Thursday 26 November 2015

Kembalinya 4-4-2 Bersama Claudio Ranieri dan Leicester City

Formasi 4-4-2 yang dulu pernah berjaya sekarang sudah jarang digunakan. Formasi 4-2-3-1 menjadi yang paling populer karena kemampuannya untuk mendominasi lini tengah. Alternatif lain yang juga populer adalah formasi serang 4-3-3 seperti yang digunakan Barcelona.

Karena itu terasa mengejutkan saat Claudio Ranieri menggunakan formasi 4-4-2 saat kembali ke EPL awal musim ini mengasuh Leicester City. Tapi Ranieri bukan pelatih sembarangan dan pilihan strateginya bukan tanpa perhitungan. Terbukti setelah 13 pekan Leicester City saat ini bertengger sebagai pimpinan klasemen sementara EPL.

Ranieri sukses menggunakan karakter 4-4-2 yang ofensif dengan serangan dari kedua sisi sayap. Riyad Mahrez dan Marc Albrighton merupakan ancaman dari sayap yang mendukung duo striker Shinji Okazaki dan Jamie Vardy. Leicester City adalah tim yang paling produktif saat ini EPL dengan 28 gol, atau rata-rata 2.15 gol per pertandingan.

Tapi Leicester City juga harus merasakan rapuhnya formasi 4-4-2 dalam bertahan. Kiper Kasper Schmeichel saat ini sudah dua puluh kali memungut bola dari gawangnya. Rata-rata kebobolan 1.54 per pertandingan terlalu tinggi untuk tim yang sedang berada di papan atas.

Mau tak mau Claudio Ranieri harus memperbaiki lini pertahanan timnya agar tidaklagi terlalu sering kebobolan. Target juara mungkin terlalu muluk untuk tim dengan materi semenjana seperti Leicester City. Tapi melihat performa hingga saat ini, tidak berlebihan jika Leicester mengincar satu tempat di liga Champions musim depan.

Referensi:

https://en.wikipedia.org/wiki/2015%E2%80%9316_Leicester_City_F.C._season
http://www.whoscored.com/Teams/14

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA