Thursday 4 August 2016

Sebuah Fiksi Sebakbola

Sahibul hikayat, tersebutlah seorang pemuda yang mendekati usia 30 tahun, dan belum menikah. Sebut saja namanya Mas Kakap. Perjalanan serius mencari pasangan hidup membawanya berkenalan dengan seorang cewek bernama Nona. Mereka merasakan kecocokan dan makin lama makin dekat.

Nona adalah seorang penggemar sepakbola yang sangat fanatik. Saat itu dia sedang tertarik memprediksi siapakah juara EPL berikutnya. Tidak ada klub yang terlalu dominan, dan juara bertahan Leicester City terancam kehilangan pilar-pilar utamanya. Siapakah yang lebih baik antara Tottenham Hotspurs, Arsenal, Manchester City, Manchester United, Liverpool dan Chelsea? Semuanya punya pemain-pemain kelas satu. Deretan pelatih juga tak main-main, ada Mauricio Pellegrino, Arsene Wenger, Pep Guardiola, Jose Mourinho, Jurgen Klopp dan Antonio Conte.

Nona terlalu risau memikirkannya sehingga menceritakannya pada Mas Kakap. Sebenarnya Mas Kakap bingung juga bagaimana menjawabnya. Untungnya karena latar belakang pendidikan yang cemerlang dan karir profesional yang gemilang, Mas Kakap bisa juga menyusun jawaban.

"Begini, neng", akhirnya Mas Kakap menjawab juga. "Suka nonton MMA nggak"?

"MMA?", tanya Nona tak yakin. "Yang tarung bebas itu kan? Aku nggak begitu mengerti sih."

"Misalkan ada dua atlet MMA mau bertarung", Mas Kakap melanjutkan ceritanya. "Atlet A sudah banyak pengalaman di MMA. Teknisnya bagus dan jurusnya komplet".

"OK", sahut Nona mencoba memahami.

"Sebaiknya atlet B itu sebenarnya orang baru di MMA. Hanya saja powernya gede, lebih kuat dari atlet B. Basis beladirinya adalah gulat", Mas Kakap mulai antusias bercerita .

"Terus?", Nona masih mencoba memahami.

"Pelatih atlet A bikin instruksi begitu", lanjut Mas Kakap. "Kamu itu unggul soal teknik. Jadi strategi kita adalah bermain smart. Maksimalkan keunggulan skill yang kamu miliki dan jangan terpancing untuk adu tenaga".

"Sementara pelatihnya atlet B bikin instruksi yang bertolak belakang", Mas Kakap asyik bercerita. "Kamu itu lebih unggul soal power. Jangan mau dibodohi atlet A dan maksimalkan keunggulan kamu soal power"

"Menurut kamu siapa yang akan menang, Nona", tanya Mas Kakap.

"Nggak tahu", jawab Nona bingung. "Kedua atlet punya keunggulan masing-masing dan menerapkan strategi yang kontradiktif. Entah strategi siapa yang akan jalan"

"Justru itu", Mas Kakap terlihat girang dengan jawaban Nona, "Keberhasilan dan kegagalan sekarang tidak lagi ditentukan oleh strategi. Tapi sudah masuk level eksekusi".

"Bisa dijelaskan Mas", Nona terlihat agak penasaran.

"Misalkan kamu itu salah satu atlet ya. Kalau strategi berjalan mulus sih ga ada masalah. Tinggal diimplementasikan dengan sebaik-baiknya", lanjut Mas Kakap.

"Tapi di dunia nyata kasusnya lebih kompleks. Strategi yang sudah disusun bisa saja gagal atau sudah di counter oleh lawan. Masalahnya, atlet yang baik itu, walaupun strategi awal sudah gagal tetap harus berusaha memenangkan pertandingan", Mas Kakap terlihat sangat meyakinkan saat bercerita.

"Caranya bagaimana mas?"

"Opsi pertama, tim pelatih dari atlet tersebut sudah menyiapkan plan B dan plan C seandainya strategi awal tidak berjalan lancar", jelas Mas Kakap.

"Betul juga"

"Atau bisa juga, si atlet iu cukup cerdas dan kreatif untuk menyelesaikan masalah. Saat strategi awal gagal, dia bisa berimprovisasi untuk menemukan solusi sendiri"

"Nggak semua atlet kali bisa begitu mas"

"Yang paling penting adalah punya mental kuat dan tidak mudah menyerah", rangkum Mas Kakap. "Untuk liga Inggris ntar kasusnya paling juga seperti ini"

"Mas Kakap pintar deh", Nona tersenyum menatap Mas Kakap.

"Jelas duong. Berapa dulu IPK S2 nya", sahut Mas Kakap jumawa.

Sayang hubungan ini tidak berlangsung lama. Soalnya sementara Nona sangat fanatik dengan sepakbola, Mas Kakap sebenarnya tidak gitu-gitu amat sukanya dengan sepakbola...

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA