Tuesday 18 March 2014

Dukung "Sir Alex Ferguson" Untuk Presiden Indonesia 2014

Alkisah, samurai legendaris Musashi Miyamoto sedang berada di sebuah desa. Tempat itu sedang diserang oleh segerombolan perampok. Para perampok itu leluasa nyaris tanpa perlawanan dari penduduk desa yang ketakutan.

Musashi membujuk sejumlah penduduk yang ditemuinya untuk melawan, tapi mereka tak berani. Musashi adalah samurai yang sangat handal, yang pernah sendirian mengalahkan puluhan murid satu perguruan pedang kenamaan. Tapi Musashi agaknya enggan menumpas para perampok itu sendirian kalau para penduduk desa sendiri tak mau terlibat.

Akhirnya Musashi minta para penduduk itu untuk mengikutinya menyerang para perampok. Musashi akan menyerang para perampok itu sendirian. Tugas para penduduk sebatas menggebuk para perampok yang sudah sempoyongan dihajar Musashi. Para penduduk memberanikan diri dan setuju atas pembagian tugas tersebut.

Demikianlah Musashi menyerbu para perampok dengan pedangnya. Jurus pedang sang samurai terkuat Jepang tak bisa ditandingi oleh para begal kampung. Beberapa diantara mereka mulai terluka, keteteran dan sempoyongan. Para penduduk desa dengan senjata seadanya, peralatan bertani dan peralatan dapur menghajar mereka yang sempoyongan.

Satu persatu perampok-perampok itu bertumbangan dikeroyok penduduk desa. Melihat keberhasilan awal mereka, moral para penduduk menjadi meningkat. Para perampok ternyata tak sehebat perkiraan mereka. Penduduk yang ikut turun bertempur makin lama makin banyak. Dan mereka tak lagi hanya berani menyergap perampok yang sempoyongan. Mereka mulai berani frontal menyerbu perampok bersama Musashi. Perampok-perampok yang tersisa tak punya pilihan selain melarikan diri dari desa yang biasanya dapat mereka tindas dengan mudah.

Demianlah pemimpin yang hebat dapat membuat perubahan. Kisah ini dapat anda baca dalam novel "Musashi" karya Yoshikawa Eiji. Bagaimana peran Musashi sebagai pemimpin dapat sangat mempengaruhi kualitas penduduk desa itu. Sebelum kedatangan Musashi, mereka selalu dirundung ketakutan pada gerombolan perampok. Dibawah pimpinan Musashi mereka  berubah menjadi gagah berani.

Mungkin perbedaan itulah yang saat ini dirasakan oleh Manchester United dan para pendukungnya. Betapa berbedanya prestasi MU dulu dibawah Sir Alex Ferguson dan sekarang ditangan David Moyes. Sebenarnya para pemainnya tidak banyak berubah. Moyes bahkan mendatangkan bintang baru seperti Juan Mata dan Maroanne Fellaini. Perbedaan utamanya ada pada kualitas pemimpin. Kemampuan David Moyes masih dibawah Sir Alex Ferguson.

Pemimpin Sir Alex Ferguson adalah faktor utama berjayanya Manchester United selama dua puluh tahun terakhir. Pemain bintang boleh datang dan pergi, tapi Manchester United tetap berjaya. Sebagai manager, Sir Alex mengendalikan Manchester United sebagai sebuah sistem. Mulai dari pembinaan pemain muda, perekrutan pemain baru, hingga aspek teknis dan strategi. Ditangan Sir Alex, pemain MU betul-betul bermental baja, yang akan berjuang mencetak gol hingga detik terakhir permainan.

Begitu banyak piala dimenangkan oleh pelatih legendaris ini. Di ajang Eropa, Sir Alex membawa MU memenangkan 2 gelar liga Champions dan satu piala Cup Winners Cup. MU memenangkan 13 gelar Premier League, 5 gelar piala FA dan 4 gelar piala liga.

Ditahun politik ini, saya mengharapkan Indonesia menemukan presiden dengan kemampuan leadership setara Sir Alex Ferguson. Presiden baru yang mumpuni akan sangat mempengaruhi pencapaian kita sebagai bangsa dan negara. Sebaliknya presiden yang tidak punya kemampuan akan membuat kita tersendat untuk lima tahun kedepan.

Pilihlah presiden yang tepat. Jangan golput.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA