Sunday 30 August 2015

Piala Kemerdekaan, ajang kebangkitan PSMS?

Peserta piala kemerdekaan berasal dari tim-tim divisi utama. Yang disebut divisi utama adalah kasta kedua dari kompetisi ISL. Mungkin karena bukan klub-klub terbaik, penyelenggara turnamen ini kesulitan untuk mencari sponsor atau menjual hak siar ke televisi.

PSMS pernah menjadi tim jadi tim besar yang disegani. Mereka juga punya basis pendukung yang besar. Tak heran jika mereka punya nilai jual  oleh pihak televisi, saat banyak tim peserta lain dianggap sulit dijual.

Pada zaman kompetisi perserikatan, PSMS adalah juara dua musim berturut-turut, tahun 1983 dan 1985. Dua musim itu mereka mengalahkan Persib di partai final, dua-duanya dengan adu penalti. Final perserikatan 1985 antara PSMS melawan Persib disaksikan oleh 150 ribu penonton, melebihi kapasitas GBK yang hanya 120.000. Pertandingan ini tercatat sebagai pertandingan amatir dengan penonton terbanyak sepanjang sejarah.

Dengan dua kemenangan adu penalti di partai final, tak heran jika pemain yang paling terkenal dari PSMS angkatan itu adalah Ponirin Mekka. Kiper andalan PSMS dipanggil menjadi kiper timnas di Asian Games 1986. Indonesia meraih posisi keempat di turnamen itu. Inilah prestasi terbaik yang pernah dicapai Indonesia di Asian Games.

Pada masa liga Indonesia, PSMS juga sempat berjaya. PSMS tampil di final liga Indonesia 2007-2008, walaupun kalah di final. Saat itu PSMS punya pemain bintang seperti Marcus Horison, Supardi dan Saktiawan Sinaga.

Setelah masa itu, PSMS mengalami penurunan prestasi menurun karena tak bisa lagi memanfaatkan APBD. Tidak sanggup mempertahankan pemain-pemain terbaiknya, PSMS akhirnya tereliminasi ke divisi utama. Sampai saat ini PSMS masih belum mampu kembali ke kasta utama liga Indonesia atau ISL.

Kembali ke piala kemerdekaan, PSMS sejauh ini mencatatkan hasil menggembirakan. Bertindak sebagai tuan rumah, mereka menjadi juara grup A dengan 3 kemenangan dan 2 hasil seri. Berturut-turut mereka mencatatkan hasil kemenangan 3-0 atas Persitara, kemenangan 5-2 atau Persires Rengat, imbang 0-0 dengan Lampung FC, imbang 1-1 dengan Kalteng Putra dan menang 1-0 melawan PS Kwarta. Di babak perempat final mereka menundukkan Persekap Pasuruan dengan skor 2-0 untuk melangkah ke babak semifinal.

Kenapa artikel ini repot-repot membahas mengenai PSMS?

Penggemar sepakbola tentu mengenal Radja Nainggolan yang bermain untuk AS Roma di serie A. Di dalam negeri, ada Ferdinand Sinaga adalah salah satu striker terbaik Indonesia saat ini. Tahun lalu di timnas U19 yang dikenal sebagai tim Garuda Jaya, salah satu pemain andalannya adalah Paulo Sitanggang. Tidakkah ada yang menarik dengan tiga nama diatas?

Radja Nainggolan, Ferdinand Sinaga dan Paulo Sitanggang. Dari ketiga nama ini saja terlihat kalau mereka memiliki darah Sumatera Utara. Barangkali hal ini cukup menggambarkan besarnya talenta sepakbola masyarakat Sumatera Utara. Jika PSMS mampu bankit kembali, ini adalah berita bagus bagi sepakbola Sumatera Utara dan sepakbola Indonesia.

Dan klub sepakbola paling terkemuka dari Sumatera Utara adalah PSMS. Jika PSMS bisa kembali berjaya, mungkin kita akan mendapatkan lebih banyak lagi pemuda asal Sumatera Utara menjadi pesepakbola handal yang berprestasi.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA