Monday 22 February 2016

Jika Inggris keluar dari Uni Eropa

Terbentuknya Uni Eropa mulai tahun 1999 membawa pengaruh besar pada dunia sepakbola. Penduduk negara anggota masyarakat ekonomi Eropa dipermudah bekerja di negara-negara lain anggota masyarakat ekonomi Eropa. Bagi liga-liga besar Eropa, ini berarti pintu masuk bagi jauh lebih banyak pemain asing.

Sebelum Uni Eropa, klub-klub liga-liga Eropa umumnya hanya punya tiga pemain asing. Misalnya trio legendaris Belanda di AC Milan akhir dekade 80an: Ruud Gullit, Marco Van Basten dan Frank Rijkaard. Di masa yang sama Napoli mengandalkan trio pemain asing Diego Maradona, Careca dan Alemao.

Seiring menguatnya Uni Eropa, keran kedatangan pemain asing mengucur deras. Setiap klub sekarang bisa punya puluhan pemain asing.  Seperti terlihat saat ini, pemain asing lebih banyak dimainkan dibanding pemain lokal, termasuk di klub sebesar Real Madrid dan Barcelona.

Hal ini berpengaruh positif secara bisnis. Klub-klub menjadi lebih kuat karena tidak lagi dibatasi kuota pemain lokal. Meningkatnya karena berkumpulnya pemain-pemain hebat dari seluruh dunia di klub-klub terkemuka tentu juga menggembirakan penonton.

Setelah berlangsung dua puluh tahun lebih, mulai ada rasa kecewa terhadap uni eropa. Hal itu terasa di United Kingdom (UK), negara yang meliputi Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara. Referendum tentang keluarnya UK dari masyarakat ekonomi eropa akan berlangsung tahun 2017, demikian janji perdana menteri David Cameron.

Saat ini liga Inggris adalah salah satu yang terbaik di Eropa. EPL berada di peringkat kedua ranking Eropa, dibawah liga Spanyol. Jika referendum memutuskan UK keluar dari Uni Eropa, ini adalah berita buruk untuk para pemain asing. Padahal sebagaimana umumnya liga besar Eropa lainnya,  EPL didominasi pemain asing, dengan 161 diantaranya berasal dari negara-negara Uni Eropa.

Jika tanpa keharusan menuruti peraturan Uni Eropa, Inggris punya syarat ijin kerja yang berat untuk pemain sepakbola:

1. Pemain dari negara peringkat 10 besar FIFA bermain dalam setidaknya 30% dari pertandingan internasional yang kompetitif (putaran final/kualifikasi Piala Dunia Piala Konfederasi FIFA, dan putaran final/kualifikasi Piala Eropa/Asia/Afrika atau sejenisnya, dihitung dalam 24 bulan sebelum transfer (atau 12 bulan sebelum transferuntuk pemain U21.

2. Pemain dari negara peringkat 11 sampai 20 FIFA bermain dalam setidaknya 45% dari pertandingan internasional yang kompetitif (putaran final/kualifikasi Piala Dunia Piala Konfederasi FIFA, dan putaran final/kualifikasi Piala Eropa/Asia/Afrika atau sejenisnya, dihitung dalam 24 bulan sebelum transfer (atau 12 bulan sebelum transferuntuk pemain U21.

3. Pemain dari negara peringkat 21 sampai 30 FIFA bermain dalam setidaknya 60% dari pertandingan internasional yang kompetitif (putaran final/kualifikasi Piala Dunia Piala Konfederasi FIFA, dan putaran final/kualifikasi Piala Eropa/Asia/Afrika atau sejenisnya, dihitung dalam 24 bulan sebelum transfer (atau 12 bulan sebelum transferuntuk pemain U21.

4. Pemain dari negara peringkat 31 sampai 30 FIFA bermain dalam setidaknya 75% dari pertandingan internasional yang kompetitif (putaran final/kualifikasi Piala Dunia Piala Konfederasi FIFA, dan putaran final/kualifikasi Piala Eropa/Asia/Afrika atau sejenisnya, dihitung dalam 24 bulan sebelum transfer (atau 12 bulan sebelum transferuntuk pemain U21.

Halini adalah berita buruk bagi pemain asing di liga Inggris. Dari 161 pemain asing dari negara Uni Eropa atau Daerah Ekonomi Eropa (EEA), ada 111 pemain yang tidak memenuhi syarat. Sementara untuk pemain asing diluar Uni Eropa yang datang ke Inggris dalam lima tahun terakhir, 33 persen diantaranya tidak memenuhi syarat.

Yang tidak memenuhi syarat bukan hanya pemain yang reputasinya terbilang semenjana. Diantara yang tidak memenuhi syarat ada nama-nama terkenal seperti Kurt Zouma (Chelsea/Perancis), César Azpilicueta(Chelsea/Spanyol), Héctor Bellerín (Arsenal/Spanyol), Francis Coquelin (Arsenal/Perancis), David de Gea (MU/Spanyol), Juan Mata (MU/Spanyol), Morgan Schneiderlin (MU/Perancis), Anthony Martial (MU/Perancis) Eliaquim Mangala (Manchester City/Perancis), Samir Nasri (Manchester City/Perancis), Simon Mignolet (Liverpool/Belgia), Tim Krul (Newcastle United/Belanda), Charles N’Zogbia (Aston Villa/Perancis), Dimitri Payet (West Ham/Perancis). Mereka semua jarang mendapat kesempatan bermain untuk tim nasional negara masing-masing.

Catatan: peraturan diatas tidak berlaku bagi para pemain berkebangsaan Irlandia.

Referensi:
http://www.theguardian.com/world/2015/sep/11/brexit-europe-eu-decimate-premier-league-footballers-data
https://en.wikipedia.org/wiki/European_Union

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA