Thursday 19 June 2014

Antara Tiki Taka, Mike Tyson dan Royce Gracie


Di masa jayanya, Barcelona dan tiki taka pernah terlihat begitu ampuh dan tak tertandingi. Dalam rentang empat tahun antara 2008 dan 2012 Pep Guardiola membawa Barcelona berjaya memenangkan dua trophi liga Champions, dua kali juara dunia antar klub, tiga gelar juara La Liga dan dua kali kali memenangkan Copa del Rey. Mendiang Tito Villanova meneruskannya dengan membawa Barca memenangkan La Liga 2013. Permainan operan yang menawan, possession football, sepakbola menyerang, strategi yang jitu dan skill kelas dunia para pemainnya membuat Barcelona begitu disegani.

Tim nasional Spanyol adalah ikon lain sepakbola tiki taka. La furia roja memantapkan dominasinya dengan memenangkan piala Eropa 2008, piala Dunia 2010 dan piala Eropa 2012. Banyaknya pemain Barcelona yang dipanggil ke timnas Spanyol membuat nuansa tiki taka terasa begitu kental. Prestasi menjulang yang terlihat serasi dengan permainan sepakbola yang sangat menghibur.

Fenomena serupa pernah terjadi di ring tinju dekade delapan puluhan. Seorang petinju kelas berat bernama Mike Tyson, menghebohkan dunia dengan cara bertarungnya yang beringas dan kekuatan pukulannya yang luar biasa. Serangkaian kemenangan KO dan rekor selalu menang membawa Tyson ke panggung dunia. Mike Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda dalam sejarah setelah memukul KO Trevor Berbick di ronde kedua untuk merebut gelar juara dunia WBC. Tyson lalu berdiri sendirian di puncak dengan status juara dunia sejati, usai menang angka mutlak atas juara WBA James “Bonecrusher” Smith dan kemudian juara IBF Pinklon Thomas. Saat itu Tyson terlihat sangat digjaya dan tanpa lawan.

Panggung Mixed Martial Arts juga pernah berada pada kondisi serupa pada dekade sembilan puluhan. Seorang atlet brazilian jiujitsu bernama Royce Gracie merajai masa-masa awal panggung oktagon UFC. Bertarung menghadapi petinju, pegulat, karateka, atlet kungfu, kickboxer, Gracie tak tertandingi. Dengan keahliannya mengimplementasikan teknik-teknik brazilian jiujisu, Gracie seolah mengajari lawan-lawanya bagaimana seharusnya teknik bertarung di UFC. Royce Gracie seolah tanpa lawan dan pamor Brazilian jiujitsu ikut mendunia.

Tapi dominasi Royce Gracie tak berlangsung selamanya. Para petarung lain mulai mempelajari brazilian jiujitsu dan memperbaiki kekurangan mereka. Mulai muncul pemahaman bahwa atlet MMA harus memiliki kemampuan yang komplet: pukulan, tendangan, bantingan, take down, clinch, tackle, kuncian dan pergulatan di lantai. Ken Shamrock bertarung seri dengan Royce Gracie pada pentas UFC 5, menghentikan rekor selalu menang milik Gracie. Kazushi Sakuraba menjadi orang pertama yang mengalahkan Royce Gracie pada panggung Pride Grand Prix 2000.

Begitu juga halnya dengan masa jaya Mike Tyson akhirnya terhenti juga. Kubu lawan-lawannya mempelajari rekaman pertandingan Tysoni berupaya menemukan metoda yang tepat untuk meredam gaya permainannya. Saat kekalahan pertama Tyson dari James Buster Douglas tahun 1990, banyak orang mungkin menilainya hanya sebuah “kebetulan”. Tapi saat Evander Holyfield menaklukkan Tyson, terlihat bahwa Holyfield memang sudah menemukan formula yang tepat untuk meredam Tyson. Holyfield mendikte Tyson dalam irama permainannya dan tak membiarkan Tyson melontarkan pukulan mematikan.

Hal yang sama mungkin sedang menimpa tiki taka saat ini. Barangkali dominasi tiki taka sudah berakhir. Skema permainan yang dulu terlihat begitu ampuh mulai terlihat kelemahannya. Barcelona tahun ini harus gigit jari setelah dikandaskan Atletico Madrid di perempat final liga Champions. Sebelumnya Real Madrid menundukkan Barca di final Copa del Rey. Walaupun para pilar seperti Lionel Messi, Xavi Herdandes dan Andres Iniesta masih bisa diandalkan, tiki taka Barcelona terlihat tak lagi sehebat dulu.

Di ranah tim nasional, sinyal tanda bahaya sudah mulai berbunyi sejak tahun lalu. Timnas Spanyol sebagai salah satu ikon tiki taka mengalami kekalahan telak 0-3 menghadapi Brazil di final piala Konfederasi 2013. Pelatih Scolari dan para pemain Brazil menunjukkan bahwa mereka siap menghentikan kejayaan tiki taka. Dpanggilnya pemain striker naturalisasi Diego Costa ke timnas Spanyol agaknya merupakan salah satu upaya Spanyol untuk memperbaiki tim mereka, terutama di lini depan.
Tersingkirnya Bayern Muenchen di semifinal liga champions melawan Real Madrid juga menjadi pukulan berat berikutnya bagi tiki taka. Bayern Muenchen. Sebelumnya Bayern sangat difavoritkan untuk mempertahankan gelarnya Liga Champions. Kehadiran Pep Guardiola sebagai pelatih sebelumnya diprediksi akan menghasilkan racikan tiki taka yang membawa Bayern berjaya. Kenyataannya, pelatih sarat pengalaman Carlo Ancelotti sudah memiliki skema untuk menghentikan tiki taka milik Bayern. Real Madrid menyingkirkan Bayern dengan kemenangan 1-0 di Santiago Bernabeu dan 4-0 di Allianz Arena.

Perkembangan dan trend dalam dunia sepakbola adalah hal yang tidak mudah diprediksi. Kita nantikan saja apakah tiki taka akan menemukan kembali kejayaannya dan kembali menjadi sistem permainan yang membuat gentar lawan-lawannya? Ataukah tiki taka semakin pudar dan paradigma permainan lain akan mendominasi dunia sepakbola?

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA