Thursday, 27 November 2014

Alfred Riedl Tidak Tahu Sebelas Pemain Terbaiknya

Dalam dunia IT ada ungkapan yang berbunyi, "If it's not broken, don't fix it". Aplikasi yang sudah bekerja dengan baik tidak dianjurkan untuk diganti, sekalipun tim developer yakin mampu membangun aplikasi yang lebih canggih. Yang dilakukan hanyalah enhancement dan tuning agar aplikasi itu meningkat kinerjanya. Aplikasi itu hanya diganti jika ditemukan bugs atau jika ada kebutuhan baru dari klien.

Dalam bahasa sepakbolanya adalah "don't change the winning team". Ada 11 pemain hebat di lapangan tidak serta merta berarti mereka adalah tim yang hebat. Sebuah kesebelasan adalah sebuah organisasi yang memiliki sistem permainan. Bukan hal mudah untuk mengintegrasikan seorang pemain kedalam tim.

Salah satu masalah yang dihadapi Riedl adalah sulitnya mengumpulkan seluruh pemain yang diinginkannya. Kompetisi liga Indonesia masih bergulir dua minggu sebelum piala AFF 2014 dimulai. Dalam uji coba menghadapi Timor Leste tanggal 11 November 2014, Riedl harus memainkan timnas tanpa pemain Persib dan Persipura, dua tim yang berlaga di final ISL.

Ternyata tim yang menghadapi Timor Leste tampil gemilang dan sukses memenangkan pertandingan 4-0. Fachrudin dan M Roby mungkin tidak meyakinkan di jantung pertahanan, tapi setidaknya gawang Kurnia Meiga tidak kebobolan. Bek sayap Rizki Ripora dan Zulkifli Syukur agresif membantu penyerangan. Evan Dimas menjadi opsi serangan yang penting di belakang Sergio Van Dijk, sementara Zulham Zamrun dan Ramdani Lestaluhu menyerang sebagai gelandang sayap. Manahati dan Maitimo tinggal menyeimbangkan tim di lapangan tengah. Bayu Gatra dan Samsul Arif tampil bagus sebagai pengganti. Timnas sudah punya skema permainan yang teruji di pertandingan selanjutnya. Seharusnya Riedl mempertahankan tim ini sebagai pilihan utamanya.

Sayangnya setelah itu pemain-pemain Persib dan Persipura datang, Riedl tergoda untuk membongkar kembali timnya. Pelatih asal Austria itu ingin melihat kerjasama duo persipura Imanuel Wanggai dan Boaz Salossa. Riedl agaknya juga berharap pada the Persib connection: Ahmad Jufriyanto, Ridwan, Firman Utina dan mantan striker maung Bandung, Sergio Van Dijk.

Untuk itu Riedl berani mendepak Bayu Gatra, seorang gelandang sayap yang cepat, terampil dan jago dribel. Riedl juga memulangkan Ahmad Bustomi, gelandang bertahan yang memiliki naluri menyerang bagus. Minus dua pemain itu, Rield sebetulnya kehilangan opsi serangan. Keputusan Rield untuk tidak memainkan Evan Dimas dan Ramdani membuat opsi serangan timnas makin minim dan monoton. Kekalahan 0-2 melawan Suriah dan hasil seri 2-2 melawan Vietnam seharusnya cukup untuk memaksa Riedl mengubah pendiriannya. Tapi Riedl tetap tak bergeming.

Dengan timnas coba-coba itulah Riedl menghadapi piala AFF 2014. Timnas sudah sangat beruntung bisa menahan seri Vietnam 2-2. Keberuntungan yang tidak berulang saat menjamu pasukan naturalisasi Filipina, yang memukul tanpa ampun 4-0.

Referensi:

1. Foto: Alfred Riedl.

Monday, 24 November 2014

Kemampuan Ofensif Vietnam Sudah Setingkat Diatas Timnas

Agak menarik bahwa sebelas pemain timnas yang diturunkan sejak awal partai piala AFF 2014 menghadapi Vietnam hampir sama dengan susunan pemain yang diturunkan dalam partai uji coba menghadapi Suriah. Perubahan hanya Immanuel Wanggai yang diturunkan melawan Suriah tidak menjadi pilihan menit awal menghadapi Vietnam, Posisinya digantikan gelandang naturalisasi Raphael Maitimo.

Artinya, pelatih Alfred Riedl menganggap Vietnam "setara" dengan Suriah. Artinya Vietnam dan Suriah sama-sama dianggap lebih kuat daripada timnas. Hal itu agaknya mempengaruhi susunan pemain yang diturunkan. Dari sebelas pemain yang memulai laga melawan Vietnam 22 November 2014 lalu, tujuh pemain bisa dimainkan sebagai bek. Mereka adalah Jufrianto, Roby, Rizki Ripora, Zulkifli, Ridwan, Maitimo dan Manahati. Artinya fokus timnas memang di lini pertahanan.

Kekhawatiran Riedl terbukti. Vietnam tampil sangat trengginas dalam menyerang dan membuat timnas bulan-bulanan. Mereka sangat fasih menyerang dalam formasi, menekan dari lini tengah, sambil memainkan passing game. Sepakbola menyerang mereka sudah cukup sophisticated. Kemampuan ofensif mereka satu tingkat lebih baik dari timnas kita. Pasukan Riedl yang hampir selalu memulai serangan dengan umpan panjang, baik itu menyilang, mendatar atau umpan terobosan, berharap salau satu penyerang atau sayap akan mampu menjangkau bola dan melepaskan diri dari kawalan.

Untungnya walau kalah dalam kualitas serangan, para pemain timnas tetap gigih dan berjuang keras. Dua kali timnas ketinggalan dari Vietnam, dua kali juga timnas menyamakan kedudukan untuk memaksa skor akhir 2 - 2. Itu artinya Riedl sudah menyiapkan mental bertanding pasukannya.

Dahsyatnya lini ofensif bukan monopoli timnas senior Vietnam saja. Timnas U19 angkatan Evan Dimas juga sudah merasakan kehebatan Vietnam. Dalam piala AFF U19 tahun 2013, Vietnam mengalahkan pasukan Indra Sjafri dengan skor 2-1. Saat bertemu lagi final seminggu kemudian, tim Garuda Jaya hanya menang adu penalti.

Tahun berikutnya, kedua tim bertemu kembali dalam Hassanal Bolkiah Trophy 2014. Dalam pertemuan ketiga ini Vietnam U19 membalas kegagalan mereka menjuarai piala AFF U19 tahun sebelumnya. Tim Garuda Jaya harus menelan kekalahan 1-3.

Bisa disimpulkan, bagusnya kemampuan ofensif Vietnam tak hanya di level timnas, tapi sudah terlihat di timnas U19 mereka. Indonesia harus memperbaiki sistem pembinaan untuk dapat mengejar ketinggalan. Jika tidak, kita akan selalu kewalahan menghadapi Vietnam, dan bisa-bisa jadi bulan-bulanan.

Dalam pertandingan lanjutan piala AFF 2014 hari in menghadapi Philipina, timnas harus berani tampil lebih ofensif. Saya harap Riedl berani mencadangkan Boaz dan memainkan Evan Dimas di belakang Sergio Van Dijk. Saya juga berharap gelandang Ramdani Lestaluhu akan diberi kepercayaan di sayap kanan menggantikan M Ridwan.

Referensi:
1. Pertandingan lengkap timnas Indonesia vs Vietnam di babak penyisihan piala AFF 2014 .
2. Kilas baik Indonesia U19 melawan Vietnam di piala AFF U19 14 September 2013.
3. Kilas balik final piala AFF U19 2013 Indonesia vs Vietnam
4. Kilas balik HBT 2014 partai Indonesia U19 vs Vietnam U19.
5. Foto Alfred Riedl.

Sunday, 16 November 2014

Pulau Es yang Mengandaskan Tim Oranye

Negara itu bernama Islandia, atau Iceland, secara harfiah berarti "tanah es". Negara pulau ini terletak di timur laut Eropa. Luasnya agak lebih kecil dibandingkan pulau Jawa. Sementara penduduknya hanya sekitar tiga ratus dua puluh lima ribu, kira-kira setara dengan jumlah penduduk kota Cirebon.

Dahulu Islandia adalah negara lemah dalam sepakbola. Negara yang selalu bulan-bulanan dalam kualifikasi piala Eropa dan piala Dunia. Tapi kekuatan mereka meningkat pesat tahun-tahun terakhir. Dalam kualifikasi piala dunia 2014 kemaren, mereka menjadi runner-up grup E dan maju ke babak play-off menghadapi Kroasia. Sayang dua gol Mario Mandzukic dan Darijo Srna menghentikan langkah mereka.

Islandia memulai perjuangan berikutnya di kualifikasi piala Eropa 2016. Diawali dengan baik dengan mengalahkan Turki dan Latvia, keduanya dengan skor 3-0. Kemenangan penting dicatat pada partai ketiga. Negara raksasa sepakbola seperti Belanda bisa ditaklukkan 2-0 lewat dua gol Gylfi Sigurðsson.

Kemenangan atas tim Oranye menunjukkan kalau Islandia mempunyai sejumlah pemain berkelas. Gylfi Sigurðsson, pencetak dua gol ke gawang Belanda, bermain untuk tim EPL Swansea City. Ada Alfreo Finbogason yang bermain untuk klub La Liga, Real Sociedad. Kolbeinn Sigþórsson bermain di klub raksasa Eredivisie, Ajax. Gelandang Emil Hallfreðsson bermain untuk tim seri A, Verona. Hörður Björgvin Magnússon bermain untuk tim seri A lainnya, Cesena. Kesimpulannya, kualitas individu pemain-pemain Islandia cukup bagus untuk bermain di liga-liga terbaik Eropa.

Gairah sepakbola di Islandia memang luar biasa. Dari penduduk yang hanya sekitar 325 ribu, mereka punya 20 ribu pemain bola pria dan wanita yang terdaftar di klub sepakbola. Kasarnya, satu dari setiap enam belas penduduk Islandia adalah pemain bola. Karena itu mereka mampu membuat liga nasional yang diikuti 73 tim, terbagi atas lima divisi. Klub-klub Islandia belum bisa berbicara di kompetisi Eropa, tapi setidaknya mereka punya kompetisi untuk mengasah talenta para pemainnya. Umumnya pemain terbaik kemudian akan merantau ke klub yang lebih besar di liga yang lebih terkemuka.

Mari kita bandingkan dengan negeri sendiri. Indonesia punya penduduk dengan gairah sepakbola luar biasa, punya ratusan klub, dan punya kompetisi profesional. Lalu apa yang dimiliki Islandia tapi belum dimiliki oleh indonesia?

Yang pertama adalah fasilitas sepakbola yang berlimpah. Islandia punya 182 lapangan bola. Jumlah yang sangat memadai mengingat klub liga saja hanya ada 73. Tak hanya untuk kompetisi, banyaknya lapangan yang memadai berdampak positif bagi pembinaan pemain muda.

Yang kedua tak kalah pentingnya adalah kualifikasi pelatih. Islandia memiliki sekitar 9 pelatih dengan lisensi UEFA pro, kira-kira 165 pelatih dengan lisensi UEFA A, dan kurang lebih 520 pelatih dengan lisensi UEFA B. Angka-angka yang sangat tinggi mengingat jumlah klub anggota liga hanya 73.

Pelatih berkualitas dan infrastruktur mencukupi, itulah resep Islandia untuk memperbaiki kualitas sepakbola mereka. Pemain muda dengan bakat mentah akan sangat terbantu. Mereka mendapatkan pelatih-pelatih berkualitas untuk meningkatkan kemampuan mereka sebagai pesepakbola. Mereka juga mendapatkan kesempatan mempraktekkan dengan memadai di lapangan.

Indonesia mungkin masih punya cukup banyak lapangan bola, walaupun di kota-kota besar lahan untuk lapangan bola mulai tergusur karena perkembangan kota. Soal kualitas pelatih, mantan pelatih timnas Rahmad Darmawan mengakui masih sedikit pelatih Indonesia yang berkualiats. Kita hanya punya sekitar 30 pelatih yang punya ijazah A AFC dan 250 pelatih dengan ijazah A nasional. Apakah mungkin karena kebanyakan pelatih kita adalah mantan pemain dan tidak merasa perlu menambah ilmu?

Sebagai catatan, lihatlah Indra Sjafri yang sempat menjadi buah bibir dengan timnas U19. Berturut-turut Indra Sjafri mendapatkan lisensi C AFC, lalu B AFC, dan A AFC. Indra Sjafri juga ikut kursus penyegaran pelatih program FIFA Futuro. Lalu setelah itu Indra Sjafri mengambil lisensi A AFC Instruktur Akar Rumput FIFA. Singkatnya, Indra adalah pelatih yang rajin meningkatkan kemampuannya. Tak heran jika timnas U19 asuhannya bisa berprestasi.

1. Wikipedia tentang Islandia.
2. Wikipedia tentang pulau Jawa.
3. Wikipedia tentang Cirebon.
4. Wikipedia tentang timnas Islandia.
5. Wikipedia tentang sepakbola di Islandia.
6. Wikipedia tentang kasta pertama liga Islandia.
7. Wikipedia tentang kasta kedua liga Islandia.
8. Wikipedia tentang kasta ketiga liga Islandia.
9. Wikipedia tentang kasta keempat liga Islandia.
10. Wikipedia tentang kasta kelima liga Islandia..
11. Sebuah artikel yang membahas kemajuan sepakbola Islandia.
12. Sebuah artikel tentang kualitas pelatih sepakbola Indonesia.
13. Lisensi-lisensi kepelatihan Indra Sjafri.
14. Foto Gylfi Sigurðsson.

Wednesday, 12 November 2014

Kenapa Ferdinand Sinaga Tidak Dipanggil Ke Timnas AFF 2014?

Alfred Riedl mencoret Ferdinand Sinaga tidak dipanggil ke timnas AFF 2014. Berita ini cukup mengejutkan para pecinta sepakbola nasional. Ferdinand turut andil membawa Persib Bandung menjadi juara ISL 2014, mencetak 11 gol sepanjang kompetisi, dan terpilih menjadi pemain terbaik ISL 2014. Kenapa Riedl bisa menepikan Ferdinand dari timnas?

Untuk memahaminya kita perlu mengganti sudut pandang. Adalah keliru untuk berusaha memahami ditinggalkannya Ferdinand dari kacamata penonton. Kita harus mengambil paradigma Alfred Riedl untuk dapat memahami alasan keputusannya.

Alfred Riedl harus segera menentukan skuad 23 pemain untuk dibawa ke piala AFF 2014, dimana Riedl dibebani target juara. Dalam partai persahabatan menghadapi Timor Leste Selasa 11 November 2014 di GBK, formasi yang dimainkan adalah 4-5-1. Artinya, Riedl tidak akan membawa terlalu banyak striker. Jika memperhitungkan kemungkinan formasi alternatif dengan dua striker, saya rasa maksimal Riedl akan membawa empat striker.

Dalam partai menghadapi Timor Leste tersebut, Sergio Van Dijk terlihat nyaman ditempatkan sebagai penyerang tunggal. Sosok tinggi besar pemain naturalisasi ini agaknya memang cocok untuk menjadi striker satu-satunya. Walaupun belum begitu tajam di liga Thailand tempatnya berkiprah saat in, pemain setinggi 1.85 mrter ini tetap dipercaya Riedl di lini depan. Sergio membalasnya dengan mencetak gol pertama di pertandingan itu, yang sekaligus merupakan gol pertama selama memperkuat timnas.

Sebagai pelapis Van Dijk di posisi striker tunggal, Christian Gonzales sepertinya punya peluang terbesar. Apalagi mengingat empat tahun yang di piala AFF 2010 El Loco adalah striker andalan Alfred Riedl. Sosoknya memang tidak semenjulang Sergio Van Dijk, dan umurnya juga sudah 38 tahun, tapi El Loco masih tajam. Musim ini dia mencetak 15 gol untuk Arema di ISL. Tahun ini El Loco sudah mencetak satu gol untuk timnas, yaitu ke gawang Pakistan.

Jika Riedl hendak menggunakan formasi dua penyerang, Samsul Arif adalah opsi yang layak dipertimbangkan. Pemain ini mencetak 15 gol untuk Arema musim ini. Tahun ini Samsul sudah mencetak tiga gol untuk timnas, masihng-masing ke gawal Nepal, Malaysia dan Timor Leste. Nilai tambahnya, Samsul juga mampu bermain sebagai gelandang serang.

Boaz Solossa masih layak jadi pertimbangan. Bagaimanapun juga, Boaz adalah penyerang yang berpengalaman yang sudah sepuluh tahun berada di level timnas. Kemampuan finishing Boaz terbilang mumpuni, sehingga dia tercatat pernah mencetak gol ke gawang Uruguay, Arab Saudi, Oman dan Tiongkok. Di ISL musim ini Boaz mengemas 11 gol. Kekurangan Boaz adalah dia belum pernah tampil untuk timnas tahun ini, sehingga mungkin ada kendala adaptasi, padahal piala AFF 2014 tinggal 9 hari lagi.

Kesimpulannya, Ferdinand Sinaga kalah bersaing dengan Sergio Van Dijk, El Loco, Samsul Arif dan Boaz. Sudah lima kali kesempatan Ferdinand memperkuat timnas tahun ini tapi tidak mencetak satu gol pun. Sesudah Ferdinand, Alfred Riedl masih mungkin mencoret lagi nama striker yang ada sesuai strategi permainan yang diinginkannya. apalagi mengingat sayap kiri Zulham Zamron juga bisa dimainkan sebagai striker.

Referensi:

1. Timnas Indonesia @ wikipedia.
2. Foto Ferdinand Sinaga.

Tuesday, 11 November 2014

Debut Timnas Evan Dimas

Evan Dimas sudah pantas membela timnas senior. Di posisi gelandang serang, saingannya hanya Firman Utina, Stefano Lilipaly dan Ahmad Bustomi. Firman sudah veteran, Lilipaly susah dipanggil ke timnas, sedangkan Bustomi lebih efektif jika dimainkan lebih kebelakang sebagai gelandang box-to-box. Tidak ada alasan untuk tidak memanggil bintang timnas U19 ini.

Kesempatan debut Evan di timnas datang pada partai persahabatan melawan Timor Leste di GBK. Dalam formasi 4-5-1, Evan bermain di posisi idealnya, dibelakang striker Sergio Van Dijk. Mereka dibantu Ramdani Lestaluhu di sayap kanan dan Zulham Zamrun di sayap kiri.

Evan tampil gemilang di pertandingan ini, seolah tak punya beban mental dalam proses transisi naik kelas ke timnas senior. Pemuda ini mmbuktikan diri pantas menjadi tumpuan serangan timnas. Evan menjadi momok yang sangat merepotkan lini pertahanan Timor Leste.

Proses gol Evan Dimas sangat terbantu dari penampilan gemilang Zulkifly Syukur yang berlari kencang mengejar sebuah operan jauh di sisi kiri pertahanan Timor Leste. Setelah menguasai bola, Zulkifly melepaskan umpan panjang mendatar ke kotak penalti. Bola akhirnya sampai di kaki Evan yang menyelesaikan dengan tenang seolah tanpa tekanan.

Evan Dimas bukan satu-satunya yang tampil gemilang. Sergio Van Dijk menunjukkan dirinya nyaman sebagai striker tunggal. Saat timnas masih dilatih Jacksen Tiago, kita sering melihat Sergio tak nyaman menjadi sayap gantung di sisi kiri. Kali ini Alfred Riedl menempatkannya di posisi ideal, dan Sergio membalasnya dengan penampilan bagus. Van Dijk mencetak gol perdana Indonesia usai menerima umpan panjang dari bek kiri Rizki Ripora.

Tapi Sergio tak boleh merasa aman sebagai striker inti. Samsul Arif menantangnya dengan sebuah gol hasil kolaborasi dengan Bayu Gatra. Aksi Bayu Gatra membuahkan ruang gerak cukup luas untuk Samsul. Memanfaatkan situasi, Samsul menembak dengan akurat dari luar kotak penalti. Persaingan di posisi striker juga akan dipanaskan oleh Boaz Salossa yang masih  beristirahat pasca final ISL 2014.

Zulham Zamrun agaknya tak punya saingan di sayap kiri. Dengan dukungan Rizky Ripora dibelakangnya, Zulham tampil baik. Tak hanya mengancam dari sayap, Zulham juga mencetak gol hasil menyundul umpan silang Zulkifly Syukur.

Uji coba terakhir sebelum dimulainya piala AFF 2014 akan digelar Sabtu 15 November 2014 di GBK. Kali ini lawannya adalah Suriah. Dalam pertandingan ini, para pemain Persib dan Persipura sudah bergabung.

Rekaman pertandingan ini dapat dilihat disini.

Indonesia

1. Kurnia Meiga (12. Dian Agus Prasetyo),  3.Zulkifli Syukur, 5. Fachruddin, 16. M Roby, 11. Rizki Rizaldi Pora, 6. Evan Dimas (17. Samsul Arif), 8. Raphael Maitimo, 18. Manahati Lestusen (19. Ahmad Bustomi); 7. Zulham Zamrun (21. Dedi Hartono), 15. Ramdani Lestaluhu (14. Bayu Gatra), 20. Sergio van Dijk (9. Cristian Gonzales)

Timor Leste

12. Ramos Ribeiro, 3. Paulo Cesar da Silva, 4.Cacio de Souza, 15. Ezequiel dos Santos (19. Agostinho Araujo), 17. Adelino de Oliveira, 8. Felipe dos Santos (18. Carlos Magno), 24. Nicolalu Fernandes, 9. Patrick Fabiano Alves, 10. Murilo de Almeida, 14. Chiquito do Carmo (21. Nataniel de Jesu Reis), 23. Jose Carlos da Fonseca

Referensi:
1. Referensi Daftar pemain..

Sunday, 19 October 2014

Banjir Pelatih Asal Padang

Indra Sjafri bukanlah satu-satunya. Tahun-tahun belakangan ini sejumlah pelatih asal Padang unjuk prestasi di level nasional. Perkembangan yang sangat menggembirakan karena sebelumnya tidak banyak pelatih level nasional asal daerah ini. Sebelumnya publik mungkin hanya mengenal pelatih sepuh Suhatman Imam dan mantan pelatih Semen Padang lainnya, Jenniwardin.

Nil Maizar yang memulai kiprah generasi pelatih baru asal Padang. Konflik ISL versus IPL tahun 2011 membawa Semen Padang asuhan Nil sebagai tim terkuat di IPL. Alih-alih tinggal di Semen Padang untuk meraih gelar juara IPL, Nil justru memilih tugas berat menjadi pelatih tim nasional. Prestasi sulit didapat karena timnas hanya diperkuat pemain IPL saja. Pasca rekonsiliasi, posisi Nil sebagai pelatih timnas digantikan oleh Jacksen Tiago dan Rachmad Darmawan. Musim ini Nil Maizar melatih tim Putra Samarinda di ISL.

Nama Indra Sjafri luput dari perhatian saat sukses membawa timnya menjuarai kejuaraan HKFA di Hong Kong tahun 2012. Ini adalah embrio dari timnas U19 yang menjuarai piala AFF U19 2013, prestasi yang disambut gegap gempita oleh publik sepakbola Indonesia yang haus kemenangan. Walaupun kritik berdatangan karena prestasi yang tidak menggembirakan di piala AFC U19 2014, Indra Sjafri sudah penya reputasi sebagai pelatih yang penya pendekatan menyerang, modern, dan piawai mendeteksi bakat-nakat muda. Timnas U19 setidaknya sudah menghasilkan pemain-pemain potensial seperti Putu Gede, Evan Dimas, Paulo Sitanggang, Ilham Udin dan Maldini Pali.

Jafri Sastra membawa Semen Padang berkibar di ISL tahun ini. Ditengah anggapan kalau klub eks IPL kalah kelas dari klub ISL, Jafri sukses menunjukkan kalau Semen Padang adalah tim kuat yang tak bisa dianggap remeh. Musim ini Semen Padang punya catatan kemenangan atas tim-tim sekuat Persib, Arema dan Persipura. Prestasi yang mengesankan untuk pelatih debutan seperti Jafri Sastra. Saat ini Jafri memimpin pasukannya di babak delapan besar ISL.

Delvi Adri menjadi nama terbaru yang menorehkan prestasi di level nasional. Mantan striker PSP ini sukses membawa Semen Padang U21 menjuarai ISL U21, menumbangkan Sriwijaya U21 di final dengan skor 4-0. Semen Padang memang rajin mendeteksi talenta-talenta muda dari seluruh Indonesia untuk diboyong ke Padang. Di tim Semen Padang U21 misalnya ada Nelsius Alom asal Papua dan Hendra Adi Bayauw asal Maluku.

Menarik untuk dicatat bahwa keempat pelatih ini semuanya pernah bermain untuk PSP Padang, tim yang saat ini terbenam di divisi regional.

Monday, 6 October 2014

Pemain Timnas U19 yang Pantas Langsung Masuk Timnas Senior

Kira-kira 19 atau 20 tahun yang lalu, kita juga punya timnas U19 yang sangat dibanggakan. Tim yang dikenal dengan namanya Primavera ini sanggup menyumbangkan pemain ke timnas senior. Kurniawan Dwi Julianto(61 penampilan/31 gol) dan Bima Sakti(56/11) menjadi andalan timnas dalam waktu yang lama. Sayang sejumlah pemain lain seperti Kurnia Sandy(24/0), Eko Purjianto (29/3), Yeyen Tumena (13/0) dan Indriyanto tidak mampu mencapai ekspektasi dan tidak bertahan lama di timnas senior.

Usia 19 tahun mungkin terkesan "terlalu muda" untuk bergabung dengan timnas senior. Tapi asal punya kemampuan dan mampu mempertahankan performa, itu bukan hal yang tidak mungkin. Seperti ditunjukkan oleh Bambang Pamungkas (86/38), dan beberapa tahun kemudian disusul Ismed Sofyan (53/3). Dua pemain timnas U19 tahun 1998 ini mampu menjadi andalan timnas dalam waktu yang panjang.

Bagaimana dengan timnas U19? Saking bangganya dengan tim Garuda Jaya, publik sering menganggap bahwa seharusnya timnas U19 saja yang dikirim ke ajang senior ataupun ajang U23. Tapi kalau bisa secara realistis, apakah ada pemain tim Garuda Jaya yang walaupun masih miskin pengalaman kompetisi, namun layak bermain di timnas senior.

Dibawah mistar gawang, Ravi PurjiantO menjadi andalan timnas U19. Dilihat dari segi apapun, Ravi masih kalah kelas dibanding senior-seniornya seperti Kurnia Meiga 6/0) dan Andritany Ardhiyasa(9/0). Ravi lebih baik berkonsentrasi menemukan klub yang menjamin dirinya bermain reguler untuk menambah jam terbang.

Bek kanan Putu Gede punya kans untuk masuk timnas senior. Sebagai bek sayap modern, kemampuan dan pengalamannya masih dibawah Alfin Tuasalamony. Tapi lebih baik membawa talenta 19 tahun sebagai pelapis daripada veteran seperti Supardi Nasir(20/0) dan Zulkifli Syukur (23/0).

Sebaliknya bek kiri Fatchu Rohman belakangan sering dianggap sebagai titik lemah timnas U19. Memang para seniornya juga tidak ada yang betul-betul bagus, sebut saja Danny Saputra, Diego Michiels(3/0), Ruben Sanadi(7/0) atau Roni Beroperay. Logikanya, seseorang pantas masuk timnas karena kualitasnya bagus. Bukan karena para saingannya juga kurang bersinar.

Bek tengah timnas senior diperebutkan pemain seperti Victor Igboneffo(7/0), Muhammad Roby(32/1), Hamka Hamzah(32/0), Ahmad Jufriyanto (9/1) dan Manahati Lestusen. Rasanya pintu belum terbuka untuk kedua bek tengah timnas U19, Hansamu Yama Pratama dan Sahrul Kurniawan. Seperti Ravi, Hansamu dan Sahrul lebih baik berkonsentrasi di level klub.

Gelandang bertahan Hargianto menghadapi persaingan keras untuk maju ke timnas senior. Nama-nama Raphael Maitimo(16/3), Ahmad Bustomi(27/0), Hariono(19/1), Ahmad Jufriyanto (9/1) dan Dedi Kusnandar masih lebih didepan. Peluang belum terbuka untuk Hargianto bermain di timnas senior.

Paulo Sitanggang punya peluang yang lebih baik. Saat ini di Indonesia jarang sekali kita lihat pemain yang mampu menjadi defensive-minded playmaker seperti Paulo. Saingannya di posisi ini mungkin hanya gelandang Persib, Taufiq(15/0).

Evan Dimas Darmono paling punya kemampuan untuk langsung menjadi pemain inti di timnas. Evan cocok untuk menjadi suksesor Firman Utina (60/5). Kemampuannya masih lebih baik dari Fandy Eko Utomo dan Syakir Sulaiman. Kecuali jika pemain naturalisasi Stefano Lilipaly(1/0) sudah bisa dipanggil secara regular oleh timnas.

Sayap kanan Ilham Udin adalah salah satu pemain tertajam di timnas U19. Hanya untuk timnas senior, sulit untuk bersaing dengan Bayu Gatra (1/0), Titus Bonai(8/1) atu Zulham Zamrun(11/2). Ilham lebih baik fokus dulu dengan karir di klub dan kompetisi.

Penyerang kiri Maldini Pali lebih menarik, karena pilihan penyerang yang hobi melakukan dribble dari kiri cukup terbatas. Saingannya seperti Ramdani Lestaluhu dan Ian Kabes(5/0). Sepertinya Maldini punya punya modal untuk bersaing, walau mungkin bukan pilihan utama.

Penyerang tengah Mukhlis? Jelas belum mampu bersaing dengan Christian Gonzales(23/11), Boaz Solossa(30/8), Greg Nwokolo(6/1), Samsul Arif(14/1) atau Ferdinand Sinaga(7/0).

Sementara pelatih Indra Sjafri, agaknya sudah cukup mumpuni untuk melatih timnas senior. Hanya saja dia harus membiasakan diri melatih timnas yang pemainnya hanya berkumpul saat jeda kompetisi dan international week. Program pelatnas jangka panjang seperti timnas U19 tidak mungkin diterapkan di timnas senior yang pemain-pemainnya terikat kontrak dengan klub-klub ISL.