Di
masa jayanya, Barcelona dan tiki taka pernah terlihat begitu ampuh
dan tak tertandingi. Dalam rentang empat tahun antara 2008 dan 2012
Pep Guardiola membawa Barcelona berjaya memenangkan dua trophi liga
Champions, dua kali juara dunia antar klub, tiga gelar juara La Liga
dan dua kali kali memenangkan Copa del Rey. Mendiang Tito Villanova
meneruskannya dengan membawa Barca memenangkan La Liga 2013.
Permainan operan yang menawan, possession
football,
sepakbola menyerang, strategi yang jitu dan skill kelas dunia para
pemainnya membuat Barcelona begitu disegani.
Tim nasional Spanyol
adalah ikon lain sepakbola tiki taka. La furia roja memantapkan
dominasinya dengan memenangkan piala Eropa 2008, piala Dunia 2010 dan
piala Eropa 2012. Banyaknya pemain Barcelona yang dipanggil ke timnas
Spanyol membuat nuansa tiki taka terasa begitu kental. Prestasi
menjulang yang terlihat serasi dengan permainan sepakbola yang sangat
menghibur.
Fenomena serupa
pernah terjadi di ring tinju dekade delapan puluhan. Seorang petinju
kelas berat bernama Mike Tyson, menghebohkan dunia dengan cara
bertarungnya yang beringas dan kekuatan pukulannya yang luar biasa.
Serangkaian kemenangan KO dan rekor selalu menang membawa Tyson ke
panggung dunia. Mike Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda
dalam sejarah setelah memukul KO Trevor Berbick di ronde kedua untuk
merebut gelar juara dunia WBC. Tyson lalu berdiri sendirian di puncak
dengan status juara dunia sejati, usai menang angka mutlak atas juara
WBA James “Bonecrusher” Smith dan kemudian juara IBF Pinklon
Thomas. Saat itu Tyson terlihat sangat digjaya dan tanpa lawan.
Panggung
Mixed
Martial Arts
juga pernah berada pada kondisi serupa pada dekade sembilan puluhan.
Seorang atlet brazilian jiujitsu bernama Royce Gracie merajai
masa-masa awal panggung oktagon UFC. Bertarung menghadapi petinju,
pegulat, karateka, atlet kungfu, kickboxer,
Gracie tak tertandingi. Dengan keahliannya mengimplementasikan
teknik-teknik brazilian jiujisu, Gracie seolah mengajari
lawan-lawanya bagaimana seharusnya teknik bertarung di UFC. Royce
Gracie seolah tanpa lawan dan pamor Brazilian jiujitsu ikut mendunia.
Tapi
dominasi Royce Gracie tak berlangsung selamanya. Para petarung lain
mulai mempelajari brazilian jiujitsu dan memperbaiki kekurangan
mereka. Mulai muncul pemahaman bahwa atlet MMA harus memiliki
kemampuan yang komplet: pukulan, tendangan, bantingan, take
down, clinch, tackle, kuncian
dan pergulatan di lantai. Ken Shamrock bertarung seri dengan Royce
Gracie pada pentas UFC 5, menghentikan rekor selalu menang milik
Gracie. Kazushi Sakuraba menjadi orang pertama yang mengalahkan Royce
Gracie pada panggung Pride Grand Prix 2000.
Begitu
juga halnya dengan masa jaya Mike Tyson akhirnya terhenti juga. Kubu
lawan-lawannya mempelajari rekaman pertandingan Tysoni berupaya
menemukan metoda yang tepat untuk meredam gaya permainannya. Saat
kekalahan pertama Tyson dari James Buster Douglas tahun 1990, banyak
orang mungkin menilainya hanya sebuah “kebetulan”. Tapi saat
Evander Holyfield menaklukkan Tyson, terlihat bahwa Holyfield memang
sudah menemukan formula yang tepat untuk meredam Tyson. Holyfield
mendikte Tyson dalam irama permainannya dan tak membiarkan Tyson
melontarkan pukulan mematikan.
Hal
yang sama mungkin sedang menimpa tiki taka saat ini. Barangkali
dominasi tiki taka sudah berakhir. Skema permainan yang dulu
terlihat begitu ampuh mulai terlihat kelemahannya. Barcelona tahun
ini harus gigit jari setelah dikandaskan Atletico Madrid di perempat
final liga Champions. Sebelumnya Real Madrid menundukkan Barca di
final Copa del Rey. Walaupun para pilar seperti Lionel Messi, Xavi
Herdandes dan Andres Iniesta masih bisa diandalkan, tiki taka
Barcelona terlihat tak lagi sehebat dulu.
Di
ranah tim nasional, sinyal tanda bahaya sudah mulai berbunyi sejak
tahun lalu. Timnas Spanyol sebagai salah satu ikon tiki taka
mengalami kekalahan telak 0-3 menghadapi Brazil di final piala
Konfederasi 2013. Pelatih Scolari dan para pemain Brazil menunjukkan
bahwa mereka siap menghentikan kejayaan tiki taka. Dpanggilnya pemain
striker naturalisasi Diego Costa ke timnas Spanyol agaknya merupakan
salah satu upaya Spanyol untuk memperbaiki tim mereka, terutama di
lini depan.
Tersingkirnya
Bayern Muenchen di semifinal liga champions melawan Real Madrid juga
menjadi pukulan berat berikutnya bagi tiki taka. Bayern Muenchen.
Sebelumnya Bayern sangat difavoritkan untuk mempertahankan gelarnya
Liga Champions. Kehadiran Pep Guardiola sebagai pelatih sebelumnya
diprediksi akan menghasilkan racikan tiki taka yang membawa Bayern
berjaya. Kenyataannya, pelatih sarat pengalaman Carlo Ancelotti sudah
memiliki skema untuk menghentikan tiki taka milik Bayern. Real Madrid
menyingkirkan Bayern dengan kemenangan 1-0 di Santiago Bernabeu dan
4-0 di Allianz Arena.
Perkembangan
dan trend dalam dunia sepakbola adalah hal yang tidak mudah
diprediksi. Kita nantikan saja apakah tiki taka akan menemukan
kembali kejayaannya dan kembali menjadi sistem permainan yang membuat
gentar lawan-lawannya? Ataukah tiki taka semakin pudar dan paradigma
permainan lain akan mendominasi dunia sepakbola?
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan, tidak merendahkan pihak manapun dan tidak menyinggung SARA