Tuesday 24 June 2014

Fernandinho Membawa Brazil Menghindari Arjen Robben

Timnas PD 2014 Brazil menerima kecaman selepas partai melawan Mexico yang berakhir seri. Penampilan tim samba dinilai tidak memuaskan. Ekspektasi tinggi publik tuan rumah yang menginginkan gelar juara memberi tekanan lebih. Tak pelak lagi tim samba harus melakukan modifikasi untuk partai selanjutnya.

Partai Selecao berikutnya adalah menghadapi Kamerun yang sudah tersisih. Diwaktu yang sama Mexico berhadapan dengan Kroasia. Brazil masih mungkin tersisih jika kalah melawan Kamerun. Hasil ideal bagi Brazil adalah kemenangan besar sehingga memastikan posisi sebagai juara grup, sekaligus menghindari perjumpaan dengan Belanda di babak 16 besar.

Di piala dunia 2010 empat tahun lalu Belanda menyingkirkan Brazil di babak perempat final. Arjen Robben menjadi momok bagi lini belakang Brazil, terutama sisi kiri. Bek kiri Brazil, Michel Bastos dibuat bulan-bulanan tak mampu meredam laju Robben. Pelatih Dunga menggantinya dengan Gilberto Melo, tapi Robben tetap tak terbendung. Pertandingan itu berakhir ... untuk kemenangan Belanda. Marcelo, bek kiri Brazil saat ini, tampil buruk di partai pertama melawan Kroasia. Mungkin lebih baik Marcelo memanaskan mesinnya lebih dahulu di lebih banyak pertandingan, agar siap jika nanti harus menghadapi Arjen Robben.

Jika berhasil menghindari Belanda, lawan yang akan dihadapi adalah Chile. Negara ini adalah kekuatan baru sepakbola dari Amerika Latin, menghasilkan pemain seperti Alexis Sanches, Arturo Vidal, Gary Medel dan Mauricio Isla. Mereka adalah lawan yang kuat. Tapi saya yakin pendukung Brazil lebih memilih bertemu Chile daripada Belanda di babak 16 besar nanti.

Pelatih Luiz Felipe Scolari tidak banyak perubahan dari tim yang tampil sebelumnya melawan Mexico. Hulk (Zenit St Petersburg) kembali ke lini depan menggantikan Ramires. Preferensi Scolari pada Hulk masih belum bisa saya mengerti. Scolari menempatkan Hulk sebagai penyerang sayap kiri atau kanan. Barangkali Scolari suka daya dobrak Hulk yang relatif cepat, memiliki daya tarung, dan punya body balance bagus. Namun menurut saya Hulk bukan penyerang sayap yang ideal. Dia cenderung langsung berusaha menembak jika menguasasi bola, alih-alih mencari rekan yang posisinya lebih baik.

Andalan Brazil di pertandingan ini masih tetap Neymar. Walaupun masih 22 tahun, Neymar terlihat cukup tenang menghadapi tekanan sebagai pemain Brazil nomor satu saat ini. Gol pertama saat Neymar dengan tenang menyelesaikan umpan silang mendatar dari Luis Gustavo di sayap kiri.  Gol ini bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=pfzEOMjybus. Skor 1-0 untuk Brazil.

Setelah ketinggalan 0-1, Kamerun rajin maju kedepan untuk membalas. Brazil acap terlihat kelabakan menghadapi tendangan sudut dari Kamerun. Gol Joel Matip balasan bermula dari sepak pojok, yang tidak bisa dipertahankan dengan tuntas oleh lini belakang Brazil. Dani Alves gagal menghentikan Nyom, yang mengirim umpan pendek untuk diselesaikan Joel Matip.

Selama sekitar 15 menit Kamerun tampil menyerang,  sepertinya begitu punya determinasi untuk menyingkirkan tim tuan rumah. Gelombang ancaman ini baru berakhir setelah Neymar mencetak gol kedua untuk kembali membawa Brazil unggul 2-1. Marcelo mengirim bola ke celah di lini belakang Kamerun dan Neymar memanfaatkannya dengan jitu.

Penyerang tengah Fred akhirnya berhasil juga mencetak gol di piala dunia ini untuk mengubah skor menjadi 3-1. Gol tercipta setelah Fred (Fluminense) menyundul umpan silang David Luiz di kotak penalti. Gol yang memang sesuai dengan karakter permainan Fred di Selecao selama ini.

Fred selama ini menjadi bahan kecaman karena gaya mainnya sama sekali tak mirip penyerang tengah Brazil yang biasanya skillful dan berteknik tinggi, seperti Ronaldo, Zico atau Romario. Fred lebih mirip penyerang eropa tipe big man. Jika dianalogikan dengan Manchester City, Fred itu lebih mirip Edin Dzeko yang petarung daripada Sergio Aguero yang elegan.

Dengan skor 3-1 Brazil sepertinya berada di jalur aman untuk menjadi juara grup dan menghindari Belanda. Tapi situasi mendadak berubah. Di pertandingan lainnya, Mexico tiba-tiba membuat tiga gol untuk memimpin 3-0 atas Kroasia. Jika situasi tetap seperti ini, Brazil dan Mexico sama-sama mengumbulkan 7 poin. Brazil hanya unggul produktivitas atas Mexico. Brazil mencatatkan 6 kemasukan dan 2 kemasukan, sementara Mexico mencatatkan 4 kemasukan tanpa kemasukan. Di titik ini, jika Mexiko mencetak gol lagi, mereka yang akan menjadi juara grup. Begitupun jika Kamerun menambah gol ke gawang Brazil, tim samba harus menghadapi Belanda di 16 besar. Padahal saat itu Neymar sudah ditarik keluar lapangan.

Disaat "genting" itulah gol Fernandinho hadir. Memanfaatkan umpan dari Oscar Fernandinho dengan tenang menaklukkan kiper Kamerun Charles Itandje. Dengan gol ini, posisi Brazil di puncak klasemen menjadi kokoh kembali. Apalagi kemudian Mexico ternyata kemudian kebobolan juga oleh Ivan Perisic.

Referensi:

1. Foto Fernandinho dari http://thumbs.dreamstime.com/x/fernandinho-answers-questions-vice-captain-shakhtar-met-media-sidelines-donbass-arena-pitch-30604908.jpg.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA