Wednesday 20 January 2016

Intelektual bernama Haji Agus Salim

Foto disamping ini adalah Bung Karno dan Haji Agus Salim di pengasingan, diambil tahun 1949. Bung Karno masih terlihat muda di foto tersebut, sementara Haji Agus Salim terlihat sudah sepuh. Hal ini wajar karena Haji Agus Salim lebih tua sekitar 17 tahun dari Bung Karno.

Bung Karno telah mengenal Haji Agus Salim sejak usia remaja. Tahun 1915 Bung Karno bersekolah di HBS Surabaya dan tinggal di rumah HOS Cokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam. Saat itu Haji Agus Salim sudah aktif berpolitik sebagai salah satu tokoh Sarekat Islam.

Haji Agus Salim dilahirkan di Koto Gadang, Sumatera Barat pada tanggal 8 Oktober 1884. Sumatera Barat banyak menyumbangkan intelektual dan pejuang kemerdekaan, seperti Abdul Muis (penulis dan perintis ITB), Marah Rusli (penulis Sitti Nurbaya), Tan Malaka (tokoh sosialis), Muhammad Hatta (proklamator kemerdekaan), Sutan Syahril (perdana menteri pertama) dan M Natsir (mantan perdana menteri). Haji Agus Salim lebih senior dari semua nama yang disebut diatas. Bisa dibilang Haji Agus Salim adalah salah satu perintis tradisi intelektual Sumatera Barat.

Pemuda Agus Salim ini bersekolah di ELS dan HBS, disaat pendidikan modern masih menjadi "barang mewah". Bekal pendidikan ini cukup menjadi bekal untuk mencari nafkah, sebelum Agus Salim memutuskan untuk ke Jeddah dan berguru soal agama Islam pada Syekh Ahmad Khatib. Sekembalinya ke Indonesia, Haji Agus Salim banyak berkiprah di dunia pers.

Haji Agus Salim juga aktif berpolitik lewat Sarekar Islam. Di jaman Belanda beliau sempat menjadi anggota dewan rakyat atau volksraad. Menjelang kemerdekaan Indonesia beliau ikut berperan sebagai anggota BPUPKI (badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia).

Keistimewaan Haji Agus Salim adalah kemampuannya berbehasa asing. Dia mampu fasih berpidato dalam bahasa Inggris, Perancis dan Arab. Kemampuannya berbahasa ini selain didapatkan dari HBS juga hasil belajar sendiri atau otodidak. Haji Agus Salim menguasai bahsa Inggris, Perancis, Jerman, Turki, Jepang, Arab dan Belanda. Beliau juga menguasai bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa daerah yaitu bahasa Jawa, Sunda, Melayu dan Minangkabau.

Dengan keistimewaan menguasai banyak bahasa asing, kemampuan komunikasi dan juga orasi, memang tak heran jika Haji Agus Salim pernah dipercaya menjadi menteri luar negeri RI. Beliau aktif dalam bidang diplomasi dan mencari dukungan luar negeri bagi republik Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa adalah tekanan dunia internasional yang memaksa Belanda untuk melepaskan para pemimpin Indonesia yang sudah mereka tahan pasca agresi militer kedua termasuk Soekarno, Hatta dan Agus Salim, lalu kembali ke meja perundingan.

Sebagai pernghormatan pada Haji Agus Salim, pejuang kemerdekaan dan mantan menteri luar negeri
Republik Indonesia, namanya digunakan sebagai nama stadio sepakbola di Padang.




No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA