Wednesday 30 April 2014

Saved By "Private" Ryan (Giggs)?

Sebuah film karya sutradara Steven Spielberg membawa sutradara itu meraih penghargaan academy award untuk sutradara terbaik 1999. Judul film itu adalah Saving Private Ryan, atau "menyelamatkan prajurit Ryan". Dengan latar belakang perang dunia II, film ini menceritakan misi kapten John H Miller (diperankan Tom Hanks) dan anak buahnya menemukan prajurit James Francis Ryan (Matt Damon) di kancah perang di Prancis dan membawanya pulang ke Amerika.

Hal yang sebaliknya berlaku bagi para penggemar Manchester United, yang berharap pamor tim kebanggaan mereka bisa diselamatkan oleh seorang bernama Ryan. Dialah Ryan Giggs, pemain legendaris MU yang baru saja diangkat sebagai manajer sementara menggantikan David Moyes. Karena Giggs masih belum menggantung sepatu, statusnya adalah seorang player-manager.

Pada 26 April 2014 Giggs menjalani debutnya sebagai manager MU dengan gemilang. Di stadion Old Trafford, pasukan asuhan Giggs menghantam Norwich 4-0 tanpa balas. Dua gol pertama dicetak oleh Wayne Rooney, dua gol lagi oleh Juan Mata. Rekaman highlight pertandingan ini dapat dilihat disini: http://www.youtube.com/watch?v=_I_jbMYpAa4.

Ryan Giggs barangkali adalah pemain yang paling lama merasakan asuhan Sir Alex Ferguson. Giggs menghabiskan 23 tahun bermain dibawah asuhan Fergie, dan menjadi bagian integral dari kisah sukses MU dibawah Fergie. Dengan latar belakang seperti itu, penggemar MU tentu mengharapkan Giggs akan meneruskan filosofi sepakbola Ferguson. Sebagai sosoknya yang tentunya masih disegani para pemain MU, Giggs diharapkan bisa mengembalikan mental juara kepada para pemainnya.

Tantangan Ryan Giggs berikutnya adalah dua pertandingan kandang menghadapi Sunderland dan Hull City, dan partai tandang menghadapi Southampton. Walau Giggs hanya manager sementara, tapi peluang untuk menjadi manager permanen bukan tidak ada. Jika Giggs mampu menyelesaikan ketiga partai terakhir musim ini dengan kemenangan, suara-suara supporter yang mendukung Giggs sebagai manager permanen MU akan terdengar makin nyaring.

Setebal Apa Tembok Chelsea? (Review Semifinal CL 2013/2014 partai pertama Atletico Madrid - Chelsea 0-0)

Pelatih Diego Semeone membentuk Atletico Madrid sebagai sebuah tim yang kuat dengan fisik yang prima. Dalam soal kekuatan fisik, Atletico mungkin sebanding dengan Chelsea. Tapi permainan Atletico bermain dengan intensitas lebih tinggi, lebih agresif dan lebih ofensif. Status mereka sebagai pemimpin sementara liga Spanyol didepan Barcelona dan Real Madrid sudah cukup menjelaskan kekuatan Atletico.

Strategi Jose Mourinho langsung terbaca jelas dari deretan gelandang yang dimainkan: Obi Mikel, Ramires, Frank Lampard dan David Luiz. Target Chelsea pada pertandingan ini hanyalah menahan imbang Atletico Madrid. Bukan pekerjaan yang sulit menghadapi Atletico sederet gelandang dan penyerang berkelas.

Seorang pengamat bola pernah menjelaskan rapatnya sistem pertahanan Chelsea. Barisan gelandang dan barisan defender menjaga jarak mereka dekat satu sama lain untuk menjaga jangan ada celah yang bisa dieksploitasi. Jarak antara kedua barisan gelandang dan defender juga dijaga agar tidak ada pemain lawan bisa leluasa. Dan jika pemain lawan memutuskan untuk mencoba menembak dari jauh, salah satu pemain Chelsea akan maju untuk melakukan blok.

Di babak pertama strategi Mourinho berjalan mulus. Volume serangan Atletico terbilang minim. Hanya tercatat sebuah upaya dari Raul Garcia dan satu upaya lain dari Mario Suarez belum mampu menyulitkan Chelsea. Sekalipun kiper Petr Cech cedera dan harus digantikan Mark Schwarzer, sistem pertahanan Chelsea seperti tak terpengaruh.

Di awal babak kedua Chelsea mencoba mencuri gol melalui Frank Lampard, dan sebuah upaya lain dari Diego Ribas. Diluar itu, dominasi Atletico makin menjadi-jadi. Raul Garcia menjadi sosok yang paling sering mengancam gawang Chelsea, sampai-sampai malam itu Raul Garcia terlihat lebih dominan dari mesin gol Atletico, Diego Costa. Walaupun Diego Ribas, Gabi dan Arda Turan bergantian mengancam gawang Chelsea, tapi sampai peluit akhir berbunyi tidak ada gol tercipta.

Walaupun begitu banyak serangan dari Atletico, kiper Chelsea Mark Schwarzer tidak banyak melakukan penyelamatan. Barisan pertahanan dan gelandang Chelsea membentuk tembok pertahanan yang efektif membuat para penyerang Atletico tak bisa leluasa. Jose Mourinho selama ini memang dikenal mampu membangun pertahanan yang kokok dan tak asing dengan formasi parkir bus.

Tapi sebenarnya, tembok Chelsea bukannya tak bisa ditembus. Di sekitar dua puluh menit pertandingan, serangan demi serangan Atletico sebenarnya makin lama makin berbahaya. Diego Costa bahkan hampir berhasil mencetak gol lewat sebuah sundulan. Sedikit banyak Chelsea perlu faktor keberuntungan juga untuk bisa mempertahankan gawang mereka dari berondongan serangan Atletico.

Di partai kedua, situasi mungkin akan berubah. Hasil seri tidak akan membawa Chelsea lolos ke final. Pada partai kedua ini Chelsea harus mengincar kemenangan. Barangkali Chelsea akan tetap mempertahankan tembok pertahanan mereka, tapi kali ini dilengkapi meriam untuk balas menyerang.

Rekaman highlight pertandingan ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=L8VMzxWK8jA.

Atletico Madrid
Thibaut Courtois, Juanfran, Miranda, Diego Godin, Filipe Luis, Raul Garcia (David Villa), Gabi, Mario Suarez (David Sosa), Koke, Diego Ribas (Arda Turan), Diego Costa.

Chelsea

Petr Cech (Mark Schwarzer), Cesar Azpilicueta, Gary Cahill, John Terry (Andre Schurrle), Ashley Cole, Obi Mikel, David Luiz, Frank Lampard, Ramirez, Fernando Torres, Willian (Demba Ba)

Monday 28 April 2014

Unggul Penguasaan Bola Tak Identik Dengan Kemenangan - Review Semifinal CL 2014 Real Madrid vs Bayern Muenchen 1 - 0

Dari para pemain yang diturunkan Real Madrid di awal partai penting ini, tidak tampak Gareth Bale. Demi kepentingan strategi pelatih Carlo Ancelotti lebih memilih menurunkan Isco di pertandingan ini. Barangkali Ancelotti sadar bahwa lawan mereka adalah juara bertahan plus unggulan juara, karena itu dia mempersiapkan pertahanan timnya dengan seksama. Mungkin juga karena kondisi Bale diberitakan kurang fit.

Bayern Muenchen memulai pertandingan dengan menguasai possession dan berupaya menghantam lini pertahanan Madrid. Di awal babak pertama ini sebuah upaya Arjen Robben belum berhasil membobol gawang Madrid. Tak lama kemudian sebuah sundulan Bastian Schwinsteiger juga belum menemui sasaran.

Disaat itulah Madrid justru sukses menyengat pertahanan Muenchen. Dari sayap kiri Cristiano Ronaldo memberi umpan ke arah kotak penalti pada Fabio Coentrao, yang lalu meneruskannya pada Karim Benzema. Penyerang Perancis ini tanpa ampun menjebloskan bola ke gawang Manuel Neuer.

Kebobolan satu gol membuat Muenchen terlihat goyah dibabak pertama ini. Sementara Real Madrid mendemonstrasikan kehandalan mereka melakukan counter attack dengan cepat. Muenchen masih punya peluang di babak pertama lewat Dante dan lalu Philip Lahm, tapi serangan-serangan Madrid terasa lebih meyakinkan. CR7 dan Angel di Maria bergantian mengancam gawang Muenchen lewat sejumlah peluang.

Di babak kedua Bayern memperbaiki penampilannya. Peluang demi peluang berdatangan lewat Frank Ribery, Arjen Robben, dan Thomas Muller. Sementara serangan Madrid terkesan hanya mengandalkan CR7, dan kemudian Gareth Bale yang masuk menggantikannya. Peluang terbaik Muenchen datang saat Mario Goetze mendapat kesempatan menembak dari dalam kotak penalti, namun masih dapat digagalkan Iker Casillas.

Walaupun menang, posisi Real Madrid jauh dari aman. Dalam pertandingan ini lini pertahanan Madrid harus jatuh bangun menghadapi serangan demi serangan Muenchen. Hal ini akan lebih sulit dilakukan di pertandingan kedua karena kali ini Muenchen yang bertindak sebagai tuan rumah

Sedangkan pelajaran bagi Muenchen barangkali adalah, terkadang dominasi possession tidak cukup untuk meraih kemenangan.

Rekaman highlight pertandingan ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=xSCDDk8qCHo

Real Madrid
Iker Casillas, Dani Carvajal, Sergio Ramos, Pepe (Raphael Varane), Fabio Coentrao, Xabi Alonso, Luca Modric, Angel di Mario, Isco (Asier Ilarramendi), Cristiano Ronaldo (Gareth Bale), Karim Benzema

Bayern Muenchen

Manuel Neuer, Rafinha (Javi Martinez), Dante, Derek Boateng, David Alaba, Philip Lahm, Toni Kroos, Bastian Schweinsteiger (Thomas Mueller), Frank Ribery (Mario Goetze), Mario Mandzukic, Arjen Robben.

Thursday 24 April 2014

David Moyes Bukanlah Satu-Satunya

Manchester United telah memutuskan untuk memutus kontrak David Moyes pada 22 April 2014. Manajer yang dianggap sukses bersama Everton itu gagal memberikan prestasi yang sesuai dengan standar dan kualitas MU. Bukan hanya melewatkan musim ini tanpa gelar, MU juga dipastikan tidak lolos ke Champions league musim depan.

Datang membawa para staf kepelatihannya di Everton plus Philip Neville yang mantan pemain MU, Moyes gagal mengimplementasikan resep sukses Everton ke Manchester United. Saya percaya Moyes dan timnya sudah berusaha keras, tapi hasil yang didapat tetap mengecewakan. He simply didn't deliver. Tim sekelas MU punya target prestasi dan pencapaian Moyes sangat jauh dibawah harapan.

Sebelumnya mungkin banyak yang berpikir dengan materi pemain yang dimiliki MU, manajer manapun pasti mampu meraih sukses. Ternyata kenyataannya tak seindah itu. Kemampuan yang sangat mumpuni ternyata dibutuhkan untuk manajer sukses di tim penuh bintang.

David Moyes bukan satu-satunya manajer yang sukses di klub lamanya, namun gagal saat pindah menangani klub yang lebih besar. Sejumlah nama berikut pernah mengalami hal yang sama:

1. Andre Villas Boas (AVB) sukses memenangkan treble tahun 2011 bersama FC Porto, yaitu UEFA Europa League, Primeira Liga dan Taca de Portugal. Saat kemudian dipercaya membawa Chelsea, AVB membawa timnya terpuruk keluar empat besar, terlibat konflik dengan sejumlah pemain senior, dan didepak sebelum satu musim berlalu. Mulai 2012 AVB dipercaya menangani klub besar lain Tottenham Hotspurs. Disini AVB hanya bertahan satu setengah tahun sebelum didepak pada akhir 2013.

2. Luis Enrique sempat dianggap sebagai manager penuh bakat saat berhasil membawa Barcelona B promosi ke segunda divison, kasta kedua liga sepakbola Spanyol. Luis Enrique sempat dibanding-bandingkan dengan Pep Guardiola, manager tim senior Barcelona saat itu. Sayangnya saat dipercaya menangani AS Roma, Luis Enrique bahkan tak mampu membawa Roma masuk zona Europa.

3. Luigi Delneri membawa Chievo promosi ke seri A dan lolos ke piala UEFA. Delneri sempat dipercaya menangani klub besar AS Roma tahun 2004, tapi dilepas sebelum musim berakhir. Delneri mendapat kesempatan lagi bersama Juventus tahun 2010, tapi hanya bertahan satu musim.

4. Andrea Stramaccioni mencuat setelah membawa tim muda Internazionale memenangkan NextGen series 2011-2012. NextGen series adalah kejuaraan U19 yang diikuti sejumlah klub terkemuka Eropa. Musim berikutnya Strama dipercaya menangani tim senior Internazionale. Strama dilepas karena di akhir musim Inter berada di posisi kesembilan.

5. Sam Allardyce sukses bersama Bolton Wanderers yang ditanganinya dalam rentang delapan tahun 1999-2007. Prestasi Bolton ditangan Allardyce kurang lebih setara dengan prestasi Everton ditangan Moyes. Allardyce lalu dipercaya menjadi manager Newcastle United, namun hanya bertahan enam bulan dan dilepas setelah serangkaian hasil buruk.

Monday 21 April 2014

Bintang Belia: Simone Scuffet, Kiper Masa depan Timnas Italia

Gianluigi Buffon sudah 17 tahun menguasai posisi kiper utama timnas Italia. Walaupun usia kiper andalan Juventus ini sudah 36 tahun, Buffon masih dianggap sebagai salah satu kiper terbaik dunia. Ketangguhan Buffon sebagai portiere adalah salah satu alasan dominannya Juventus di seri A dalam beberapa tahun terakhir ini.

Christian Abbiati tidak beruntung berada di generasi yang sama dengan Buffon menyulitkannya menjadi pilihan utama timnas Italia. Federico Marchetti dan Michael Agazzi juga mungkin hanya bisa berharap menjadi kiper pelapis Gli Azzuri. Seperti kiper legendaris Dino Zoff, Buffon mungkin masih akan ada di performa puncak saat nanti usianya mencapai 40. Hanya kiper muda berbakat yang bisa bermimpi menjadi kiper utama Gli Azzuri menggantikan Buffon.

Dan seorang kiper belia bertalenta telah muncul. Namanya Simone Scuffet dari klub seri A, Udinese. Walaupun usianya baru 17 tahun, Scuffet telah menjadi pilihan pertama di Udinese. Tak heran jika Scuffet jadi dibanding-bandingkan dengan Buffon, karena Buffon melakukan debut seri A bersama Parma juga di usia 17 tahun.

Kiper produk asli tim akademi Udinese ini awal tahun ini memperkuat Italia dalam piala dunia U17. Walaupun Italia tidak tampil gemilang dalam ajang tersebut, Scuffet sempat mencuri perhatian. Dalam pertandingan menghadapi Selandia Baru, Scuffet sukses menggagalkan penalti Monty Patterson.

Kembali ke Udinese, kesempatan datang untuk Scuffet pada 1 Februari 2014. Cederanya kiper utama Zeljko Brkic memberi kesempatan bagi Scuffet untuk tampil menjadi kiper utama dalam partai melawan Bologna di kandang lawan. Scuffet mempertahankan gawangnya dari kebobolan dan Udinese menang 2-0. Sejak saat itu Scuffet mejadi kiper pilihan utama Udinese.

Simone Scuffet telah tampil bersama Udinese dalam 13 partai seri A dan 2 partai Copa Italia. Situs espnfc.com mencatat bahwa kiper setinggi 191 cm ini telah melakukan 37 penyelamatan dan mendapatkan 6 clean sheet di seri A. Dengan Scuffet sebagai kiper, Udinese mencatatkan 5 kemenangan, 4 hasil seri dan 4 kali kalah.

Scuffet tak gentar saat harus menghadapi klub besar. Scuffet mencatatkan clean sheet saat Udinese mengalahkan AC Milan 1-0 di kandang sendiri pada 8 Maret 2014. Penampilannya saat menghadapi Internazionale di Guiseppe Meazza menuai pujian dari sejumlah kalangan. Dalam pertandingan yang berlangsung pada 27 Maret 2014 itu, Scuffet kembali mencatatkan clean sheet dan Udinese menahan Inter 0-0.

Demi kesuksesan karirnya, Scuffet sebaiknya tidak terburu-buru menerima pinangan klub besar. Saat ini yang dibutuhkannya adalah lebih banyak pengalaman bertanding untuk semakin mengasah kemampuannya. Bertahan menjadi kiper utama Udinese mungkin adalah pilihan yang paling bijaksana untuk beberapa tahun kedepan.

Rekaman sejumlah aksi-aksi Simone Scuffet selama ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=fEnJ9pABv7M. Rekaman highlight penampilan Udinese melawan Inter http://www.youtube.com/watch?v=04bzJAs3DEM




Referensi:

http://en.wikipedia.org/wiki/Gianluigi_Buffon
http://en.wikipedia.org/wiki/Italian_national_football_team
http://espnfc.com/player/_/id/181784/simone-scuffet?cc=4716
http://m.fifa.com/u17worldcup/news/newsid=2205183/index.html
http://www.goal.com/en/news/1717/editorial/2014/04/06/4730259/the-new-buffon-introducing-italys-17-year-old-goalkeeping?ICID=PP_89437

Sunday 20 April 2014

Selamat Mengikuti UN Susulan, Paulo Sitanggang

Timnas U19 hari ini 20 April 2014 dijadwalkan pulang ke tanah air. Tim kebanggaan kita itu menorehkan hasil gemilang dalam tur timur tengah dengan tiga kemenangan, satu kekalahan dan satu hasil seri. Ternyata kualitas sepakbola Indonesia sebenarnya bisa bersaing dengan negara-negara timur tengah.

Salah satu pemain kebanggaan kita, Paulo Sitanggang, tidak bisa berleha-leha sesampainya di tanah air. Tantangan lain sudah menunggu. Dengan mengikuti timnas U19 ke timur tengah, siswa SMA Pahlawan Jember ini tidak bisa mengikuti ujian nasional (UN) yang berlangsung pekan lalu. Untunglah Paulo tetap dijadwalkan bisa ikut ujian susulan pada tanggal 22-24 April 2014.

Saya percaya bahwa UN bukan momok yang perlu ditakuti, dan saya percaya pada kemampuan Paulo. Penampilannya saat menghadapi UEA mengingatkan pada Xavi Hernandes. Gelandang tipe seperti ini harus punya kecerdasan untuk bisa mengendalikan ritme permainan. Demikianlah yang terlihat saat Paolo berkali kali melakukan intercept, atau mengirimkan umpan terobosan ke jantung pertahanan lawan.

Selamat ujian untuk Paulo Sitanggang. All the best.

Referensi: http://bola.kompas.com/read/2014/04/14/1422594/Bintang.U19.Paulo.Sitanggang.Mangkir.dari.UN

Saturday 19 April 2014

Panggung pasukan pelapis timnas U19, Al Shahab 2 Indonesia 2

Al Shahab U19 menjadi lawan pada terakhir timnas U19 pada tur Timur Tengah bulan April ini. Dalam satu-satu pertandingan yang tidak menghadapi semua timnas ini, Indra Sjafri memilih menurunkan pemain-pemain yang tidak biasa. Tidak satupun diturunkan pemain inti yang relatif sudah established. Para pemain pelapis kali mendapat kesempatan untuk unjuk gigi. Bahkan sejumlah pemain lapis ketiga juga mendapatkan menit bermain.

Kiper Diky Indriyana misalnya, adalah pilihan ketiga setelah Ravi Murdianto dan Awan Seto. Seandainya Rully Desrian tidak dicoret karena alasan indisipliner, Diky Indriyana adalah pilihan keempat. Diky adalah pemain baru, yang bergabung dengan timnas U19 pada Desember 2013. Melihat penampilan Ravi dan Awan Seto yang cukup meyakinkan selama ini, peluang Diky untuk bersaing memperebutkan posisi kiper utama agak berat.

Kapten tim Ryuji Utomo sedang berjuang untuk merebut posisi Sahrul Kurniawan di sentral pertahanan. Kali ini Ryuji berduet dengan sesama pemain pelapis, Febly Gushendra untuk menjaga jantung pertahanan Indonesia. Menurut penilaian saya, peluang Febry merebut posisi di tim inti tak sebenar Ryuji.

Dua bek sayap, Eriyanto dan Mahdi Fahri Albaar, keduanya juga pemain pelapis. Mereka cenderung bermain lebih menyerang dibandingkan pilihan utama, Putu Gede Juni Antara dan Fatchu Rohman. Lebih ofensif tidak lalu berarti lebih baik. Eriyanto dan Mahdi relatif kesulitan mengkonversi tusukan-tusukan mereka menjadi peluang mencetak gol.

Yang paling menarik adalah ketiga gelandang: Paolo Sitanggang, Zulfiandi dan Hendra Sandi. Mereka bertiga sebenarnya bersaing untuk merebut satu posisi di tim inti, mendampingi Evan Dimas Darmono dan Hargianto. Penampilan gemilang Paolo saat melawan UEA sepertinya membuatnya lebih diunggulkan merebut posisi inti tersebut.

Dua penyerang sayap juga pemain pelapis, yaitu Dinan Javier dan Miftahul Hamdy. Mereka mendampingi Dimas Drajad yang menjadi penyerang tengah. Dimas Drajad sebelumnya sukses menjadi supersub, mencetak tiga gol dari tiga penampilan terakhir timnas U19.

Walaupun menurunkan banyak pemain pelapis, timnas tetap mampu mendominasi permainan di babak pertama. Dimas Drajad membuka kemenangan setelah menerima umpan terobosan dari sisi kanan. Dengan begitu Dimas Drajad sudah mencetak empat gol dalam empat pertandingan, memberikan tekanan kepada penyerang tengah pilihan utama, Mukhlis Hadi Ning Syaifullah. Skor 1-0 untuk Indonesia.

Gol balasan Al Shahab berasal dari umpan lambung Rashed Mohamed ke langsung kotak penalti. Kiper Diky Indriyana terlihat sudah menangkap bola dengan kedua tangannya, tapi Jasem Hassan tetap menyundul bola tersebut dari tangan Diky. Wasit tidak menganggapnya sebagai pelanggaran. Bola liar lalu disambar Mohamed Obaid ke gawang Indonesia. Skor sekarang 1-1.

Gol balasan Al Shahab U19 tidak membuat timnas goyah. Ketiga gelandang Hendra Sandi, Paolo Sitanggang dan Zulfiandi tetap solid dan mendominasi lapangan tengah. Zulfiandi membuat Indonesia kembali unggul dengan sebuah tembakan dari luar kotak penalti. Babak pertama berakhir dengan keunggulan Indonesia 2-1.

Di babak kedua permainan keras Al Shahab mulai memakan korban. Bek kiri Mahdi Fahri dan pemain pengganti Septian David Maulana harus digotong keluar lapangan karena cedera dilanggar pemain Al Shahab. Ritme permainan Indonesia kacau di babak kedua ini dan lini tengah tak lagi mendominasi. Al Shahab mencetak gol balasan lewat tembakan jarak jauh Mohamed Obaid.

Di babak kedua ini Indonesia menurunkan lebih banyak lagi pemain pelapis. Al Komar, Yabes Roni, Reza Pahlevi dan Septian David Maulana mendapat kesempatan turun sebagai pemain pengganti. Sayangnya permainan mereka tidak mampu membuat timnas U19 mengembalikan dominasinya di pertandingan ini.

Yabes Roni paling mencuri perhatian di babak kedua ini. Dia bermain dengan intensitas tinggi, agresif menyerang, punya idea dan kreativitas, dan juga skill dan keberanian. Tapi kebanyakan usahanya terkesan individual dan agak tidak sinkron dengan teman-temannya. Yabes harus lebih berusaha meningkatkan saling pengertian dengan rekan-rekannya untuk meningkatkan peluangnya menembus tim inti.

Rekaman highlight pertandingan ini dapat disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=h9mBBgZm63w

Susunan pemain Indonesia U19:

Diky Indriyana, Eriyanto, Ryuji Utomo, Febly Gushendra, Mahdi Fahri Albaar/Al Komar, Hendra Sandi, Paolo Sitanggang, Zulfiandi/Yabes Roni Malaifani, Dinan Javier/Reza Pahlevi, Dimas Drajad, 
Miftahul Hamdy/Septian David Maulana.

Thursday 17 April 2014

Badai hanya satu babak, Timnas U19 sekali lagi menaklukkan UEA 2-1.


Timnas UEA U19 sudah punya persiapan untuk membalas kekalahan 4-1 di pertandingan pertama. Mereka tampil agresif dengan intensitas lebih tinggi dari sebelumnya. Mereka tidak membiarkan Indonesia dominan di lini tengah, tidak segan-segan melakukan hadangan-hadangan fisik untuk menghambat aliran bola kita. Dan UEA juga sudah mempersiapkan pola serangan dan merancang peluang demi peluang.

UEA sangat merepotkan tim kita di babak pertama. Peluang demi peluang bisa dibangun oleh tim lawan. Mulai dari sundulan di kotak penalti, tembakan dari dalam kotak penalti, overhead kick dan serangkaian tembakan dari luar kotak penalti. Beruntung penyelesaian akhir UEA di babak pertama memang tidak istimewa, sehingga peluang-peluang itu tidak ada yang berhasil mengoyak gawang Indonesia.

Dan timnas U19 juga tak tumbang diterpa badai. Para gelandang dan penyerang seperti tidak pernah kehabisan akal untuk membuat peluang demi peluang, walaupun lini tengah UEA bekerja keras untuk menghambat. Baik Maldini Pali, Mukhlis Hadi Ning Syaifullah maupun Ilham Udin Armayn, ketiganya punya peluang yang mengancam gawang UEA di babak pertama ini.

Gol pertama Indonesia adalah hasil dari perencanaan yang brilian. Hargianto menyadari posisi Mukhlis Hadi di kotak penalti, memberikan umpan terobosan kedalam kotak penalti. Mukhlis Hadi bereaksi cepat mengejar bola dan menaklukkan kiper UEA, Sultan Almunthery. Skor 1-0 untuk Indonesia.

Di babak kedua, UEA harus bermain dengan sepuluh pemain setelah Mohamed Abdul Baset mendapat kartu merah. Permainan keras yang diperagakan ternyata menjadi bumerang bagi UEA. Namun justru dengan sepuluh pemain, UEA mampu mencetak gol balasan.

Untuk kesekian kalinya timnas U19 terlihat rentan menghadapi set piece. Kali ini gol tidak berawal dari tendangan sudut, tapi lemparan kedalam. Sebuah lemparan kedalam di sisi kiri pertahanan Indonesia membawa bola melewati barisan bek, lalu dibawa ke Rashid Ghanem ke kotak penalti dan umpan yang akurat diselesaikan dengan matang oleh Jasim Johar.

Lalu, sekali lagi penampilan keras UEA menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Kali ini Abdullah al Noubi yang mendapat kartu merah, dan UEA harus menghadapi Indonesia dengan sembilan pemain. Sesungguhnya gol kemenangan Indonesia tidaklah datang dengan mudah, walaupun sebelas pemain Indonesia menghadapi sembilan pemain UEA. Untunglah kita punya Dimas Drajad yang dalam tiga partai terakhir mempu berperan sebagai supersub.

Gol Indonesia kembali berawal dari umpan terobosan ke kotak penalti. Kali ini assist itu dilakukan oleh Evan Dimas Darmono. Dengan ketenangan seorang striker sejati, Dimas Drajad menyelesaikan dengan sebuah sontekan ke gawang Sultan Almunthery. Dengan tiga gol di tiga pertandingan terakhir sebagai pemain pengganti, Dimas Drajad menunjukkan diri sebagai seorang penyerang tengah sejati, yang sanggup bersaing dengan Mukhlis Hadi Ning Syaifullah memperebutkan tempat di tim inti.

Rekaman lengkap pertandingan ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=K0m3RE78QNg

Tuesday 15 April 2014

Ritme timnas U19 mengungguli UEA 4-1

Setelah dua pertandingan melawan Oman, timnas U19 menghadapi lawan tangguh berikutnya dari Asia barat. Timnas Uni Emirat Arab U19 menjadi ujian baru bagi timnas U19. Seperti juga timnas Indonesia dan Oman, timnas UEA U19 juga lolos ke putaran final AFC U19 bulan Oktober nanti di Myanmar.

Sepertinya UEA mengamati pertandingan timnas U19 menghadapi Oman, dan sadar bahwa timnas rentan diserang lewat bola-bola atas. Pada awal pertandingan UEA terlihat menusuk lewat sayap lalu melepaskan umpan lambung. Namun semua usaha awal UEA ini tidak bisa dibilang berhasil.

Dan skenario UEA ini memang hanya berjalan di awal-awal permainan. Setelah itu Indonesia menemukan ritmenya dan tidak membiarkan UEA meneruskan rencana mereka. Seperti biasa permainan Indonesia mengandalkan kelihaian ketiga gelandangnya mengalirkan bola, dan kemampuan para penyerang membuka ruang dan menusuk pertahanan lawan.

UEA tadinya berusaha melakukan pressing agar permainan kita tidak berkembang, tapi para pivot kita seperti M Hargianto dan Paolo Sitanggang begitu percaya diri membawa dan mengalirkan bola walaupun dibawah tekanan. Dan jika tekanan makin berat, bek sayap dan bahkan penyerang sayap bergerak mendekat untuk menjadi opsi umpan berikutnya. Operan demi operan yang berjalan lancar membuat pertandingan ini berjalan sesuai ritme Indonesia.

Paolo Sitanggang tampil memukau pada pertandingan ini. Indonesia seolah punya seorang pengatur tempo seperti Xavi Hernandes. Paolo mampu membantu pertahanan, mengirimkan umpan-umpan metronom, melakukan intersep hingga melepaskan umpan-umpan berbahaya ke jantung pertahanan UEA. Dengan penampilannya hari ini, menurut saya seharusnya Paolo sementara memenangkan persaingan memperebutkan posisi di tim inti dengan Zulfiandi dan Hendra Sandy.

Gol pertama diawali dari kejelian dan skill Evan Dimas, yang memberikan through pass ke Ilham Udin Armayn. Walaupun posisi aslinya adalah sayap kiri, Ilham justru lepas di tengah langsung ke kotak penalti dan menaklukkan kiper lawan. Skor 1-0 bertahan hingga akhir babak pertama.

Diawal babak kedua UEA mendapatkan tendangan bebas dari sisi kanan pertahanan Indonesia. Umpan lambung disambut oleh sundulan Khaled Abdul Rahim menghasilkan gol. Umpan lambung dan bola-bola atas masih menjadi PR bagi tim kita.

Tapi lini tengah masih didominasi Indonesia. Gol kedua diawali oleh umpan Paolo Sitanggang ke sayap kanan, yang diteruskan ke kotak penalti lawan oleh Putu Gede Juni Antara dan Maldini Pali. Gol dicetak oleh Evan Dimas yang datang dari membantu dari lini kedua. Skor 2-1 untuk Indonesia.

Septian David Maulana dan Dimas Drajad yang sama-sama punya andil atas gol kemenangan Indonesia atas Oman, kembali bersinar saat tampil sebagai pemain pengganti. Baik David Maulana maupun Dimas Drajad sama-sama menyumbangkan satu gol dalam pertandingan ini. Dengan demikian skor akhir adalah 4-1 untuk Indonesia.

Seperti pertandingan sebelumnya, David Maulana kembali memperlihatkan kemampuan finishing yang dimilinya. Di timnas U19, mungkin hanya Evan Dimas Darmono yang lebih baik dalam soal penyelesaian akhir. Pada pertandingan melawan Oman, David Maulana kurang beruntung karena tembakan kerasnya masih ditepis kiper lalu membentur tiang, sebelum dijebloskan ke gawang oleh Dimas Drajad. Kali ini melawan UAE sebuah penyelesaian dingin dari David Maulana mengubah skor menjadi 3-1. Maldini Pali dan Ilham Udin Armayn tidak bisa berleha-leha jika tidak ingin posisi mereka di tim inti direbut oleh Septian David Maulana.

Dimas Drajad, menurut saya, harus coba ditampilkan sebagai starter. Menggantikan penyerang tengah Mukhlis Hadi Ning Syaifullah yang gagal bersinar, Dimas Drajad tampil cemerlang. Dalam pertandingan ini sebagai Dimas Drajad terlibat dalam open play membangun serangan, sesekali melebar ke sayap kanan, dan memnafaatkan umpan Yabes Roni Malaifani untuk mencetak gol keempat yang membawa timnas Garuda Jaya memenangkan pertandingan ini 4-1.

Kredit juga harus diberikan pada kiper Awan Seto dan bek tengah Ryuji Utomo yang kali ini diberi kepercayaan sebagai starter. Keduanya tampil bagus dan mampu bekerjasama dengan baik dengan teman-temannya di lini belakang. Hanya saja umpan lambung dan bola-bola atas masih menjadi PR bagi lini belakang kita.

Jalannya sebagian besar pertandingan dapat disaksikan disini http://www.youtube.com/watch?v=F5wz_jbGdFo. Gol-gol Indonesia bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=3El5fyvUaXk.




Saturday 12 April 2014

Kemenangan tak meyakinkan: Indonesia U19 - Oman U19 2 - 1

Timnas U19 sepertinya identik dengan formasi 4-3-3. Formasi ini sedang populer karena digunakan oleh Barcelona dan tiki takanya. Tapi ada sejumlah perbedaan antara formasi timnas U19 dengan formasi Barca.
1. Timnas U19 tidak memiliki bek sayap serang seperti Dani Alves. Bek sayap timnas cenderung lebih berperan sebagai half-back.
2. Sepertinya tidak ada gelandang bertahan seperti Sergio Busquets. Ketiga gelandang timnas U19 sama-sama tampil box-to-box bertahan dan menyerang.
3. Mukhlis Hadi Ning Syaifullah lebih tepat disebut penyerang tengah daripada false-nine.

Tiga gelandang jelas tidak cukup untuk mendominasi lapangan tengah. Evan Dimas Darmono, Hargianto dan Zulfiandi mungkin berjuang lebih keras di lapangan dibanding pemain lain. Dengan lawan yang kelasnya setara, sulit mengharapkan dominasi penguasaan bola. Pertahanan tim secara keseluruhan tak bisa dibilang sulit. Tapi disisi lain, kedua sayap Ilham Udin dan Maldini Pali sepertinya selalu sedia untuk menerima umpan, membuka ruang dan merobek lini pertahanan Oman.

Demikianlah secara umum kedua tim ini berimbang. Oman juga cenderung memainkan passing game dari kaki ke kaki dan jarang memainkan long ball. Serangan demi serangan Oman cukup merepotkan kiper Ravi Murdianto.

Gol pertama timnas U19 berasal dari keteledoran pemain belakang Oman. Saat berusaha menghalau bola, salah seorang pemain Oman justru handsball di kotak penalti. Kesempatan ini tidak disia-siakan Fatchu Rohman untuk menyarangkan bola ke sisi kanan gawang Oman.

Tapi keunggulan ini tak bertahan lama. Muaadh al Khaldi mencetak gol dengan sundulan menyambut sepak pojok. Gol ini menerbitkan pertanyaan tentang lemahnya timnas U19 dalam bertahan menghadapi bola-bola atas. Bagaimana jika lawan di putaran final piala AFC U19 memutuskan untuk memaksimalkan bola-bola atas.

Gol kemenangan timnas U19 terjadi berkat andil dua pemain pengganti, David Maulana dan Dimas Drajad. Tembakan David Maulana yang tadinya menusuk dari sisi kanan tak dapat diantisipasi sempurna oleh kiper Oman, dan bola kemelut disundul dengan tenang oleh Dimas Drajad kotak penalti.

Artinya, David Maulana dan Dimas Drajad menunjukkan bahwa mereka sanggup bersaing dengan para penyerang pilahan utama. Saya rasa Indra Sjafri perlu mencoba mereka sebagai starter diantara pertandingan-pertandingan uji coba berikutnya. Bukankah saat uji coba adalah saat yang tepat untuk bereksperimen. Posisi di starting eleven masih bisa berubah.

Ada sisi positif lain dari gol kemenangan tersebut. Indra Sjafri sepertinya cukup teliti merencanakan penggantian pemain. Memang sepakbola modern tidak bisa hanya mengandalkan 11 orang pemain starting eleven. Skema pergantian pemain juga harus direncanakan dengan matang.

Rekaman lengkap pertandingan ini dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=zaygz25PeT4 dan http://www.youtube.com/watch?v=AWhw_3sNe30.

Oman
Bilal al Bulushi, Hasan al Saadi/Muaadh al Khaldi, Hassan al Ajmi, Bassam al Salehi, Marwan al Shiabi/Abdullah Khamis, Juma al Habsi, Abdulla Juma, Anjad al Alawi/Abdullah al Mishaikhi, Abdullah Fawaz, Al Mundhar Rabia/Muhsen al Ghasani, Mazin al Bulushi

Indonesia
Ravi Murdianto, Putu Gede Juni Antara, M Sahrul Kurniawan, Hansamu Yama Pratama, M Fatchu Rohman, Evan Dimas Darmono, M Hargianto, Zulfiandi/Paolo Sitanggang, Maldini Pali, Mukhlis Hadi Ning Syaifulloh (Dimas Drajad), Ilham Udin Armayn/Septian David Maulana

P.S.

Pertandingan ini timnas Indonesia U19 melawan Oman U19 ini berlangsung 11 April 2014. Dua hari sebelumnya kedua tim juga bertemu. Kala itu Oman memenangkan pertandingan dengan skor 2-1

Friday 11 April 2014

Indra Sjafri: Attitude!

Penggemar bola seusia Indra Sjafri biasanya adalah penggemar Diego Maradona. Tapi pelatih timnas U19 lebih memilih Zico. Penyerang legendaris  dengan julukan "Pele putih" ini adalah bintang piala dunia 1982 di Spanyol. Di piala dunia 1982 itu, Zico membawa Brazil mengalahkan Argentina 3-1, dan Maradona mendapat kartu merah dalam pertandingan itu.

Kembali ke Indra Sjafri, pilihannya pada Zico menunjukkan bahwa pelatih timnas U19 ini memiliki kepribadian yang kuat. Kalau meminjam slogan acara Smackdown di era 90-an, Indra Sjafri punya attitude. Dia yakin dengan pilihannya sendiri dan tidak sekedar ikut trend atau hype.

Buktinya, Indra Sjafri melanjutkan kalau pemain lainnya yang dia gemari adalah...dirinya sendiri.

Nama Indra Sjafri tidak begitu terdengar saat berkarir sebagai pemain di dekade 80-an. Indra Sjafri menghabiskan karirnya bersama PSP Padang yang bermain di kasta tertinggi kompetisi perserikatan. Indra Sjafri juga bermain untuk PS Machudum, klub anggota PSP Padang.

Menurut Indra Sjafri, kualitas dirinya waktu itu cukup bagus untuk bisa menembus timnas. Saya rasa yang dia maksud adalah timnas kelompok umur, mungkin U19 atau U23. Tapi Indra Sjafri sangat kecewa karena akhirnya dia tidak kunjung dipanggil ke timnas manapun. Indra menuding kegagalan dirinya karena masuk timnas lebih karena faktor non teknis. Di dekade 80-an ada tudingan kalau posisi timnas lebih diperuntukkan bagi pemain-pemain bermain untuk klub-klub pulau Jawa.

Mungkin karena itulah Indra Sjafri seperti tidak peduli dengan daerah asal pemainnya. Biasanya ada daerah yang dianggap sebagai "lumbung pemain" seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Makassar, Maluku dan Papua. Indra Sjafri tidak ragu-ragu memanggil Yabes Roni Malaifani, pemain asal NTT. Padahal NTT secara bukan propinsi yang berprestasi dalam sepakbola. Dan dalam kualifikasi piala AFC  U19 tahun lalu Yabes Roni menjadi pahlawan dengan  mencetak gol kedua saat timnas U19 mengalahkan Philipina 2-0.

Thursday 10 April 2014

Timnas U19 Tumbang Melawan Oman

Timnas U19 merasakan kekalahan pertama tahun 2014 ini. Tim asuhan Indra Sjafri ini tumbang di tangan timnas Oman U19 pada 9 April 2014 yang lalu. Gol pertama Oman dicetak Hasan Alsadi yang menyambut tendangan penjuru. Gol balasan Ilham Udin Armayn membuat babak kedua berakhir 1-1. Dibabak kedua, Indonesia mendapatkan hadiah penalti yang gagal dimanfaatkan Evan Dimas. Gol Marwan Alsadi membuat pertandingan berakhir 2- 1 untuk keunggulan Oman.

Pertandingan ini tadinya sempat diumumkan akan ditayangkan oleh SCTV. Tapi siaran langsung ini batal karena ada masalah dengan partner yaitu Oman TV. Walau begitu, kedua tim akan bertemu lagi hari ini 11 April 2014, dan kali ini rencananya akan disiarkan langsung oleh SCTV dengan bantuan Oman TV mulai jam 19:30.

Penulis belum menemukan rekaman highlight pertandingan di internet. Jadi kalau penasaran kenapa timnas U19 bisa tumbang, penulis menyarankan untuk menonton siaran langsung malam ini. Dengan demikian kita bisa menyaksikan bagaimana permainan timnas U19 menghadapi sesama tim peserta putaran final piala AFC U19 Oktober nanti di Myanmar.

Indonesia U-19: Ravi Murdianto; Putu Gede Juni Antara, M. Sahrul Kurniawan, Hansamu Yama Pranata, M. Fatchu Rochman; M. Hargianto, Zulfiandi, Evan Dimas Darmono; Ilham Udin Armaiyn, Maldini Pali, Muchlis Hadi Ning Syaifulloh
Oman U-19: Bilal Albulushi (GK); Samir Alalawi, Yusuf Alsadi, Hasan Alsadi; Marwan Alsiabi, Iman Ibrahim, Rashed Almushaifri, Mazin Alsadi; Abdullah Fawa, Abdullah Almashaiki

Referensi.
1. Jalannnya pertandingan Indonesia U19-Oman U19 merujuk pada http://www.tribunnews.com/superball/2014/04/10/timnas-indonesia-u-19-vs-timnas-oman-u-19-1-2-jalannya-pertandingan.
2. Siaran langsung Indonesia U19-Timnas U19 batal tayang merujuk http://bola.kabar24.com/bola-nasional/read/20140409/45/215657/timnas-u-19-vs-oman-u-19-gagal-tayang-sctv-live-ini-alasan-oman-tv-prakiraan-line-up.
3. Susunan pemain diambil dari http://www.goal.com/id-ID/news/1387/nasional/2014/04/09/4741576/laporan-pertandingan-oman-u-19-2-1-indonesia-u-19

Saturday 5 April 2014

Kesalahan Barcelona Dimata Fifa

Barcelona dilanda pukulan berat. FIFA menjatuhkan hukuman larangan melakukan pembelian pemain selama selama 14 bulan. Hukuman ini berat karena akhir musim ini Barca akan ditinggalkan oleh kiper utamanya Victor Valdes dan bek tengah Carlos Puyol.

Dengan keputusan FIFA ini, pembelian kiper Marc-Andre ter Stegen dari Borussia  Monchengladbach menjadi mengambang. Begitu juga perekrutan gelandang muda berbakat Allen Halilovic dari Dinamo Zagreb. Rencana Barca untuk membeli bek tengah David Luiz dari Chelsea juga terancam gagal

Barcelona didakwa telah melanggar aturan FIFA tentang transfer pemain asing berusia dibawah 18 tahun. Berdasarkan peraturaan FIFA, transfer pemain asing dibawah 18 tahun ke sebuah klub hanya dibolehkan dengan jika memenuhi satu dari tiga syarat ini:
1. Untuk pemain dari luar Uni Eropa, orang tua pemain itu pindah ke negara tempat klub tersebut karena alasan yang tak terkait sepakbola.
2. Untuk pemain Uni Eropa, transfer bisa dilakukan jika pemain itu sudah berusia diatas 16 tahun.
3. Klub tersebut walau berbeda negara, tapi jarak antara klub tersebut ke rumah si pemain kurang dari 50 km.

Kasus ini cukup mengejutkan karena Barcelona memang terkenal dengan pembinaan pemain usia muda. Akademi mereka, La Masia, mendidik pemain-pemain berbakat dari banyak negara. Bahkan Lionel Messi sudah datang dan berlatih dengan Barcelona sejak tahun 2000, saat usianya 13 tahun.

Menurut situs FC Barcelona sendiri, investigasi FIFA tentang masalah ini berlangsung sejak awal 2013. Barcelona dinyatakan bersalah karena melanggar aturan transfer untuk 9 pemain usia dibawah 18 tahun. Diantara para pemain yang dipermasalahkan adalah dua pemain Korea Selatan, Jang Gyeolhee dan Lee Sung Woo.

Sepertinya pihak Barcelona sendiri tahu kalau mereka bermasalah dengan peraturan transfer pemain usia dibawah 18 tahun. Pada tanggal 1 Maret 2013 Sandro Rosell sebagai presiden Barcelona waktu itu mengirim surat kepada FIFA untuk mengusulkan perubahan aturan transfer pemain usia 18 tahun kebawah.



Referensi:
1. Aturan FIFA tentang transfer pemain asing usia dibawah 18 tahun: http://www.theguardian.com/football/2014/apr/02/barcelona-transfer-ban-warning-signs-fifa
2. Kronologi komunikasi FIFA dan Barcelona tentang kasus pemain asing dibawah usia 18 tahun: http://www.fcbarcelona.com/club/detail/article/a-history-of-the-communications-between-fifa-and-fc-barcelona-concerning-underage-players-registration