Wednesday 7 May 2014

Hal Positif dibalik Kekalahan Timnas U19 atas Myanmar

Timnas U19 meraih hasil anti klimaks di kandang sendiri. Dalam pertandingan ujicoba 5 Mei 2014 di Gelora Bung Karno melawan timnas Myanmar U19, tim Garuda Jaya meraih hasil imbang 1 - 1. Dalam partai ujicoba dua hari berikutnya menghadapi U19, timnas U19 justru takluk di kandang sendiri 1 - 2.

Ada apa dengan timnas U19? Kenapa setelah tur timur tengah yang mengesankan, timnas malah terpuruk di kandang sendiri? Adakah hal positif dibalik kekalahan ini?

Hal positif pertama adalah agar para supporter timnas U19 bisa menyikapi performa timnas U19 dengan lebih dewasa. Selama ini timnas U19 sebegitu digadang-gadang sebagai tim masa depan Indonesia. Prestasi timnas U19 mengalahkan Korea Selatan U19, Oman U19 dan UEA U19 membuat para pendukung timnas U19 sangat bangga akan tim ini. Jika timnas senior atau timnas U23 gagal dalam suatu event atau tampil jelek, tak jarang muncul komentar negatif yang membandingkan dengan timnas U19. Saat timnas U23 dinilai mengecewakan pada Sea Games kemaren, muncul suara kalau seharusnya yang dikirim itu timnas U19 saja. Tingginya pamor timnas U19 justru potensial memberi tekanan besar pada para pemainnya, dan hal ini tidak baik. Bukankah pelatih Indra Sjafri sendiri ingin tim Garuda Jaya ini "matang di pohonnya", alih-alih buru-buru dikirim ke event U23 seperti Sea Games atau event senior seperti piala AFF.

Lalu kenapa timnas U19 bisa kalah dari Myanmar?

Timnas U19 dan Myanmar sama-sama akan berlaga di piala AFC U19 tahun ini. Enam belas negara peserta piala AFC U19 ini harus dianggap berada pada level yang sama. Tim yang dianggap favorit bisa saja dikalahkan oleh tim yang tidak diunggulkan. Lihat saja liga Spanyol tahun ini. Barcelona tercatat kalah 0-1 dari Granada dan Atletico Madrid bisa kalau 0-1 dari Levante. Intinya, tim favorit tidak boleh meremehkan tim yang tidak diunggulkan, dan tim yang tidak diunggulkan tak perlu minder yang menghadapi tim favorit.

Lalu apa kekurangan timnas U19? Lihatlah hasil di Timur Tengah. Skor akhir 1-2 dan 2-1 melawan Oman, 4-1 dan 2-1 melawan UEA, dan 2-2 melawan Al Shahab. Walaupun menang tiga kali dan hanya kalah sekali, tak ada satupun pertandingan dimana timnas U19 bisa clean sheet atau tak kebobolan. Tujuh pertandingan sudah dilakukan timnas tahun ini menghadapi tim luar negeri, dan di semua pertandingan itu timnas selalu kebobolan. Artinya, skema pertahanan timnas U19 masih perlu diperbaiki.

Sobat saya yang Liverpudlian, Eki Milono, menganalogikan timnas U19 melawan Myanmar itu seperti Liverpool melawan Chelsea. Seperti Liverpool, timnas sangat attacking-minded. Sedangkan Myanmar, seperti Chelsea, sangat kuat di lini tengah dan mampu membangun serangan balik dengan cepat. Kebetulan Liverpool juga takluk 0-2 oleh Chelsea belum lama ini.

Putaran final piala AFC U19 masih lima bulan lagi. Adalah hal yang bagus kalau rentannya skema pertahanan tim Garuda Jaya sudah terdeteksi sejak sekarang. Masih cukup waktu untuk memperbaikinya, sehingga timnas U19 bisa menunjukkan performa terbaik di putaran final piala AFC U19 nanti.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA