Saturday 12 December 2015

Leicester City vs Chelsea, Jagoan 4-4-2 melawan Pembunuh 4-4-2 - Big Match EPL 2015-2016 Pekan 16

Formasi 4-4-2 sempat sangat digemari pada saat pergantian milenium. Formasi ini juga menjual karena menawarkan sepakbola yang sangat menyerang. Bayangkan saja, dua penyerang dibantu dua gelandang sayang ofensif. Salah satu dari gelandang tengah juga cenderung menyerang, plus dua bek sayap yang sering melakukan overlap kedepan.

Sebagai contoh, lihatlah tim Manchester United yang menjuarai liga Champions musim 1998-1999. Di partai final, Sir Alex Ferguson memainkan duet andalan Andy Cole dan Dwight Yorke dibantu dua gelandang sayap ofensif Jesper Blomqvist dan Ryan Giggs. Ada pula David Beckham sebagai gelandang tengah dan duo bek sayap serang Gary Neville dan Dennis Irwin.

Contoh lain adalah tim invincibles kebanggaan Arsenal, yang memenangkan EPL musim 2003-2004 tanpa mengalami kekalahan satu kali pun. Mereka punya duo bek sayap ofensif Lauren dan Ashley Cole. Di depan mereka sebagai gelandang sayap ada Fredrik Ljungberg dan Robert Pirès. Lapangan tengah dikendalikan Patrick Vieira. Di depan Dennis Bergkamp berada sedikit dibelakang Thierry Henry. Formasi 4-4-2 yang seperti ini lebih tepat disebut 4-4-1-1.

Trend ini mulai menyusut pasca kedatangan Jose Mourinho ke Chelsea musim 2004-2005. Mou memilih formasi 4-2-3-1 yang menumpuk banyak gelandang di lapangan tengah. Salah satu faktor penting kesuksesan Chelsea adalah Didier Drogba, sosok ideal untuk striker tunggal di formasi 4-2-3-1. Dengan formasi ini Mou dan Chelsea memnjuarai EPL dua musim berturut-turut, 2004-2005 dan 2005-2006.

Saat ini 4-2-3-1 adalah formasi yang paling banyak dimainkan di EPL. Jarang sekali tim dengan formasi 4-4-2 bisa berprestasi di EPL. Demikianlah keadaannya sampai Claudio Ranieri mengejutkan liga Inggris dengan membawa Leicester ke puncak klasemen sementara musim ini dengan formasi 4-4-2.

Kebetulan Ranieri adalah manajer Chelsea sebelum kedatangan Mourinho. Di jamannya Chelsea juga memainkan formasi 4-4-2. Duo striker andalan Ranieri waktu itu adalah Eidur Gudjohnsen dan Jimmy Floyd Hasselbaink.

Leicester City asuhan Ranieri akan menjami Chelsea asuhan Mou pada selasa dinihari 15 Desember 2015 jam 03:00 WIB. Pertandingan ini tidak ditayangkan langsung oleh Televisi terestrial. TV kabel yang menayangkan langsung adalah BeINSports 3.

Secara garis besar, Leicester City diharapkan mengambil posisi menyerang. Denga barisan pertahanan yang kurang mumpuni, tidak bijaksana jika Leicester bermain defensif. Sebaliknya Chelsea seperti biasa diprediksi akan bermain bertahan, menunggu dan melepaskan counter attack.

Kedahsyatan lini serang Leicester harus diakui. Mereka adalah tim paling produktif di EPL dengan catatan 32 gol dari 15 pertandingan. Musim ini Leicester selalu mencetak gol di seluruh 15 partai EPL sudah berlangsung. Sungguh tantangan berat bagi lini belakang Chelsea yang menampilkan performa buruk musim ini dengan 24 kali kebobolan.

Tapi Chelsea tidak boleh diremehkan. Walaupun belakangan banyak masalah, mereka tetap saja kumpulan dari banyak pemain hebat. Leicester bisa celaka bila terlalu asyik menyerang melawan tim yang mengandalkan counter attack seperti Chelsea.

Referensi:

https://en.wikipedia.org/wiki/1999_UEFA_Champions_League_Final
http://www.uefa.com/uefachampionsleague/season=1998/matches/round=1214/match=56379/postmatch/lineups/index.html
https://en.wikipedia.org/wiki/The_Invincibles_(football)
https://en.wikipedia.org/wiki/2003%E2%80%9304_Chelsea_F.C._season
https://en.wikipedia.org/wiki/2015%E2%80%9316_Chelsea_F.C._season
http://www.goal.com/id-ID/news/2835/jadwal-televisi/2015/12/11/18231952/jadwal-televisi-12-15-desember-2015?ICID=HP_TS_1

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA