%A1_Maravilha

Tuesday 23 August 2016

Bagaimana Sepakbola Menjadi Identitas Nasional Brazil

Kemerdekaan Brazil tidak terjadi melalui perang kemerdekaan. Tahun 1822, raja Dom Pedro meninggalkan Brazil untuk menduduki tahta portugal. Putranya, Dom Pedro II ditinggal di Brazil untuk memimpin kerajaan Brazil yang merdeka.

Setelah kerajaan runtuh tahun 1889, Brazil beralih menjadi sebuah republik. Walaupun begitu militer cukup sering ikut campur dan melakukan kudeta. Terkadang militer juga terlibat konflik bersenjata dengan negara tetangga.

Dengan latar belakang sejarah seperti itu, Brazil semacam ikatan emosional yang mempersatukan para penduduknya. Kemerdekaan didapatkan retalif tanpa revolusi, dan aksi-aksi pihak militer juga tidak egitu mendapatkan simpati. Padahal Brazil itu luas sekali, negara terluas kelima di dunia. Penduduknya kira-kira mencapai 190 juta. terbagi atas etnis kulit putih, kulit hitam dan etnis campuran kulit cokelat. Belum lagi masalah sosial pasca perbudakan yang baru berakhir tahun 1888.

Saat negara ini membutuhkan sebuah identitas pemersatu, mereka berkenalan dengan sepakbola yang dibawa para pelaut Inggris. Permainan ini segera menyebar dan populer di Brazil. Dalam kurun waktu sekitar 30 tahun, mereka sudah punya pendekatan sendiri terhadap sepakbola. Brazil bisa memperbaharui sepakbola menjadi lebih baik dari versi aslinya di Inggris.

Saat ini sepakbola sudah menjadi identitas nasional di Brazil. Anda mungkin tidak tahu siapa presiden Brazil saat ini, atau apa nama ibukota Brazil. Tapi bisa dibilang semua orang tahu bahwa Brazil itu adalah negara yang jago dalam soal sepakbola.

Referensi:
David Goldblatt, "Futebol Nation a Footballing History of Brazil"
https://en.wikipedia.org/wiki/Brazil
https://en.wikipedia.org/wiki/Demographics_of_Brazil

Monday 22 August 2016

Masih ada tempat di timnas untuk Andik.

Sejumlah nama telah dipanggil pelatih Alfred Riedl untuk bergabung dengan timnas senior. Kesan peremajaan cukup terasa di tim utama adalah yang dipersiapkan untuk ajang piala AFF. Tapi ada satu nama yang terasa hilang: Andik Vermansyah.                        

Tidak seperti rekan-rekannya di tanah air yang sempat dihantam oleh keputusan Menpora membekukan PSSI, Andik tidak terpengaruh keputusan itu. Andik memang berkompetisi di luar negeri, yaitu di klub Selangor di Malaysia. Andik bahkan sudah menjadi andalan klub tersebut.                        

Ternyata masalahnya ada pada sistem pemusatan latihan yang diterapkan Riedl. Selangor keberatan untuk melepas Andik lama-lama ke Timnas. Mereka membutuhkan Andik karena saat ini kompetisi masih bergulir. Apalagi merekalah yang membayar gaji Andik.                        

Konflik seperti ini sebenarnya lumrah terjadi dimana saja. Di Eropa juga klub akan menolak melepaskan pemainnya dalam waktu lama ke Timnas negara asal si pemain. Kecuali mungkin jika pemain tersebut bukan andalah di klub tersebut dan bergabung dengan timnas mungkin justru akan membantu pemain berkembang.                        

Selangor wajib melepas Andik untuk ajang resmi FIFA dan tanggal-tanggal yang memang dialokasikan untuk timnas. Jadwal terdekat adalah awal September nanti. Perlu diingat bahwa piala AFF bukan ajang resmi FIFA sehingga mungkin saja Selangor menolak melepaskan Andik saat ajang ini berlangsung. Untuk mengantisipasi hal ini pihak PSSI harus melakukan lobby sejak jauh jauh hari. Contohlah timnas Brazil yang sukses melakukan lobby ke klub Barcelona agar melepas Neymar ke ajang olimpiade Rio De Janeiro yang baru saja berakhir.

Sunday 21 August 2016

Brazil Menjuarai Olimpiade Untuk Pertama Kalinya

Neymar dan kawan-kawan mencetak sejarah yang tidak mampu ditorehkan oleh pemain sekelas Didi, Junior, Romario, Bebeto, Roberto Carlos, Rivaldo, Ronaldo dan Ronaldinho. Mereka membawa Brazil menjuarai cabang sepakbola pria Olimpiade untuk pertama kalinya. Di final menghadapi Jerman di olimpide Rio De Janeiro 2016, Neymar dan pasukannya sukes mengalahkan Jerman dengan adu penalti 5-4, setelah skor imbang 1-1 di waktu normal plus wkatu tambahan 2x15 menit.

Brazil selalu lolos ke putaran final piala dunia, tapi tidak demikian dengan olimpiade. Sepakbola pria sudah dimainkan di olimpiade sejak tahun 1900, tapi Brazil baru mulai berpartisipasi di tahun 1952. Mereka gagal lolos ke olimpiade 1956, 1980, 1992 dan 2004.

Dari 12 olimpiade sebekumnya, Brazil tercatat pernah tiga kali melaju ke final olimpiade. Dunga adalah salah seorang pemain Brazil di olimpiade 1984. Saat itu aturan U23 plus tiga pemain senior belum berlaku. Dunga dan kawan memenangkan tiga partai di babak penyisihan menghadapi Saudi Arabia, Jerman Barat dan Maroko. Mereka perlu memenangkan adu penalti untuk meleati Kanada di perempat final. Di semifinal, Italia berhasil ditaklukkan, sayangnya Perancis menekuk mereka 2-0 di final dan tim samba harus puas dengan medali perak.

Empat tahun kemudian, giliran Romario dan Bebeto menjadi andalan Brazil di olimpiade 1988. Mereka juga memenangkan tiga pertandingan di fase grup atas Nigeria, Autralia dan Yugoslavia. Di perempat final giliran Argentina yang mereka kalahkan, lalu Jerman Barat di semifinal. Di final menhadapi Uni Sovyet, Romario mencetak gol pertama. Sayangnya Uni Sovyet mampu membalas dua gol lewat Dobrovolski dan Savichev. Kembali Brazil harus puas dengan medali perak.

Brazil harus menunggu 24 tahun untuk bisa kembali tampil di final olimpiade. Di olimpiade 2012, aturan U23 plus tiga pemain senior sudah berlaku. Generasi Neymar mendapat kesempatan untuk gigi, selain Neymar ada Rafael Da Silva, Oscar dan Leandro Damiao. Mereka memenangkan tiga pertandingan fase grup menghadapi Mesir, Belarusia dan  Selandia Baru. Honduras dan Korea Selatan menjadi lawan yang ditundukkan di perempat final dan final. Sayangnya di  final menghadapi Mexico, dua gol Peralta hanya bisa dibalas satu oleh Hulk. Brazil kembali gagal merebut medali emas olimpiade.

Tahun ini Neymar kembali ke olimpiade, kali ini mengisi salah satu jatah pemain senior. Para junior Neymar Brazil cukup punya reputasi, sebut saja nama Marquinhos, Gabriel Barbosua, Rafinha dan Gabriel Jesus. Hanya saja olimpiade di rumah sendiri ini ternyata tidak berlangsung mulus.

Brazil gagal mencetak gol di dua pertandingan pertama menghadapi Afrika Selatan dan Irak. Dua pertandingan itu berakhir imbang tanpa gol dan Brazil yang tumpul terancam tidak lolos ke perempat final. Untunglah kemampuan mencetak gol mereka muncul di partai ketiga melawan Denmark yang berakhir 4-0.

Kemenangan atas Denmark mengasaha ketajaman Neymar dan kawan-kawan. Tim tangguh Kolombia dikalahkan 2-0 di perempat final, lalu Honduras dihajar 6-0 di babak semifinal. Brazil lolos ke partai final dengan mencetak 12 gol tanpa kebobolan satu kali pun.

Lawan di final adalah Jerman, lawan setanding yang maju ke final tanpaa terkalahkan dan sudah mencatatkan 21 gol. Gol Neymar berhasil dbalas oleh Max Meyer dan pertandingan tetap imbang 1-1 setelah perpanjangan waktu 2x15 menit. Lima pemain Brazil yang dipercaya mengambil tembakan penalti sukses melaksanakan tugasnya. Mereka adalah Renato Augusto, Marquinhos, Rafinha, Luan dan Neymar. Sementara  Matthis Ginter, Serge Gnabry, Julian Brandt, Niklas Sule juga sukses melakukan tugasnya untuk Jerman.

Hasil pertandingan ini ditentukan kegagalan penempak penalti kelima Jerman, Nils Petersen, melakukan tugasnya. Brazil sukses menjuarai olimpiade untuk pertama kalinya, dan melakukannya di depan publiknya sendiri.


Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Brazil_national_under-23_football_team
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1952_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1960_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1964_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1968_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1972_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1976_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1984_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1988_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_1996_Summer_Olympics_%E2%80%93_Men%27s_tournament
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_2000_Summer_Olympics_%E2%80%93_Men%27s_tournament
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_2008_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_2012_Summer_Olympics_%E2%80%93_Men%27s_tournament
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_2016_Summer_Olympics_%E2%80%93_Men%27s_tournament

Saturday 20 August 2016

Big Match EPL 2015-2016 Pekan Kedua - Leicester City vs Arsenal

Kesuksesan Leicester City menjadi juara EPL musim lalu adalah sebuah fenomena. Sungguh mengejutkan bahwa sebuah tim semenjana bisa menjadi kampiun dari sebuah liga kelas satu. Apalagi ini adalah gelar juara liga pertama untuk pelatih Claudio Ranieri setelah sekian puluh tahun berjuang.

Tapi ada sebuah kekurangan dari penampilan Leicester musim itu. Mereka selalu kalah saat menghadapi tim meriam London, Arsenal. Pertandingan di Leicester berakhir dengan kemenangan 5-2 untuk Arsenal. Sementara pertandingan lainnya di stadium Emirates kembali berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk tim merah dari London.

Dibandingkan musim lalu, Leicester lebih punya masalah. Mereka kehilangan poros halang andalan, N'Golo Kante. Sementara lawan mereka Arsenal justru mempertahankan pemain-pemain pilarnya.

Kedua tim ini menderita kekalahan di partai perdana. Kekalahan Arsenal "lebih bisa dimengerti" karena lawan mereka di pertandingan pertama adalah tim kuat Liverpool. Bandingkan dengan Leicester City yang kalah dari lawan yang sedang dirundung masalah seperti Hull City.

Pertandingan ini dijadwalkan berlangsung pada Sabtu 20 Agustus 2016 jam 23:30 WIB di Leicester.

Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/2015%E2%80%9316_Arsenal_F.C._season

Friday 19 August 2016

Guardiola Berjaya Di Kualifikasi Liga Champions Perdana Bersama Manchester City.

Pep Guardiola bisa dibilang adalah manejer sepakbola yang sangat beruntung. Manajer hebat seperti lain Alex Ferguson dan Jose Mourinhoo harus meniti karir dari klub kecil terlebih dahulu. Akah halnya Guardiola, klub-klub yang ditanganinya semuanya nama besar, yaitu Barcelona, Bayern Munich dan Manchester City.

Guardiola dipercaya menangani Barceloa di musim 2008-2009 menggantikan Frank Rijkaard. Memamng Guardiola lebih sukses dari Rijkaard, dilihat dari tiga gelar liga champions yang dimenangkannya. Menang Pep dianggap berhasil mematangkan pemain binaan akademi Barcelona seperti Lionel Messi,  Carlos Puyol, Xavi dan Iniesta. Tapi andil Rijkaard tidak bisa diabaikan karena dia meninggalkan pemain selevel Eric Abidal, Samuel Eto'o, Thierry Henry dan Ronaldinho.

Berikutnya, Pep memilih Bayern Munich di musim 2013-2014. Jupp Heynckes meninggalkan skuad yang menjuarai liga champions di musim sebelumnya. Tiga tahun bersama Pep, Bayern memang sangat dominan di Jerman, tapi mereka selalu gagal mengulangi kejayaan di liga champions.

Lalu Pep pindah ke Manchester City awal musim ini. Seperti juga Barcelona dan Bayern Munich, Manchester City juga klub besar dan kaya. Tapi mereka mereka tidak bisa dibilang mendominasi liga Inggris. Mungkin sukses bersama Manchester City adalah tantangan terbesar untuk Pep Guardiola.

Sebagai peringkat keempat EPL musim lalu, Manchester City harus melewati partai kualifikasi dulu untuk melaju ke liga champions. Yang menjadi lawan adalah Steaua Bukarest. Dalam pertandingan perdana di markas lawan pada tangal 16 Agustus 2016, Barcelona sukses mencetak kemenangan besar 5-0.

Sebenarnya debut Pep di liga champions juga bermula di babak penyisihan. Di musim 2008-2009 itu Barcelona harus menyingkirkan Wisla Krakow terlebih dahulu untuk lolos ke liga champions. Pep dan Barcelona sukses menjadi kampiun liga champions musim itu.

Referensi:https://en.wikipedia.org/wiki/Pep_Guardiola
https://en.wikipedia.org/wiki/2007–08_FC_Barcelona_season
https://en.wikipedia.org/wiki/2008%E2%80%9309_FC_Barcelona_season
https://en.wikipedia.org/wiki/2016%E2%80%9317_Manchester_City_F.C._season

Wednesday 17 August 2016

Maulwi Saelan, Kiper Nasional dan Pejuang Kemerdekaan

Maulwi Saelan adalah bukti bahwa para pesepakbola Indonesia juga punya saham dalam memerdekakan negeri ini. Pasca proklamasi kemerdekaan 1945 Maulwi Saelan berjuang mengangkat senjata di daerahnya. Dia tergabung di laskar yang sama dengan pahlawan nasional Wolter Mongonsidi. Pasca perjanjian Linggarjati yang hasilnya adalah Belnada mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto hanya di Jawa dan Madura, Maulwi Saelan hijrah untuk berjuang di pulau Jawa.

Pasca kemerdekaan, Maulwi Saelan tetap berkarir sebagai tentara sekaligus menjadi atlet sepakbola nasional. Dia adalah kiper andalan timnas di dekade 50an. Dia ikut serta dalam timnas Indonesia yang dikirim ke olimpiade 1956 di australia.

Bayangkan jika timnas Indonesia saat ini berhadapan dengan CR7 dan timnas Portugal. Apakah timnas kita akan mampu menahan gempuran-gempuran dari tim juara Eropa? Mampukah Kurnia Meiga atau Made Wirawan menjaga gawang timnas dari kebobolan.

Kurang lebih seperti itulah yaang dihadapi yang dihadapi Maulwi Saelan dan kawan-kawan saat tampil di perempat final olimpiade 1956. Saat itu memang belum ada yang namanya piala Eropa. Tapi saat piala Eropa pertama nantinya empat tahun kemudian, yang akan menjadi juara adalah Uni Sovyet. Kiper Lev Yashin dan gelandang Igor Netto yang dihadapi oleh Maulwi Saelan dan kawan-kawan nantinya akan melaju bersama timnas Uni Sovyet yang menjuarai piala Eropa 1960.

Karena itulah prestasi Maulwi Saelan dan kawan-kawan menahan Uni Sovyet 0-0 di olimpiade 1956 itu masih dianggap sebagai prestasi terbaik timnas sampai saat ini. “Saya jatuh bangun menahan gelombang serbuan beruang merah. Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw, harus dilakukan sudden death tendangan penalti,” kata Maulwi Saelan mengenang.

Referensi:
http://www.berdikarionline.com/maulwi-saelan-dari-penjaga-gawang-hingga-penjaga-bung-karno/
https://id.wikipedia.org/wiki/Perundingan_Linggarjati
http://www.fifa.com/tournaments/archive/mensolympic/melbourne1956/matches/round=197070/match=32401/index.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Association_football_at_the_1956_Summer_Olympics
https://en.wikipedia.org/wiki/1960_European_Nations%27_Cup_Final

Sunday 14 August 2016

Serge Gnabry, Pemain Cadangan Arsenal Yang Jadi Bintang Olimpiade 2016

Perekrutan Serge Gnabry mungkin adalah hal klasik bagi Arsenal. Kisah talenta yang sudah terlacak sejak masih sangat belia. Pemuda Jerman yang punya darah Pantai Gading sudah bergabung dengan Arsenal sejak usia 16 tahun di musim 2011-2012.

Pemuda yang berposisi sebagai pemain sayap ini menjalani tahapan demi tahapan pembinaan di Arsenal. Kompetisi U18 dan kompetisi tim cadangan sempat dijajal Gnabry. Pemuda yang larinya sangat kencang ini juga sempat berkiprah di NextGen Series.

Gnabry menjalani debut EPL pada 20 Oktober 2012 menghadapi Norwich City di Carrow Road. Pemain setinggi 173 cm ini mencetak gol EPL perdana ke gawang Norwich City musim berikutnya. Sampai akhir musim 2013-2014 karir Gnabry di Arsenal masih sesuai jalur.

Tapi Gnabry mengalami cedera parah di musim berikutnya, dan harus absen berbulan-bulan. Pasca cedera, Gnabry agak kesulitan untuk mendapatkan kesempatan bermain di tim utama Arsenal. Musim lalu dia sempat dipinjamkan ke west Bromwich Albion.

Untunglah bagi Gnabry, talentanya masih menarik perhatian di negaranya, Jerman. Alumni VfB Stuttgart dipercaya memperkuat timnas Jerman di olimpiade 2016. Memang usianya masih 21 tahun, memenuhi syarat untuk bermain di olimpiade.

Gnabry tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bersinar. Dari empat partai yang sudah berlangsung, Gnabry sudah mencatatkan enam gol. Prestasi ini membawa Gnabry menjadi top skorer sementara di cabang sepakbola pria olimpiade Rio De Janeiro 2016.

Serge Gnabry selalu mencetak gol dalam empat partai yang sudah berlangsung. Gnabry mencetak gol pertama Jerman di pertandingan ini. Skor akhir pertandingan ini adalah seri 2-2.

https://www.youtube.com/watch?v=UJ6dSt4vxRU

Pertandingan kedua adalah menghadapi Korea Selatan. Cukup mengejutkan bahwa Korea Selatan bisa menahan Jerman dengan skor 3-3. Dalam pertandingan ini Gnabry mencetak gol pertama dan ketiga Jerman, sekaligus menyelamatkan Jerman dari kekalahan di babak injury time.

https://www.youtube.com/watch?v=c9hfMPHltms

Jerman memastkan diri lolos ke babak perempat final usah menghajar Fiji 10-0. Gnabry menjadi pemain pertama yang mencetak gol untuk Jerman. Gol keenam Jerman di pertandingan ini juga dicetak oleh Serge Gnabry.

https://www.youtube.com/watch?v=w0aJU_lEk70

Kemenangan atas Fiji agaknya memompa kepercayaan diri pemain-pemain Jerman. Mereka melanjutkan performa gemilang saat menekuk Portugal 4-0 di babak perempat final. Dalam pertandingan ini Gnabry kembali mencetak gol pertama untuk Jerman.

https://www.youtube.com/watch?v=Y6TvOcdCZio

Berikutnya Gnabry dan Jerman akan menghadapi Nigeria di di babak semifinal pada 18 Agustus 2016 jam 02:00 dinihari. Pemenang partai ini adalah akan tampil di final menghadapi pemenang partai semifinal Brazil vs Honduras.

Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Serge_Gnabry
http://livescore.com/soccer/summer-olympics-2012/
https://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_2016_Summer_Olympics_%E2%80%93_Men%27s_tournament_%E2%80%93_Group_C

Saturday 13 August 2016

Ketidakstabilan Berbeda Arsenal vs Liverpool - Big Match EPL 2016-2017 Pekan Pertama

Musim lalu sama-sama mengecewakan bagi Arsenal dan Liverpool. Kedua tim ini menunjukkan performa yang tidak stabil musim kemaren. Tapi bicara ketidakstabilan Arsenal musim lalu berbeda dengan kasus Liverpool.

Saya cukup yakin kalau Arsenal sebenarnya cukup kuat untuk menjuarai EPL. Hanya saja mereka punya penyakit buruk, mendadak kehabisan bensin sebelum kompetisi selesai. Musim lalu Arsenal masih memimpin klasemen EPL hingga pekan ke-22. Setelah itu tiga kekalahan dan dua hasil seri di tujuh pekan berikutnya merusak peluang juara mereka. Walaupun berusaha memperbaiki performa, Arsenal mengakhiri musim lalu di posisi kedua, tidak cukup bagus untuk para penggemar mereka yang haus gelar juara.

Sementara ketidakstabilan Liverpool musim lalu lebih di konsistensi. Mereka belum mampu konsisten menang melawan tim semenjana dan tampil kompetitig melawan tim besar. Musim lalu catatan kekalahan Liverpool adalah 10 kali, terlalu banyak untuk tim besar yang mengincar gelar juara.

Tak heran jika Liverpool musim panas itu lebih sibuk di bursa transfer. Melihat latar belakang manajer Jürgen Klopp, tidak heran empat pemain didatangkan dari liga Jerman, yaitu kiper Loris Karius dan Alex Manninger, serta bek tengah Ragnar Klavan dan Joël Matip. Mereka juga mendatangkan dua bintang EPL sebgai amunisi ofensif, yaitu Georginio Wijnaldum dan Sadio Mané.

Untuk menyeimbangkan neraca pemasukan dan pengeluaran, Liverpool melepas banyak pemain, termasuk gelandang Joe Allen dan bek tengah Martin Skrtl. Liverpool melepas talenta muda lulusan akademi mereka. Jordon Ibe. Agaknya saat ini Jürgen Klopp lebih memprioritaskan prestasi daripada pembinaan.

Arsenal relative pasif di bursa transfer tahun ini. Transfer yang penting mungkin hanya gelandang Granit Xhaka. Keputusan yang masuk akal disaat mereka melepas tiga gelandang senior, yaitu Mikel Arteta, Mathieu Flamini dan Tomáš Rosický.

Hasil ujicoba pramusim lebih memihak Arsenal, yang mencatatkan empat kemenangan dan satu hasil seri. Hasil ujicoba Liverpool tidak begitu baik. Mereka mengakhiri ujicoba pramusim dengan kekalahan 1-2 dari AS Roma dan 0-4 dari Mainz 05.
Pertandingan ini dijadwalkan berlangsung di Emirates stadium pada Ahad 14 Agustus 2016 jam 22:00 WIN, disiarkan langsung oleh RCTI.

Referensi: http://www.goal.com/id-ID/news/2835/jadwal-televisi/2016/08/11/26413462/jadwal-televisi-13-16-agustus?ICID=HP_TS_1
https://en.wikipedia.org/wiki/2015–16_Arsenal_F.C._season
https://en.wikipedia.org/wiki/2016%E2%80%9317_Arsenal_F.C._season
https://en.wikipedia.org/wiki/2015–16_Liverpool_F.C._season
https://en.wikipedia.org/wiki/2016%E2%80%9317_Liverpool_F.C._season






Friday 12 August 2016

Leroy Sane, Sayap Belia Manchester City

Olimpiade adalah ajang untuk pesepakbola berusia 23 tahun ke bawah plus tiga pemain senior. alaupun begitu timnas Jerman yang sedang berlaga di olimpiade ternyata tidak mengikutsertakan seorang talenta asal negeri itu. Dialah Leroy Sané yang baru saja didatangkan Manchester City.

Pemuda 20 tahun ini mampu bermain sebagai sayap kanan maupun sayap kiri. Leroy Sané adalah lulusan akademi Schalke 04 dan dua musim terakhir bermain untuk Schalke. Manchester City harus mengeluarkan biaya transfer untuk dapat mendatangkan 37 juta poundsterling, yang bisa meningkat sampai 46.5 juta poundsterling tergantung dari performa Leroy Sané di Manchester City.

Perekrutan Leroy Sané sepertinya tidak lepas dari faktor Pep Guardiola sebagai anager Manchester City. Guardiola tiga tahun terakhir bertugas sebagai pelatih Bayern Munich dan tentunya sempat menghadapi Schalke 04 dan Leroy Sané. Lagipula Guardiola punya reputasi bagus dalam hal memaksimalkan potensi talenta belia.

Tetap saja Leroy Sané akan menghadapi persaingan berat di Manchester City. Walaupun bisa
bermain sebagai sayap kanan, syap kiri maupun gelandang serang, Manchester City sudah punya nama-nama mentereng yang juga didatangkan dengan biaya mahal. Leroy Sané harus bersaing dengan Navas, Raheem Sterling, Samir Nasri, Nolito, David Silva dan Kevin De Bruyne.


Referensi;
https://en.wikipedia.org/wiki/Leroy_San%C3%A9
https://www.whoscored.com/Players/144711/
https://en.wikipedia.org/wiki/Manchester_City_F.C.

Thursday 11 August 2016

Eric Bailly, Tembok Baru Manchester United

Kebutuhan Manchester United akan bek tengah kelas satu cukup terasa musim lalu. MU membutuhkan palang pintu yang lebih baik dari Phil Jones dan Chris Smalling. Cukup mengejutkan bahwa solusi yang ditawarkan José Mourinho bukanlah bek tengah berpengalaman, tapi justru bek muda seperti Eric Bailly.

Karir pemuda Pantai Gading ini memang melesat cepat. Tahun 2011, di usia 17 tahun, Bailly sudah merantau ke Spanyol untuk bergabung dengan akademi Espanyol. Dua tahun kemudian, Bailly sudah dipercaya bermain untuk Espanyol B, tim kedua Espanyol yang bermain di Segunda División B, kasta ketiga liga Spanyol.

Musim berikutnya, 2014-2015, Eric Bailly sudah dipercaya bermain untuk Espanyol di La Liga. Baru lima kali tampil untuk Espanyol, pemuda yang saat itu berusia 20 itu menarik perhatian Real Villareal. Tim berjulukan kapal selam kuning ini merekrut Bailly dengan biaya transfer 5.7 juta euro untuk menggantikan Gabriel Paulista yang dilepas ke Arsenal.

Baru satu setengah tahun bermain untuk Real Villareal, Eric Bailly ternyata sudah menarik perhatian MU. Biaya transfer yang dikeluarkan MU mencapai 30 juta poundsterling, berkali lipat dari biaya yang dikeluarkan Real Villareal saat mendatangkannya dari Espanyol. Manajemen MU tentunya sangat percaya pada kemampuan bek tengah setinggi 187 cm ini.

Eric Bailly bisa bermain sebagai bek kanan, bek tengah maupun bek kiri. Menurut whoscored.com, Bailly bagus dalam hal memotong bola dan melakukan tackle. Hebatnya lagi, Bailly ternyata juga jago melakukan dribble.

Ketangguhan Eric Bailly dapat disimak saat membantu MU memenangkan piala Community Shield 2016-2017. Dalam pertandingan itu MU mengalahkan Leicester City dengan skor 2-1. Eric Bailly terpilih sebagai pemain terbaik di partai itu.




Bersama tim nasional Pantai Gading, Eric Bailly ikut memenangkan piala Afrika 2016.

Referensi:https://en.wikipedia.org/wiki/Eric_Bailly
https://en.wikipedia.org/wiki/Manchester_United_F.C.
https://www.whoscored.com/Players/243814/

Wednesday 10 August 2016

Kemenangan Pertama Brazil di Olimpiade Rio De Janeiro 2016

Cabang sepakbola di olimpiade Rio De Janeiro 2016 punya arti khusus bagi Brazil. Sebagai tuanrumah, mereka berada pada posisi menguntungkan untuk mengincar gelar juara. Apalagi Brazil belum pernah sekalipun menjuarai cabang sepakbola di olimpiade.
Brazil punya tradisi mendidik talenta-talenta berbakat. Di generasi terkini ada Marquinhos (Paris Saint-Germain), Felipe Anderson (Lazio), Rafinha (Barcelona), Luan (Grêmio), Gabriel Barbosa (Santos) dan Gabriel Jesus (Palmeiras). Renato Augusto (Beijing Guoan) dan Neymar (Barcelona) ikut memperkuat tim ini mengisi jatah pemain senior.

Hanya saja sekarang bukanlah saat yang cerah bagi sepakbola Brazil. Mereka masih dihantui kegagalan di piala dunia 2014 yang juga berlangsung di rumah sendiri. Timnas senior Brazil juga gagal di Copa America 2016 dan terseok-seok di kualifikasi piala dunia 2018. Hal ini tentunya memberi tekanan bagi timnas Brazil yang tampil di olimpiade 2016 ini.

Dan ternyata Brazil tidak mengawali kiprahnya di olimpiade 201 ini dengan gemilang. Dua partai perdana berakhir imbang tanpa gol. Padahal yang menjadi lawannya adalah Afrika Selatan dan Irak, keduanya bukan negara kuat sepakbola.

Tapi situasi akhirnya berubah di pertandingan ketiga menghadapi Denmark. Brazil sukses mendominasi pertandingan dan menang dengan skor 4-0. Gol-gol kemenangan Brazil dicetak oleh Gabriel Barbosa (40'), Gabriel Jesus (40'), Luan (50') dan sekali lagi Gabriel Barbosa (80').


Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Brazil_national_under-23_football_team
https://www.theguardian.com/sport/2016/aug/10/brazil-denmark-rio-olympic-soccer-football
http://livescore.com/soccer/summer-olympics-2012/group-a/denmark-u23-vs-brazil-u23/1-2217764/

Tuesday 9 August 2016

Sadio Mané, Sayap Baru Liverpool

Seperti banyak pemuda asal Afrika lainnya, Sadio Mané mengawali karir sepakbolanya di Perancis. Tahun 2011, pemuda Senegal yang saat itu berusia 19 tahun sudah punya kontrak profesional dengan Metz. Saat itu Metz bermain di ligue 2, kasta kedua liga Perancis.

Metz terdegradasi di akhir musim, tapi Sadio Mané menarik perhatian klub Austria, Red Bull Salzburg. Dua tahun di liga Austria, Sadio Mané membantu Red Bull Salzburg menjuarai liga di musim 2012-2013. Naluri mencetak golnya juga terasah disini, dengan catatan 31 gol dari 63 pertandingan liga.

Penampilan Mané ternyata menarik perhatian Southampton untuk memboyongnya ke EPL tahun 2014 dengan tebusan 11.8 cSouthampton  mungkin tim semenjana, tapi Sadio Mane sukses membuktikan diri layak menjadi bintang. Untuk ukuran pemain sayap, Mane masih tetap tajam dengan catatan 21 gol dari 67 penampilan. Anda dapat menilai sendiri dari rekaman sejumlah gol yang dicetaknya bersama Southampton.


Di bursa transfer musim panas ini Liverpool merekrut Sadio Mane dari Southampton dengantebusan 34 Southampton. Mungkin Liverpool memang membutuhkan sayap yang ekplosif dan tajam seperti Mane. Situs whoscored.com menyebut Mane sebagai pemain yang memiliki dribble bagus dan juga bagus dalam membagi bola. Kekurangannya adalah pada duel udara.

Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Sadio_Man%C3%A9
https://www.whoscored.com/Players/109915/
https://en.wikipedia.org/wiki/FC_Red_Bull_Salzburg




Monday 8 August 2016

Skuad 24 pemain Timnas U19 Asuhan Eduard Tjong

Pelatih Eduard Tjong sudah memilih 24 pemain timnas U19. Skuad ini disiapkan untuk piala AFF U19 bulan September nanti di Vietnam. Sebanyak 24 pemain ini akan menjalani TC di Yogyakarta mulai 8 Agustus 2016.

Mepetnya waktu yang tersisa antara berakhirnya sanksi FIFA dengan penyelenggaraan piala AFF U19 membuat manajemen timnas U19 agaknya tidak punya kesempatan untuk "blusukan" keliling Indonesia mencari pemain. Tak heran jika yang dipanggil adalah pemain-pemain muda klub-klub TSC atau divisi utama. Ada juga yang berasal dari sekolah sepakbola seperti ASIFA. Sejumlah pemain bahkan tidak tercatat tergabung di klub, hanya di agen pemain MSG.

Sejumlah nama yang dipanggil tidak asing lagi bagi penggemar sepakbola tanah air. Dimas Drajad dan Awan Setho Raharjo sebelumnya juga memperkuat timnas U19 di jaman Indra Sjafri. Ada juga Bagas Adi Nugroho yang sempat mencuri perhatian saat memperkuat Semen Padang di final piala Jenderal sudirman awal tahun ini.

Berikut adalah daftar pemain timnas U19:
1. Muhammad Riyandi (Kiper), Barito Putera
2. Satria Tama (Kiper), Persegres Gresik
3. Awan Setho Raharjo (Kiper), Persip Pekalongan
4. Arizky Wahyu Satria (Bek), ASIFA
5. Bagas Adi Nugroho (Bek), MSG
6. Samuel Cristianson (Bek), MSG
7. Jujun Saefuloh (Bek), Persib
8. Ibrahim Sanjaya (Bek), Persip Pekalongan
9. Habibi (Bek), PS Bangka
10. Andy Setyo Nugroho (Bek), Pusamania Borneo FC
11. Chrystna Bhagascara (Gelandang), ASIFA
12. Satria Wardana (Gelandang), Kwarta Medan
13. Hanif Abdurrauf Sjahbandi (Gelandang), MSG
14. Syahrian Abimanyu (Gelandang), MSG
15. Abdul Haris Tuakia (Gelandang), PPLM
16. Edo Febriansyah (Gelandang), PPLM
17. Nevvi A Duaramury (Gelandang), PPLM
18. Pandi Lestaluhu (Gelandang), PS TNI
19. Asnawi Mangkualam Bahar (Gelandang), PSM Makassar
20. Muhammad Alwi Slamat (Gelandang), Semen Padang
21. Sandi Pratama (Gelandang/Penyerang), PS Bangka
22. Sadil Ramdani (Penyerang), ASIFA
23. Muhammad Rafli (Penyerang), ASIFA
24. Muhammad Dimas Drajad (Penyerang), PS TNI

Referensi:
http://bolalob.com/read/37719/eduard-tjong-umumkan-24-nama-pemain-timnas-indonesia-u19
http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140816_155315_dimas-drajat-timnas-u19.jpg

Sunday 7 August 2016

Mampukah Timnas Indonesia Menahan Imbang Brazil?

Musim yang buruk bagi sepakbola Brazil. Diawali dengan kegagalan di piala dunia 2014 di negeri sendiri, lalu terseok di kualifikasi piala dunia 2018. Yang terbaru, dua hasil seri tanpa gol di olimpiade Rio yang sedang berlangsung.

Dua tim semenjana sukses menahan imbang Brazil tanpa gol. Irak memang sempat menjadi juara Asia 2007, tapi setelah itu pamornya surut dibanding Jepang, Korea dan Australia. Sementara prestasi sepakbola Afrika Selatan juga tidak sebagus Pantai Gading,  Nigeria dan Aljazair.

Bagaimana dengan Indonesia, mampukah Indonesia menahan Brazil tanpa gol. Bukankah prestasi terbaik kita adalah keberhasilan menahan imbang Uni Soviet di tanpa gol di penyisihan olimpiade 1956. Mampukah generasi pesepakbola Indonesia saat ini meniru prestasi itu?

Sepertinya tidak. Kultur sepakbola kita adalah menyerang, bukan bertahan. Ironisnya, sementara hal ini tidak menjamin Timnas produktif mencetak gol,  lini belakang timnas tidak selalu rapuh.

Tapi kalau melihat rekor pertandingan Iraq, mereka juga sebenarnya jarang bisa bertahan dengan bagus sampai bisa clean sheet. Artinya, pertahanan kokoh saat menghadapi Brazil adalah strategi untuk partai saat itu. Para pemain Irak mampu tampil bagus karena mereka mampu tampil kompak mengimplementasikan strategi yang telah dipersiapkan.

Timnas Indonesia sendiri terakhir bertemu dengan Irak tahun 2013, di ajang prakualifikasi piala Asia 2015. Saat iu timnas kesulitan mempertahankan diri dari rentetan serangan Irak. Irak memenangkan partai perdana di Dubai pada 6 Februari 2013 dengan skor 1-0, dan partai lainnya di Jakarta 19 November 2013 dengan skor 2-0.

Mencetak gol memang hal terpenting dalam sepakbola, dan merupakan syarat utama meraih kemenangan. Tapi tidak kebobolan akan memastikan suatu tim meraih hasil positif. Apalagi saat berjalan dengan tim yang jauh kuat, hasil seri akan terasa bagaikan kemenangan.

Referensi:
http://www.fifa.com/live-scores/teams/country=irq/men/matches/index.html#year2013
https://www.youtube.com/watch?v=IPKsv0jDWI8
https://www.youtube.com/watch?v=jnOyslsakhE

Thursday 4 August 2016

Sebuah Fiksi Sebakbola

Sahibul hikayat, tersebutlah seorang pemuda yang mendekati usia 30 tahun, dan belum menikah. Sebut saja namanya Mas Kakap. Perjalanan serius mencari pasangan hidup membawanya berkenalan dengan seorang cewek bernama Nona. Mereka merasakan kecocokan dan makin lama makin dekat.

Nona adalah seorang penggemar sepakbola yang sangat fanatik. Saat itu dia sedang tertarik memprediksi siapakah juara EPL berikutnya. Tidak ada klub yang terlalu dominan, dan juara bertahan Leicester City terancam kehilangan pilar-pilar utamanya. Siapakah yang lebih baik antara Tottenham Hotspurs, Arsenal, Manchester City, Manchester United, Liverpool dan Chelsea? Semuanya punya pemain-pemain kelas satu. Deretan pelatih juga tak main-main, ada Mauricio Pellegrino, Arsene Wenger, Pep Guardiola, Jose Mourinho, Jurgen Klopp dan Antonio Conte.

Nona terlalu risau memikirkannya sehingga menceritakannya pada Mas Kakap. Sebenarnya Mas Kakap bingung juga bagaimana menjawabnya. Untungnya karena latar belakang pendidikan yang cemerlang dan karir profesional yang gemilang, Mas Kakap bisa juga menyusun jawaban.

"Begini, neng", akhirnya Mas Kakap menjawab juga. "Suka nonton MMA nggak"?

"MMA?", tanya Nona tak yakin. "Yang tarung bebas itu kan? Aku nggak begitu mengerti sih."

"Misalkan ada dua atlet MMA mau bertarung", Mas Kakap melanjutkan ceritanya. "Atlet A sudah banyak pengalaman di MMA. Teknisnya bagus dan jurusnya komplet".

"OK", sahut Nona mencoba memahami.

"Sebaiknya atlet B itu sebenarnya orang baru di MMA. Hanya saja powernya gede, lebih kuat dari atlet B. Basis beladirinya adalah gulat", Mas Kakap mulai antusias bercerita .

"Terus?", Nona masih mencoba memahami.

"Pelatih atlet A bikin instruksi begitu", lanjut Mas Kakap. "Kamu itu unggul soal teknik. Jadi strategi kita adalah bermain smart. Maksimalkan keunggulan skill yang kamu miliki dan jangan terpancing untuk adu tenaga".

