Tuesday 24 June 2014

Fernandinho Membawa Brazil Menghindari Arjen Robben

Timnas PD 2014 Brazil menerima kecaman selepas partai melawan Mexico yang berakhir seri. Penampilan tim samba dinilai tidak memuaskan. Ekspektasi tinggi publik tuan rumah yang menginginkan gelar juara memberi tekanan lebih. Tak pelak lagi tim samba harus melakukan modifikasi untuk partai selanjutnya.

Partai Selecao berikutnya adalah menghadapi Kamerun yang sudah tersisih. Diwaktu yang sama Mexico berhadapan dengan Kroasia. Brazil masih mungkin tersisih jika kalah melawan Kamerun. Hasil ideal bagi Brazil adalah kemenangan besar sehingga memastikan posisi sebagai juara grup, sekaligus menghindari perjumpaan dengan Belanda di babak 16 besar.

Di piala dunia 2010 empat tahun lalu Belanda menyingkirkan Brazil di babak perempat final. Arjen Robben menjadi momok bagi lini belakang Brazil, terutama sisi kiri. Bek kiri Brazil, Michel Bastos dibuat bulan-bulanan tak mampu meredam laju Robben. Pelatih Dunga menggantinya dengan Gilberto Melo, tapi Robben tetap tak terbendung. Pertandingan itu berakhir ... untuk kemenangan Belanda. Marcelo, bek kiri Brazil saat ini, tampil buruk di partai pertama melawan Kroasia. Mungkin lebih baik Marcelo memanaskan mesinnya lebih dahulu di lebih banyak pertandingan, agar siap jika nanti harus menghadapi Arjen Robben.

Jika berhasil menghindari Belanda, lawan yang akan dihadapi adalah Chile. Negara ini adalah kekuatan baru sepakbola dari Amerika Latin, menghasilkan pemain seperti Alexis Sanches, Arturo Vidal, Gary Medel dan Mauricio Isla. Mereka adalah lawan yang kuat. Tapi saya yakin pendukung Brazil lebih memilih bertemu Chile daripada Belanda di babak 16 besar nanti.

Pelatih Luiz Felipe Scolari tidak banyak perubahan dari tim yang tampil sebelumnya melawan Mexico. Hulk (Zenit St Petersburg) kembali ke lini depan menggantikan Ramires. Preferensi Scolari pada Hulk masih belum bisa saya mengerti. Scolari menempatkan Hulk sebagai penyerang sayap kiri atau kanan. Barangkali Scolari suka daya dobrak Hulk yang relatif cepat, memiliki daya tarung, dan punya body balance bagus. Namun menurut saya Hulk bukan penyerang sayap yang ideal. Dia cenderung langsung berusaha menembak jika menguasasi bola, alih-alih mencari rekan yang posisinya lebih baik.

Andalan Brazil di pertandingan ini masih tetap Neymar. Walaupun masih 22 tahun, Neymar terlihat cukup tenang menghadapi tekanan sebagai pemain Brazil nomor satu saat ini. Gol pertama saat Neymar dengan tenang menyelesaikan umpan silang mendatar dari Luis Gustavo di sayap kiri.  Gol ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=pfzEOMjybus. Skor 1-0 untuk Brazil.

Setelah ketinggalan 0-1, Kamerun rajin maju kedepan untuk membalas. Brazil acap terlihat kelabakan menghadapi tendangan sudut dari Kamerun. Gol Joel Matip balasan bermula dari sepak pojok, yang tidak bisa dipertahankan dengan tuntas oleh lini belakang Brazil. Dani Alves gagal menghentikan Nyom, yang mengirim umpan pendek untuk diselesaikan Joel Matip.

Selama sekitar 15 menit Kamerun tampil menyerang,  sepertinya begitu punya determinasi untuk menyingkirkan tim tuan rumah. Gelombang ancaman ini baru berakhir setelah Neymar mencetak gol kedua untuk kembali membawa Brazil unggul 2-1. Marcelo mengirim bola ke celah di lini belakang Kamerun dan Neymar memanfaatkannya dengan jitu.

Penyerang tengah Fred akhirnya berhasil juga mencetak gol di piala dunia ini untuk mengubah skor menjadi 3-1. Gol tercipta setelah Fred (Fluminense) menyundul umpan silang David Luiz di kotak penalti. Gol yang memang sesuai dengan karakter permainan Fred di Selecao selama ini.

Fred selama ini menjadi bahan kecaman karena gaya mainnya sama sekali tak mirip penyerang tengah Brazil yang biasanya skillful dan berteknik tinggi, seperti Ronaldo, Zico atau Romario. Fred lebih mirip penyerang eropa tipe big man. Jika dianalogikan dengan Manchester City, Fred itu lebih mirip Edin Dzeko yang petarung daripada Sergio Aguero yang elegan.

Dengan skor 3-1 Brazil sepertinya berada di jalur aman untuk menjadi juara grup dan menghindari Belanda. Tapi situasi mendadak berubah. Di pertandingan lainnya, Mexico tiba-tiba membuat tiga gol untuk memimpin 3-0 atas Kroasia. Jika situasi tetap seperti ini, Brazil dan Mexico sama-sama mengumbulkan 7 poin. Brazil hanya unggul produktivitas atas Mexico. Brazil mencatatkan 6 kemasukan dan 2 kemasukan, sementara Mexico mencatatkan 4 kemasukan tanpa kemasukan. Di titik ini, jika Mexiko mencetak gol lagi, mereka yang akan menjadi juara grup. Begitupun jika Kamerun menambah gol ke gawang Brazil, tim samba harus menghadapi Belanda di 16 besar. Padahal saat itu Neymar sudah ditarik keluar lapangan.

Disaat "genting" itulah gol Fernandinho hadir. Memanfaatkan umpan dari Oscar Fernandinho dengan tenang menaklukkan kiper Kamerun Charles Itandje. Dengan gol ini, posisi Brazil di puncak klasemen menjadi kokoh kembali. Apalagi kemudian Mexico ternyata kemudian kebobolan juga oleh Ivan Perisic.

Referensi:

1. Foto Fernandinho dari http://thumbs.dreamstime.com/x/fernandinho-answers-questions-vice-captain-shakhtar-met-media-sidelines-donbass-arena-pitch-30604908.jpg.

Sunday 22 June 2014

Saat Argentina Menurunkan Kelima Penyerang Andalannya

Argentina membawa lima penyerang ke piala dunia 2014. Kelimanya adalah penyerang kelas dunia yang ketajamannya tak perlu diragukan. Mereka adalah Lionel Messi dari Barcelona, Sergio Aguero dari Manchester City, Gonzalo Higuain dari Napoli, Ezequiel Lavezzi dari PSG dan Rodrigo Palacio dari Internazionale.

Partai menghadapi Iran menjadi ujian kehebatan daya gedor Argentina. Argentina menurunkan tiga menyerang sekaligus: Messi, Aguero dan Higuain. Formasi yang dipakai adalah 4-3-3. Ketiga penyerang ini dibantu oleh lini tengah yang dihuni Javier Mascherano, Fernando Gago dan Angel Di Maria.

Formasi ini mengingatkan pada formasi 4-3-3 milik Real Madrid. Dalam skema rancangan Carlo Ancelotti ini, Di Maria yang aslinya seorang winger ditempatkan di lini tengah. Skema yang dahsyat karena tridente CR7-Benzema-Bale didukung oleh kemampuan ofensif Di Maria, sekaligus bermasalah karena lini tengah Madrid kurang tebal untuk membantu pertahanan. Dengan semua kekuatan dan kelemahannya, skema ini terbukti sukses musim membawa Madrid menjadi juara liga Champions dan piala raja.

Formasi 4-3-3 Argentina tidak begitu berhasil. Iran tampil terorganisir, disiplin dan penuh determinasi untuk meminimalisir kelima penyerangnya. Tidak banyak peluang yang bisa dibuat oleh lini penyerangan Argentina.

Pada 4-3-3 Madrid, di lini depan ada Gareth Bale dan CR7 yang punya skill dan kreatifitas untuk membantu membangun serangan dan menciptakan peluang. Sementara pada 4-3-3 Argentina, ketiga penyerangnya cenderung menjadi striker murni. Akibatnya Argentina terkesan minim pemain yang mampu mengalirkan bola dan membangun peluang.

Di babak kedua, Iran bahkan mulai bisa memanfaatkan tipisnya lini tengah Argentina yang hanya dipercayakan pada tiga pemain. Ashkan Dejagah (Fulham) memaksa Sergio Romero menyelamatkan gawang Argentina dari sundulannya menyambut umpan silang. Setelah itu dari sebuah serangan balik, tembakan Reza Ghoochannejhad (Chartlton Athletic) ganti memaksa Romero melakukan penyelamatan lagi.

Saat babak kedua berlangsung, Aguero dan Higuain ditarik keluar untuk digantikan Rodrigo Palacio dan Ezequiel Lavezzi. Dengan begitu kelima striker Argentina diturunkan dalam partai melawan Iran ini. Tridente Argentina beralih menjadi Palacio-Messi-Lavezzi.

Sayangnya pergantian pemain ini tetap tak mempermudah upaya Argentina membongkar pertahanan Iran. Skor masih kacamata saat mendekati penghujung pertandingan. Sepertinya Iran akan merayakan keberhasilan mereka mencuri satu poin dari sebuah negara raksasa sepakbola dunia.

Di penghujung pertandingan Lionel Messi menyelamatkan Argentina. Tendangannya dari luar kotak penalti tak mampu dibendung kiper Iran Alireza Haghighi. Hasil yang pahit bagi Iran yang telah tampil baik hampir sepanjang pertandingan.

Moral of the story: hal paling penting dalam sepakbola, menurut saya, adalah sisi manajerial. Dengan SDM berlimpah tak serta merta berarti Argentina dapat mendominasi pertandingan melawan Iran. Sebaliknya dengan SDM terbatas tapi penanganan yang baik, Iran terbukti mampu memberikan perlawanan yang menyulitkan Argentina.

Referensi:

1. http://www.goal.com/en/match/argentina-vs-iran/1220102/report?ICID=MP_MS_5.
2. Foto Lionel Messi dari http://thumbs.dreamstime.com/x/lionel-messi-andres-pictured-friendly-football-match-romania-argentina-final-score-th-march-national-38936068.jpg.

Saturday 21 June 2014

Akankah Joel Campbell, Bintang Kosta Rika di PD 2014 Kembali Ke Arsenal?

Tidak banyak yang mengharapkan Kosta Rika akan berprestasi di piala dunia tahun ini. Kosta Rika satu grup dengan lawan-lawan berat, yaitu Italia, Uruguay dan Inggris. Ketiga lawan Kosta Rika di fase grup ini adalah negara kuat sepakbola yang semuanya pernah menjadi juara dunia.

Kenyataannya saat mengejutkan. Kosta Rika menumbangkan Uruguay 3-1 di partai pertama. Kejutan berlanjut di partai kedua lewat kemenangan 1-0 atas Italia, juara dunia empat kali. Sementara Kosta Rika sudah memastikan diri lolos ke babak 16 besar, Italia dan Uruguay akan bertemu di partai penentuan untuk memperebutkan satu tiket yang tersisa ke 16 besar.

Siapa yang akan menyangka Kosta Rika sanggup menorehkan prestasi begitu gemilang. Padahal dalam enam pertandingan persahabatan menjelang PD 2014, Kosta Rika mengalami empat kekalahan. Di partai persahabatan Kosta Rika oleh ditaklukkan Australia, Jepang, Korea Selatan dan Chile. Siapa sangka saat piala dunia dimulai mereka malah merontokkan tim sekuat Uruguay dan Ialia.

Joel Campbell adalah penyerang andalan Kosta Rika di piala dunia kali ini. Pemuda ini mulai mencuri perhatian dunia saat mencetak gol menghadapi Bolivia pada ajang Copa America 2011. Campbell melakukan dribel dari sayap kiri hingga kotak penalti untuk membuka peluang. Setelah umpan satu dua, Campbell menyelesaikan dengan tendangan voli kaki kiri. Gol ini dapat anda saksikan di http://www.youtube.com/watch?v=0hiRF8AgGrE.

Arsenal menjadi tim yang beruntung mendapatkan Joel Campbell. Rekrutan the gunner pada 2011 ini adalah pemain muda potensial yang mampu bermain sebagai penyerang tengah, sayap kanan, dan sayap kiri. Saat itu umurnya baru 19 tahun.

Sayangnya Campbell gagal mendapat izin kerja alias work permit. Arsenal terpaksa meminjamkannya ke klub lain. Di musim 2011-2012 Joel Campbell bergabung dengan klub Prancis, Lorient. Musim berikutnya Campbell kembali dipinjamkan, kali ini ke Spanyol, yaitu ke Real Betis.

Musim 2012/2013, akhirnya izin kerja Inggris untuk Joel Campbell terbit juga. Tapi Campbell kembali dipinjamkan ke Olympiacos, juara bertahan liga Yunani. Ini adalah kesempatan besar bagi Campbell karena Olympiacos adalah tim yang berlaga di liga Champions. Musim itu Campbell mencatatkan delapan gol di liga Yunani dan satu gol di liga Champions.

Joel Campbell mencuri perhatian penonton liga Champions dan EPLlewat golnya ke gawang MU pada babak 16 besar liga champions. Tembakan jarak jauh Campbell dari luar kotak penalti menggetarkan jala gawang David De Gea. Gol ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=ATcwmXJYbDU.

Tak heran jika Campbell diandalkan Kosta Rika pada prakualifikasi PD 2014 zona Concacaf. Joel Campbell mencetak tiga dari tujuh gol Kosta Rika sepanjang prakualifikasi. Tiga gol tersebut dicetak ke gawang El Salvador, Guyana dan USA.

Di putaran final PD 2014, Joel Campbell dipercaya menjadi striker tunggal Kosta Rika. Mengantisipasi lawan-lawan berat yang akan dihadapi, Kosta Rika memasang formasi 5-4-1. Walaupun Joel Campbell tidak terlalu tinggi (1.78 m), dia dipercaya untuk berdiri paling depan dan bertarung dengan para defender lawan.

Kontribusi nyata Joel Campbell adalah gol yang dicetaknya saat menghadapi Uruguay. Mendapat peluang emas di kotak penalti, Campbell menyelesaikan dengan tendangan kaki kiri. Gol ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=4-w7DJkmjlw.

Apakah Joel Campbell akhirnya akan bergabung dengan skuad Arsenal di EPL 2014-2015? Bukankah mereka santer diberitakan mencari striker baru. Kenapa harus mencari striker baru jika mereka sebenarnya punya striker bintang piala dunia 2014seperti Joel Campbell?

Manajer Arsene Wenger jadi faktor yang menentukan, apakah menurutnya Joel Campbell sudah pantas bergabung dengan skuad utama Arsenal ke EPL dan champions league. Dengan statusnya kebintangannya sekarang, mungkin Campbell juga akan minta penyesuaian atas pendapatannya di Arsenal. Dengan performanya selama ini, tak heran jika nanti ada klub lain yang mengincarnya.



Referensi:

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Costa_Rica_national_football_team.
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Joel_Campbell.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/2014_FIFA_World_Cup_Group_D#Uruguay_vs_Costa_Rica.
4. http://www.whoscored.com/Players/95977/.
5. http://www.goal.com/en/people/costa-rica/36357/joel-campbell.
6. http://www.goal.com/en/news/11/transfer-zone/2011/07/17/2579163/arsenal-have-agreement-in-principle-to-sign-costa-ricas-joel.
7. Foto Joel Campbell dari http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/25/Uruguay_-_Costa_Rica_FIFA_World_Cup_2014_%2821%29.jpg/200px-Uruguay_-_Costa_Rica_FIFA_World_Cup_2014_%2821%29.jpg.

Thursday 19 June 2014

Antara Tiki Taka, Mike Tyson dan Royce Gracie


Di masa jayanya, Barcelona dan tiki taka pernah terlihat begitu ampuh dan tak tertandingi. Dalam rentang empat tahun antara 2008 dan 2012 Pep Guardiola membawa Barcelona berjaya memenangkan dua trophi liga Champions, dua kali juara dunia antar klub, tiga gelar juara La Liga dan dua kali kali memenangkan Copa del Rey. Mendiang Tito Villanova meneruskannya dengan membawa Barca memenangkan La Liga 2013. Permainan operan yang menawan, possession football, sepakbola menyerang, strategi yang jitu dan skill kelas dunia para pemainnya membuat Barcelona begitu disegani.

Tim nasional Spanyol adalah ikon lain sepakbola tiki taka. La furia roja memantapkan dominasinya dengan memenangkan piala Eropa 2008, piala Dunia 2010 dan piala Eropa 2012. Banyaknya pemain Barcelona yang dipanggil ke timnas Spanyol membuat nuansa tiki taka terasa begitu kental. Prestasi menjulang yang terlihat serasi dengan permainan sepakbola yang sangat menghibur.

Fenomena serupa pernah terjadi di ring tinju dekade delapan puluhan. Seorang petinju kelas berat bernama Mike Tyson, menghebohkan dunia dengan cara bertarungnya yang beringas dan kekuatan pukulannya yang luar biasa. Serangkaian kemenangan KO dan rekor selalu menang membawa Tyson ke panggung dunia. Mike Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda dalam sejarah setelah memukul KO Trevor Berbick di ronde kedua untuk merebut gelar juara dunia WBC. Tyson lalu berdiri sendirian di puncak dengan status juara dunia sejati, usai menang angka mutlak atas juara WBA James “Bonecrusher” Smith dan kemudian juara IBF Pinklon Thomas. Saat itu Tyson terlihat sangat digjaya dan tanpa lawan.

Panggung Mixed Martial Arts juga pernah berada pada kondisi serupa pada dekade sembilan puluhan. Seorang atlet brazilian jiujitsu bernama Royce Gracie merajai masa-masa awal panggung oktagon UFC. Bertarung menghadapi petinju, pegulat, karateka, atlet kungfu, kickboxer, Gracie tak tertandingi. Dengan keahliannya mengimplementasikan teknik-teknik brazilian jiujisu, Gracie seolah mengajari lawan-lawanya bagaimana seharusnya teknik bertarung di UFC. Royce Gracie seolah tanpa lawan dan pamor Brazilian jiujitsu ikut mendunia.

Tapi dominasi Royce Gracie tak berlangsung selamanya. Para petarung lain mulai mempelajari brazilian jiujitsu dan memperbaiki kekurangan mereka. Mulai muncul pemahaman bahwa atlet MMA harus memiliki kemampuan yang komplet: pukulan, tendangan, bantingan, take down, clinch, tackle, kuncian dan pergulatan di lantai. Ken Shamrock bertarung seri dengan Royce Gracie pada pentas UFC 5, menghentikan rekor selalu menang milik Gracie. Kazushi Sakuraba menjadi orang pertama yang mengalahkan Royce Gracie pada panggung Pride Grand Prix 2000.

Begitu juga halnya dengan masa jaya Mike Tyson akhirnya terhenti juga. Kubu lawan-lawannya mempelajari rekaman pertandingan Tysoni berupaya menemukan metoda yang tepat untuk meredam gaya permainannya. Saat kekalahan pertama Tyson dari James Buster Douglas tahun 1990, banyak orang mungkin menilainya hanya sebuah “kebetulan”. Tapi saat Evander Holyfield menaklukkan Tyson, terlihat bahwa Holyfield memang sudah menemukan formula yang tepat untuk meredam Tyson. Holyfield mendikte Tyson dalam irama permainannya dan tak membiarkan Tyson melontarkan pukulan mematikan.

Hal yang sama mungkin sedang menimpa tiki taka saat ini. Barangkali dominasi tiki taka sudah berakhir. Skema permainan yang dulu terlihat begitu ampuh mulai terlihat kelemahannya. Barcelona tahun ini harus gigit jari setelah dikandaskan Atletico Madrid di perempat final liga Champions. Sebelumnya Real Madrid menundukkan Barca di final Copa del Rey. Walaupun para pilar seperti Lionel Messi, Xavi Herdandes dan Andres Iniesta masih bisa diandalkan, tiki taka Barcelona terlihat tak lagi sehebat dulu.

Di ranah tim nasional, sinyal tanda bahaya sudah mulai berbunyi sejak tahun lalu. Timnas Spanyol sebagai salah satu ikon tiki taka mengalami kekalahan telak 0-3 menghadapi Brazil di final piala Konfederasi 2013. Pelatih Scolari dan para pemain Brazil menunjukkan bahwa mereka siap menghentikan kejayaan tiki taka. Dpanggilnya pemain striker naturalisasi Diego Costa ke timnas Spanyol agaknya merupakan salah satu upaya Spanyol untuk memperbaiki tim mereka, terutama di lini depan.
Tersingkirnya Bayern Muenchen di semifinal liga champions melawan Real Madrid juga menjadi pukulan berat berikutnya bagi tiki taka. Bayern Muenchen. Sebelumnya Bayern sangat difavoritkan untuk mempertahankan gelarnya Liga Champions. Kehadiran Pep Guardiola sebagai pelatih sebelumnya diprediksi akan menghasilkan racikan tiki taka yang membawa Bayern berjaya. Kenyataannya, pelatih sarat pengalaman Carlo Ancelotti sudah memiliki skema untuk menghentikan tiki taka milik Bayern. Real Madrid menyingkirkan Bayern dengan kemenangan 1-0 di Santiago Bernabeu dan 4-0 di Allianz Arena.

Perkembangan dan trend dalam dunia sepakbola adalah hal yang tidak mudah diprediksi. Kita nantikan saja apakah tiki taka akan menemukan kembali kejayaannya dan kembali menjadi sistem permainan yang membuat gentar lawan-lawannya? Ataukah tiki taka semakin pudar dan paradigma permainan lain akan mendominasi dunia sepakbola?

Tuesday 17 June 2014

Masihkah FIFA Memanjakan negara-negara Amerika Latin?

Amerika Latin mengirimkan enam wakil ke piala dunia 2014 ini. Mendampingi tuan rumah Brazil, tim mantan juara dunia Argentina dan Uruguay kembali datang ke piala dunia. Colombia dan Chile kali ini punya generasi pemain berkualitas yang meloloskan mereka ke event ini. Satu wakil lagi adalah Ekuador, dikenal ahli memanfaatkan ketinggian kota Quito yang 2800 meter diatas permukaan laut untuk menyulitkan tim tamu.

Masalahnya, Conmebol hanya punya 10 anggota. Empat negara yang tidak lolos adalah Paraguay, Peru, Venezuela dan Bolivia. Artinya konferederasi sepakbola Amerika latin meloloskan 60% anggotanya ke piala dunia tahun ini.

Hal ini tentunya terasa tidak adil bagi konfederasi benua lain. Zona Afrika yang punya 52 anggota hanya mengirimkan 5 wakil ke piala dunia kali ini, yaitu Pantai Gading, Nigeria, Ghana, Kamerun dan Aljazair. Zona Asia yang punya 42 anggota hanya punya 4 wakil di Brazil 2014, yaitu Australia, Korea Selatan, Jepang dan Iran. Zona Oceania yang punya 11 anggota bahkan tidak mengirimkan satu wakilpun ke piala dunia kali ini.

Reputasi sepakbola Amerika Latin yang menjulang menjadi pembenaran bahwa mereka berhak mengirim banyak wakil ke piala dunia. Akan tetapi, reputasi adalah sesuatu yang harus dijaga dengan prestasi terkini. Artinya, tim-tim Amerika Latin harus mampu menunjukkan kualitas mereka di piala dunia tahun ini, untuk menjaga jatah mereka tetap banyak pada piala dunia berikutnya.

Sejauh ini Brazil, Argentina, Kolombia dan Chile mampu memenuhi ekspektasi. Walaupun diwarnai penalti kontroversial, Brazil mengalahkan Kroasia 4-1 di partai perdana. Argentina juga harus berjuang untuk menundukkan Bosnia 2-1. Alexis Sanches (Barcelona) menjadi motor Chile untuk menaklukkan Australia 3-1.

Kolombia tampil paling meyakinkan pada parta pertama. James Rodriguez (Monaco) dan Juan Cuadrado (Fiorentina) menjadi motor serangan, sementara Mario Yepes (Atalanta) menjadi komandan lini pertahanan. Tanpa bomber Radamel Falcao (Monaco) yang cedera, Kolombia tetap mampu membombardir Yunani 3-0.

Uruguay tampil dibawah harapan. Dengan materi pemain mengkilap mereka justru takluk 1-3 dari Costa Rica. Ekuador sulit menghindar dari predikat jago kandang menyusul kekalahan 1-2 dari Swiss.

Prestasi wakil Afrika sejauh ini lebih buruk. Kamerun kalah 0-1 dari Mexico, Ghana tumbang 1-2 dari Amerika Serikat dan Aljazair tumbang 1-2 menghadapi Belgia. Nigeria hanya mampu bermain imbang 0-0 dengan Iran. Hanya Pantai Gading yang berhasil meraih kemenangan menghadapi Jepang 2-1.

Para wakil Asia lebih buruk lagi. Australia kalah 0-1 dari Kamerun, dan Jepang tumbang 1-2 dari Pantai Gading. Hasil terbaik sejauh ini diraih Iran yang bermain seri 0-0 dengan Nigeria dan Korea Selatan yang seri 1-1 dengan Rusia.

Monday 16 June 2014

Kenapa Tayangan Langsung Piala Dunia Tidak Berimbas Pada Peningkatan Prestasi Timnas Indonesia?

Sebuah media nasional ternama menuliskan di editorialnya bahwa tayangan langsung piala dunia belum dapat mendongkrak prestasi timnas Indonesia. Setelah itu dilanjutkan dengan serangkaian kekecewaan terhadap sepakbola negeri ini. Artikel diakhiri dengan pernyataan harapan pada timnas U19.

Saya tidak mengerti bagaimana artikel dengan logika yang jelas-jelas keliru seperti ini bisa menjadi editorial sebuah harian ternama.

Jadi kenapa tayangan langsung piala dunia tidak berimbas pada peningkatan prestasi timnas Indonesia?

Tentu saja karena semua negara juga menyaksikan siaran langsung piala dunia. Dalam hal ini tak ada keunggulan komparatif apapun dengan Thailand, Malaysia,  Singapura atau Vietnam. Semuanya menonton siaran langsung piala dunia dan bermimpi suatu saat nanti negaranya bisa berlaga di putaran final piala dunia.

Untuk saat ini, mari kita dukung perjuangan timnas U19. Pelatih Indra Sjafri mentargetkan lolos ke putaran final piala dunia U20 yang akan diadakan tahun 2015 nanti. Untuk itu timnas U19 harus mampu mencapai babak semifinal piala Asia U19 Oktober ini di Myanmar.

Tuesday 10 June 2014

Rickie Lambert, Singa yang Kembali ke Liverpool

Rickie Lambert mungkin bukan striker berbakat, tadi dia punya kisah fairy tale. Sebelas tahun pertama karir profesionalnya dilalui di divisi-divisi bawah. Empat tahun lalu saat berumur 28 tahun, Lambert masih bermain di League One, kasta ketiga liga Inggris. Sekarang, walaupun sudah 32 tahun, Lambert adalah striker yang disegani di EPL, baru saja direkrut oleh liverpool, dan dipercaya memperkuat timnas Inggris ke piala dunia 2014.

Dekade sembilan puluhan Liverpool terkenal sebagai memiliki pemain-pemain binaan sendiri. Para lulusan schoolboys promosi ke tim utama, seperti Steven Warnock, Stephen Gerrard, Michael Owen, Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Carragher. Sebagai putra daerah mereka menjadi ikon klub, kebanggaan supporter dan membantu Liverpool meraih prestasi.

Walaupun sempat berkiprah sebagai schoolboy, Rickie Lambert tak seberuntung para seniornya itu. Lambert meninggalkan akademi Liverpool di usia 15 tahun dan tahun 1998 memulai karir profesionalnya bersama Blackpool, klub kasta keempat liga Inggris. Selama sebelas tahun berikutnya Rickie Lambert malang melintang bersama sederetan klub-klub kasta ketiga dan kasta keempat.

Sebagai penyerang yang bertipe finisher, tugas utama Lambert adalah mencetak gol. Namun dimasa awal karirnya, rekor gol Lambert tidak mengesankan. Setelah berjuang delapan tahun, barulah tahun 2006 Lambert bisa mencatatkan 22 gol semusim bersama Rochdale di League Two, kasta keempat sepakbola Inggris. Tiga tahun kemudian Lambert mencatatkan 29 gol bersama Bristol Rovers di League One, kasta ketiga sepakbola Inggris. Di akhir musim 2008-2009 ini Rickie Lambert pindah ke Southampton, sebuah klub League One juga. Saat itu Lambert berusia 27 tahun. Nilai transfernya hanya sekitar 1 juta poundsterling.

Disinilah Lambert mulai menuliskan fairy tale. Dimusim pertamanya bersama Southampton Lambert mengamuk dengan menorehkan 31 gol, walaupun klubnya gagal mencapai promosi. Tahun berikutnya Lambert menyumbangkan 21 gol untuk membawa Southampton promosi ke Championship, kasta kedua liga Inggris. Musim berikutnya, Lambert meneruskan kisah kejayaannya dengan mencetak 27 gol dan membawa Southampton tahun berikutnya langsung promosi ke EPL.

Rickie Lambert akhirnya menjalani debut EPL tahun 2012, saat umurnya sudah mencapai 30 tahun. Walau mungkin bukan striker berbakat, Lambert adalah striker yang sarat pengalaman yang dimatangkan divisi-divisi bawah. DI EPL pun Rickie Lambert tetap tajam. Dia mencetak 15 gol untuk Southampton pada masim 2012/2013, dan 13 gol pada musim berikutnya.

Ketajaman Lambert membawanya dipanggil ke timnas Inggris. Sampai saat ini Rickie Lambert sudah tampil enam kali untuk Three Lions dan mencetak 3 gol. Di piala dunia 2014 mendatang Lambert merupakan salah satu striker yang dipanggil timnas Inggris mendampingi Wayne Rooney, Daniel Sturridge, dan Danny Welbeck.

Sepertinya akan sulit bagi Lambert menembus tim inti timnas Inggris di piala dunia 2014 ini. Secara pribadi saya berharap Lambert mendapat kesempatan bermain sebagai pemain pengganti. Lambert mungkin akan berguna di fase gugur, terutama jika pertandingan harus berlanjut ke adu penalti. Lambert memiliki rekor selalu sukses mencetak gol dari titik putih dalam 34 penalti terakhirnya bersama Southampton.

Rickie Lambert adalah tipe big man klasik Inggris yang tangguh secara fisik, kuat di udara dan memikili tendangan keras. Lambert juga mampu mencetak gol dari tendangan bebas. Rekaman 117 gol Rickie Lambert untuk Southampton dapat disaksikan disini, http://www.youtube.com/watch?v=moVt_pg74Wo.

Pada 2 Juni 2014, Rickie Lambert resmi pindah ke Liverpool, klub yang didukungnya sejak kecil. Nilai transfer awal 4 juta poundsterling dan bisa bertambah seusai perkembangan situasi. Mungkin sulit bagi Lambert untuk menggeser Luis Suarez dan Daniel Sturridge dari tim inti. Namun Liverpool harus tampil di empat ajang tahun depan, yang berarti ada banyak pertandingan, dan akan ada kesempatan bagi Rickie Lambert untuk unjuk gigi.
Referensi:

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Rickie_Lambert.

Sunday 8 June 2014

Argentina dan Generasi Messi ke piala Dunia 2014

Sebagai negara kuat sepakbola, Argentina adalah salah satu tim yang sering menjadi favorit juara. Fans setia Argentina menunggu superstar mereka Lionel Messi memenangkan piala dunia dunia untuk pertama kalinya. Apalagi Messi dibantu oleh banyak pemain kelas dunia lainnya milik Argentina.

Kenyataan tak selalu seindah harapan. Empat tahun lalu misalnya, tim asukan Diego Maradona di piala dunia 2010 dirontokkan jerman dengan kemenangan besar 4-0. Walaupun daya gedor Argentina sulit dicari tandingannya, lini pertahanan Jerman tidak gampang digoyahkan. Disisi lain, lini belakang Argentina ternyata justru rapuh dan kebobolan empat gol.

Di piala Dunia 2014 ini, timnas Argentina diasuh oleh Alejandro Sabella. posisi di bawah mistar masih tetap mengkhawatirkan. Kiper utama Sergio Romero tahun ini hanya kiper pelapis di Monaco, kalah bersaing dengan pilihan Danijel Subasic. Kiper kedua Mariano Andujar tersingkir oleh kedatangan Pepe Reina ke Napoli, sehingga lalu dipinjamkan ke Atletico Catania. Kiper ketiga Agustin Orion masih kurang banyak dipercaya oleh timnas.

Back four lebih menjanjikan. Ezequiel Garay, Hugo Campagnaro dan Pablo Zabaleta tahun ini tampil gemilang bersama klub masing-masing. Ketiga pemain yang empat tahun lalu diabaikan Maradona, kali ini mendapatkan kesempatan untuk menjadi benteng pertahanan Argentina. Jadi walaupun ada pertanyaan tentang kiper Argentina, setidaknya didepannya ada sejumlah defender yang berkualitas dan berpengalaman yang melindungi.

Argentina dikaruniai lini tengah yang elit. Mereka punya gelandang bertahan kelas atas seperti Fernando Gago dan Javier Mascherano. Dalam hal penyerangan, mereka punya Angel di Maria yang tahun ini menjuarai liga Champions bersama Real Madrid. Jika sebelumnya Di Maria beroperasi sebagai sayap kiri atau sayap kanan, mulai musim ini Di Maria sudah bisa bermain di tengah.

Lalu siapakah yang akan menjadi partner Lionel Messi di lini depan. Duet Lionel Messi-Sergio Aguero mungkin lebih "bersejarah". Bersama mereka menjuarai piala dunia U20 tahun 2005 dan memenangkan medali emas Olimpiade 2008. Tapi statistik menunjukkan bahwa striker paling tajam Argentina adalah Gonzalo Higuain, dilihat dari rasio-gol-terhadap-pertandingan. Akankah Sabella memilih Messi-Aguero, ataukah Messi Higuain, atau malah tridente Messi-Higuain-Aguero.

Piala dunia kali ini adalah peluang bagi generasi angkatan Lionel Messi untuk unjuk gigi. Lucas Biglia, Pablo Zabaleta, Ezequiel Garay, Fernando Gago, Sergio Aguero dan Lionel Messi adalah anggota skuad Argentina yang menjuarai piala dunia U20 tahun 2005. Sergio Romero, Ezequiel Garay, Pablo Zabaleta, Fernando Gago, Ezequiel Lavezzi, Angel Di Maria, Javier Mascherano, Sergio Aguero dan Lionel Messi adalah anggota skuad Argentina yang memenangkan medali emas Olimpiade 2008. Bagaimanakah kiprah generasi emas Argentina ini di piala dunia 2014?

Pelatih Alejandro Sabella mengambil alih timnas Argentina pasca kegagalan di Copa America 2011. Sabella sukses membawa Argentina ke puncak klasemen prakualifikasi piala dunia zona Conmebol. Selama babak prakualifikasi Sabella terlihat tidak punya rumusan yang baku apakah memakai formula dua striker atau tiga. Semuanya sesuai kondisi tim saat itu dan lawan yang dihadapi.

Tak perlu diragukan kalau Argentina akan memperagakan sepakbola menyerang. Jika umumnya tim lain hanya membawa empat striker, Argentina membawa lima: Messi, Aguero, Lavezzi, Higuain dan Palacio. Dengan formasi duet striker ataupun tridente, Argentina siap menghantan lini pertahanan manapun di piala dunia 2014 ini.

Skuad Argentina:
 1 GK Sergio Romero(Monaco), 47 penampilan bersama Argentina.
 2. DF Ezequiel Garay(Benfica), 18 penampilan.
 3. DF Hugo Campagnaro(Internazionale), 15 penampilan.
 4. DF Pablo Zabaleta(Manchester City), 36 penampilan.
 5. MF Fernando Gago(Boca Juniors), 49 penammpilan.
 6. MF Lucas Biglia(Lazio), 18 penampilan.
 7. MF Angel Di Maria(Real Madrid),  47 penampilan 9 gol.
 8. MF Enzo Perez(Benfica), 7 penampilan 1 gol.
 9. FW Gozalo Higuain(Napoli), 36 penampilan 21 gol.
10. FW Lionel Messi(Barcelona), 86 penampilan 38 gol.
11. MF Maxi Rodriguez(Newell's Old Boys), 55 penampilan, 16 gol.
12. GK Agustin Orion(Boca Juniors), 3 penampilan.
13. MF Augusto Fernandez(Celta Vigo), 9 penampilan, 1 gol.
14. MF Javier Mascherano(Barcelona), 98 penampilan 3 gol.
15. DF Martin Demichelis(Manchester City), 38 penampilan 2 gol.
16. DF Marcos Rojo(Sporting Lisbon), 22 penampilan.
17. DF Federico Fernandez(Napoli), 26 penampilan 2 gol.
18. FW Rodrigo Palacio(Internazionale), 22 penampilan 3 gol.
19. MF Ricardo Alvarez(Internazionale), 7 penampilan 1 gol.
20. FW Sergio Aguero(Manchester City), 51 penampilan 21 gol.
21. GK Mariano Andujar(Catania), 10 penampilan.
22. FW Ezequiel Lavezzi(PSG), 31 penampilan 4 gol.
23. DF Jose Maria Basanta(Monterrey), 10 penampilan.


Referensi:

1. http://en.wikipedia.org/wiki/2005_FIFA_World_Youth_Championship_squads.
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Football_at_the_2008_Summer_Olympics_%E2%80%93_Men's_team_squads.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/2011_Copa_Am%C3%A9rica.
4. http://en.wikipedia.org/wiki/2014_FIFA_World_Cup_qualification_(CONMEBOL).
5. Gambar bendera Argentina dari http://thumbs.dreamstime.com/x/flag-argentina-south-america-national-was-first-raised-city-rosario-february-argentine-war-35129121.jpg

Thursday 5 June 2014

Saat Myanmar Mulai Memperingatkan Timnas U19

Timnas U19 pulang membawa hasil gemilang pasca tur timur tengah pada April 2014. Hasil tiga kali menang, sekali seri dan sekali kalah mendapat apresiasi luar biasa dari pecinta sepakbola Indonesia. Apalagi pada salah satu partai timnas sempat menundukkan tim kuat Uni Emirat Arab dengan kemenangan besar 4 - 1. Apalagi selama ini sangat jarang timnas pulang dari timur  tengah dengan hasil membanggakan, baik timnas senior maupun kelompok umur.

Sisi negatifnya, hasil ini dikhawatirkan membuat para pemain Garuda Jaya menjadi jumawa. Begitu juga dengan para pendukung yang terjadang memberi apresiasi dan ekspektasi berlebihan. Apalagi saat lawan yang dihadapi pada jadwal ujicoba berikutnya 5 Mei 2014 "hanya" Myanmar, lawan yang tahun lalu ditundukkan tim Garuda Jaya dengan skor 2-1.

Mari kita ubah sedikit paradigma tersebut. Karena sudah bertemu sebelumnya di piala AFF U19 tahun lalu, tim Myanmar sudah mengenal permainan timnas U19. Apalagi zaman sekarang ini video partai-partai Garuda Jaya dapat ditemukan dengan mudah di situs YouTube. Artinya, mereka punya cukup bahan untuk menganalisis strategi yang akan diterapkan menghadapi timnas U19.

Jika saya diminta menyimpulkan permainan timnas U19, saya akan sebutkan dalam serangkaian ini. Timnas U19 memainkan possession football dengan formasi 4-3-3. Pola serangan andalan timnas U19 adalah through pass dari salah satu gelandang ke salah satu penyerang. Bagian yang paling menentukan permainan timnas U19 adalah ketiga gelandang mereka, yang sepertinya ketiganya bermain box-to-box menyerang dan bertahan.

Jika saya saja bisa menyimpulkan begitu, pelatih Myanmar U19 Gerd Friedrich Horst tentu bisa melakukan analisis yang jauh lebih baik. Horst punya semua yang dibutuhkannya untuk untuk menganalisis strategi yang akan diterapkan menghadapi timnas U19. Dan itulah yang terjadi pada pertandingan yang berlangsung pada 5 Mei 2015 lalu.

Myanmar menumpuk pemain di lini tengah untuk menghambat irama permainan Indonesia. Hasilnya cukup efektif dalam menghambat serangan-serangan Garuda Jaya. Saya mencatat hanya dua kali timnas U19 mempunyai peluang dari dalam kotak penalti. Salah satu peluang itu sukses dimanfaatkan Mukhlis Hadi Ning Syaifullah untuk menggetarkan jala Myanmar.

Ketergantungan timnas U19 pada ketiga gelandangnya terlihat nyata pada pertandingan ini. Gol Myanmar berawal dari kesalahan Hargianto yang kehilangan bola. Back four Indonesia terlihat rapuh tanpa perlindungan dari lini tengah. Gol Myanmar dicetak oleh Yan Naing Oo.

Myanmar juga siap menghadapi serangan umpan terobosan yang selama ini diandalkan timnas U19. Saat through pass datang, pemain belakang Myanmar dengan sigap berlari menghalau. Celakanya, saat pola andalan ini terbukti tidak efektif, tim Garuda Jaya ternyata tidak punya plan B alias rencana cadangan. Masuknya Paolo Sitanggang di awal babak kedua sempat agak mengubah situasi, tapi Myanmar juga bisa segera beradaptasi.

Strategi Myanmar menumpuk pemain di lini tengah juga berdampak pada banyaknya pelanggaran yang dilakukan kedua tim dalam pertandingan ini. Seringnya pertandingan terhenti karena pelanggaran membuat irama permainan timnas U19 menjadi berantakan. Sedangkan dalam hal memanfaatkan set-piece, Myanmar terlihat lebih baik dari tim Garuda Jaya.

Pertandingan ini berakhir dengan skor 1 - 1. Myanmar telah mulai memberi peringatan pada tim Garuda Jaya, kalau tim kebangaan kita ini bukanlah tim super power. Para pemain timnas U19 bukanlah pemain mega bintang, dan strategi Indra Sjafri bukannya tidak bisa dibongkar. Pelatih Indra Sjafri harus menangkap hal ini sebagai sinyal bahwa masih banyak hal perlu diperbaiki dari timnas U19.

Rekaman pertandingan ini (hampir lengkap) dapat disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=191Y9NO-cbo dan http://www.youtube.com/watch?v=BGfYGxnmhc4.
Dan, btw, Myanmar itu adalah tuan rumah putaran final piala Asia U19 bulan Oktober ini.

Starting lineup Indonesia U19:
Ravi Murdianto, Putu Gede Juni Antara, Fatchu Rohman, Hansama Yama, Sahrul Kurniawan, Evan Dimas, Hargianto, Zulfiandi, Maldini Pali, Mukhlis Hadi Ning Syaifullah, Ilham //udin

Starting lineup Myanmar U19:
Myo Min Latt, Mtice Aung, Nag Lin Tun, Kyaw, Maung Soe, Aung Thu, Thura, Naing Oo, Mig Lwin, Mio Tijn, Wai Min

Referensi:
1. http://www.bolanews.com/read/nasional/tim.nasional/73288-timnas.u-19.ditahan.myanmar.di.sugbk

Monday 2 June 2014

Timnas Spanyol ke Piala Dunia 2014 Masih Didominasi Barcelona

Setelah bertahun-tahun mendominasi, Barcelona mengalami masa surut dengan nirgelar musim ini. Saingan berat mereka Real Madrid tahun ini berjaya dengan memenangi liga Champions dan piala raja. Atletico Madrid tampil sebagai kekuatan baru sebagai juara liga Spanyol 2013/2014. Begitulah dinamika sepakbola Spanyol menjelang berlangsungnya piala dunia 2014 di Brazil.

Pelatih Spanyol Vicente del Bosque mungkin adalah pelatih timnas yang paling beruntung di piala dunia . Baik Barcelona, Real Madrid dan Atletico bisa menyumbangkan pemain-pemain berkualitas papan atas ke timnas La Furia Roja. Spanyol berlimpah pemain di posisi penjaga gawang, lini belakang dan gelandang. Hanya lini depan yang masih menyisakan pertanyaan.

Ternyata Vicente del Bosque masih tetap memilih mengandalkan pemain-pemain Barcelona. Gerard Pique, Jordi Alba, Sergio Busquets, Xavi, Andres Iniesta, Cesc Fabregas dan Pedro adalah tujuh nama asal Barcelona yang kembali dipanggil ke timnas. Kiper Victor Valdes absen karena cedera, sedangkan Carlos Puyol sudah mengundurkan diri dari sepakbola.

Agaknya Del Bosque masih percaya dengan Barcelona dan tiki taka. Bagaimanapun juga Barcelona dan tiki taka memberi andil penting berjayanya La Furia Roja memenangkan piala Eropa 2008, piala dunia 2010 dan piala Eropa 2012. Cukup beralasan jika Spanyol tetap percaya diri dengan pola permainan mereka, sekalipun pamor tiki taka sedang meredup, prestasi Barcelona sedang menurun, dan timnas Spanyol sendiri ditaklukkan Brazil 0-3 di final piala konfederasi 2013.

Del Bosque sepertinya akan sangat mengandalkan lini tengah sebagai sumber kreativitas serangan. Mungkin terasa berlebihan melihat del Bosque membawa enam gelandang serang kelas dunia seperti Iniesta, Fabregas, David Silva, Santi Cazorla, Koke dan Mata. Agaknya formasi apapun yang dibawa Del Bosque akan melibatkan sedikitnya tiga gelandang serang. Penonton bisa jadi berharap Spanyol akan mendominasi penguasaan bola menghadapi tim manapun, dan menjadi pihak yang rajin mengancam gawang lawan.

Tapi Spanyol bukannya tak punya masalah. Mereka saat ini belum punya solusi yang mapan di lini depan, terutama penyerang tengah. Keempat penyerang yang dipanggil harus membuktikan diri mampu tampil bagus bersama La Furia Roja saat ini.

Diego Costa yang paling diharapkan. Striker naturalisasi ini tampil luar biasa tajam tahun ini bersama Atletico Madrid. Pemain kelahiran Brazil ini mampu berperan sebagai striker tunggal ataupun berduet dengan striker lain. Hanya saja performanya bersama timnas belum terbukti. Diego Costa baru tampil sekali bersama timnas Spanyol dalam partai persahabatan melawan Italia, dan penampilan Costa saat itu belum menggembirakan.

Penyerang lain Fernando Torres seolah tak lagi haus gol sejak bergabung dengan Chelsea tiga tahun lalu. David Villa mungkin sudah melewati masa jayanya, sementara Pedro lebih cocok menjadi penyerang sayap daripada penyerang tengah. Tangan dingin Del Bosque dibutuhkan untuk menemukan solusi untuk lini depan Spanyol.

Skuad Spanyol ke piala dunia 2013:

 1. GK Iker Casillas (Real Madrid), 153 penampilan bersama La Furia Roja.
 2. DF Raul Albiol (Napoli), 46 penampilan.
 3. DF Gerard Pique (Barcelona), 60 penampilan, 4 gol.
 4. DF Javi Martinez (Bayern Muenchen), 16 penampilan.
 5. MF Koke (Atletico Madrid), 7 penampilan.
 6. MF Andres Iniesta (Barcelona), 95 penampilan, 12 gol.
 7. FW David Villa (New York City FC), 94 penampilan, 56 gol.
 8. MF Xavi Hernandez (Barcelona), 131 penampilan, 13 gol.
 9. FW Fernando Torres (Chelsea), 107 penampilan, 37 gol.
10. MF Cesc Fabregas (Barcelona), 88 penampilan, 13 gol.
11. FW Pedro Rodriguez (Barcelona), 38 penampilan, 14 gol.
12. GK David de Gea (Manchester United), belum pernah tampil untuk La Furia Roja.
13. MF Juan Mata (Manchester United), 32 penampilan, 9 gol.
14. MF Xabi Alonso (Real Madrid), 109 penampilan, 15 gol.
15. DF Sergio Ramos (Real Madrid), 115 penampilan, 9 gol.
16. MF Sergio Busquets (Barcelona), 64.
17. DF Cesar Azpilicueta (Chelsea), 6 penampilan.
18. DF Jordi alba (Barcelona), 25 penampilan, 5 gol.
19. FW Diego Costa (Atletico Madrid), 1 penampilan.
20. MF Santi Cazorla (Arsenal), 62 penampilan, 10 gol.
21. MF David Silva (Manchester City), 79 penampilan, 20 gol.
22. DF Juanfran (Atletico Madrid), 6 penampilan.
23. GK Pepe Reina (Napoli), 31 penampilan.



Referensi:

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Spain_national_football_team.
2. http://en.wikipedia.org/wiki/2013%E2%80%9314_FC_Barcelona_season.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/UEFA_Euro_2012_squads#Spain.
4. http://en.wikipedia.org/wiki/UEFA_Euro_2012_Group_C#Spain_vs_Republic_of_Ireland.
5. http://en.wikipedia.org/wiki/UEFA_Euro_2012_knockout_stage#Spain_vs_France.
6. Foto Xavi dan Iniesta dari http://thumbs.dreamstime.com/x/xavi-iniesta-fc-barcelona-17582561.jpg.