"Sementara pelatihnya atlet B bikin instruksi yang bertolak belakang", Mas Kakap asyik bercerita. "Kamu itu lebih unggul soal power. Jangan mau dibodohi atlet A dan maksimalkan keunggulan kamu soal power"

"Menurut kamu siapa yang akan menang, Nona", tanya Mas Kakap.

"Nggak tahu", jawab Nona bingung. "Kedua atlet punya keunggulan masing-masing dan menerapkan strategi yang kontradiktif. Entah strategi siapa yang akan jalan"

"Justru itu", Mas Kakap terlihat girang dengan jawaban Nona, "Keberhasilan dan kegagalan sekarang tidak lagi ditentukan oleh strategi. Tapi sudah masuk level eksekusi".

"Bisa dijelaskan Mas", Nona terlihat agak penasaran.

"Misalkan kamu itu salah satu atlet ya. Kalau strategi berjalan mulus sih ga ada masalah. Tinggal diimplementasikan dengan sebaik-baiknya", lanjut Mas Kakap.

"Tapi di dunia nyata kasusnya lebih kompleks. Strategi yang sudah disusun bisa saja gagal atau sudah di counter oleh lawan. Masalahnya, atlet yang baik itu, walaupun strategi awal sudah gagal tetap harus berusaha memenangkan pertandingan", Mas Kakap terlihat sangat meyakinkan saat bercerita.

"Caranya bagaimana mas?"

"Opsi pertama, tim pelatih dari atlet tersebut sudah menyiapkan plan B dan plan C seandainya strategi awal tidak berjalan lancar", jelas Mas Kakap.

"Betul juga"

"Atau bisa juga, si atlet iu cukup cerdas dan kreatif untuk menyelesaikan masalah. Saat strategi awal gagal, dia bisa berimprovisasi untuk menemukan solusi sendiri"

"Nggak semua atlet kali bisa begitu mas"

"Yang paling penting adalah punya mental kuat dan tidak mudah menyerah", rangkum Mas Kakap. "Untuk liga Inggris ntar kasusnya paling juga seperti ini"

"Mas Kakap pintar deh", Nona tersenyum menatap Mas Kakap.

"Jelas duong. Berapa dulu IPK S2 nya", sahut Mas Kakap jumawa.

Sayang hubungan ini tidak berlangsung lama. Soalnya sementara Nona sangat fanatik dengan sepakbola, Mas Kakap sebenarnya tidak gitu-gitu amat sukanya dengan sepakbola...

Monday 1 August 2016

Setiabudi, Naturalisasi Pertama

Pemain naturalisasi masih menjadi pro-kontra di Indonesia, terutama saat tampil untuk timnas. Ada sejumlah pemain naturalisasi yang memang punya darah Indonesia, misalnya Diego Michiels dan Kim Kurniawan. Ada yang tertarik menjadi WNI setelah menikah dengan perempuan Indonesia, misalnya Cristian Gonzales dan Bio Paulin.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia ternyata juga tak lepas dari peran kaum naturalisasi. Adalah Ernest Douwes Dekker, seorang indo Belanda yang punya darah Jawa dari neneknya, mempunyai peranan besar dalam pergerakan kemerdekaan. Walaupun warga negara Belanda, Ernest Douwes Dekker yang berprofesi sebagai wartawan ini bergerak aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Organisasi seperti Budi Utomo terbukti tumpul dan tidak aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Adalah Indische Partij yang didirikan tahun 1912 yang tercatat sebagai partai pertama yang tegas memperjuangkan kemerdekaan. Douwes Dekker mendirikan partai ini bersama Ki Hajar Dewantara dan Dj Tjipto Mangunkusumo.

Pengaruh Douwes Dekker cukup dominan di Indische Partij. Terbukti dari 7000 anggota mereka, 5500 diantaranya adalah berdarah indo. Aktifitas Indische Partij yang dirasa menggannggu pemerintah kolonial membuat ketiga pemimpinnya dihukum buang ke Belanda pada tahun 1913.

Sekembali dari masa pembuangan, Douwes Dekker tetap aktif dalam bidang politik. Aktivitas Douwes Dekker juga merambah bidang pendidikan. Bintang baru pergerakan kemerdekaan, Bung Karno, pernah bekerja sebagai guru di sekolah milik Douwes Dekker. Aktivitasnya masih tetap diawasi Belanda dan Douwes Dekker pernah dipenjara selama tiga bulan karena aktivitasnya.

Menjelang perang dunia kedua, karena dipandang berbahaya, Douwes Dekker dihukum buang ke Suriname. Dia dipenjara di Jodensavanne selama perang dunia kedua.

Setelah perang dunia kedua berakhir, Douwes Dekker ingin kembali ke Indonesia. Semua saudara-saudara dan anak-anaknya memilih untuk tetap di Eropa. Demikianlah Douwes Dekker meninggalkan keluarganya dan berangkat ke Indonesia di tahun 1947.

Sesampainya di Indonesia, Ernest Douwes Dekker mengganti namanya menjadi Danudirja Setiabudi. Dia turut aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Setiabudi pernah menjadi anggota KNIP, mentri, dan anggota delegasi untuk perundingan.

Di usia 70 tahun, Setiabudi masih sempat menyaksikan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Dia meninggal delapan bulan kemudian. Pahlawan nasional Danudirja Setiabudi dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Douwes_Dekker
https://en.wikipedia.org/wiki/Ernest_Douwes_Dekkerhttps://en.wikipedia.org/wiki/Diego_Michiels
https://en.wikipedia.org/wiki/Kim_Kurniawan
https://id.wikipedia.org/wiki/Cristian_Gonz%C3%A1les
https://id.wikipedia.org/wiki/Bio_Paulin